02 - Tekad

163 24 0
                                    


Bismillaahirrahmaanirrahiim

"Dan barang siapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah."

-QS. An-Nisa' 4: Ayat 30.

-/-

Tok...tok...tok

"Assalamu'alaikum."

Gadis dengan gamis maroon yang sepadan dengan khimar creamnya mengetuk pintu sebuah rumah sederhana.

Dengan tergesa sang pemilik rumah keluar dari dapur dan menuju pintu, lalu membukanya. Langsung ia menerbitkan senyum hangat.

"Wa'alaikumussalam. Eh, Neng Maya."

Gadis bernama Maya itu langsung mencium punggung tangan orang tua dihadapannya sebagai tanda hormat, kemudian senyum tergores dibibirnya.

"Ayo Neng masuk." Tawar sang pemilik rumah.

Dan sekali lagi, Maya menuruti perkataan wanita tua itu untuk menghormatinya. Ia mengikuti langkah wanita tua itu memasuki rumah.

"Mau minum apa Neng?."

"Nggak usah Nek," Tolak Maya dengan cara halus tanpa menghilangkan senyumnya. Kemudian ia duduk dikursi.

Kerutan dahinya menghilang setelah mengingat sesuatu. "Puasa?."

"Alhamdulillah, iya Nek."

Nenek yang tak lain adalah Nek Siti-Neneknya Salsa, menghampiri Maya dan duduk dihadapannya. Selama menjadi tetangganya, ia sangat senang atas perilaku Maya, seorang gadis cantik nan sholehah.

Jika memandang Maya, Nek Siti berharap bahwa suatu saat nanti, Salsa juga akan sepertinya.

"Maa syaa Allah. Semoga Salsa ketularan kesholehan Neng Maya ya."

"Jangan berlebihan Nek, May biasa aja kok. Oh iya, May kesini mau ambil baju jahitan Umi." Ujar Maya merendahkan hati dan mengutarakan keinginannya. Ia segan sekali jika ada orang yang memujinya seperti itu.

Kini, Nek Siti berubah ekspresi ceria dan diganti dengan tegang. "Maaf Neng, bajunya belum selesai. Tapi, tinggal sedikit lagi, insya Allah esok pagi Nenek suruh Salsa antar bajunya. Apa nggak keberatan Neng?."

"Nggak papa Nek, May sama Umi ngerti kok. Ya udah Nek, May pulang dulu, khawatir dicariin Umi."
Maya beranjak dari tempat duduknya kemudian mencium punggung tangan Nek Siti sembari memberi salam lalu pergi menuju rumahnya.

Nek Siti memandang punggung Maya yang mulai menjauh, sembari menjawab salam Maya didalam hatinya. Nek Siti sangat berharap, Salsa akan seperti Maya yang sholehah.

Jika mengingat kelakuan cucunya sampai sekarang yang jauh dari kata baik, membuat Nek Siti terus saja beristighfar. Berusaha, sudah selalu ia lakukan untuk memberikan jalan lurus pada cucunya.

Dan sekarang, ia pasrah kepada Allah, sisa kemampuannya hanya berdoa kepada Allah tuhan semesta alam.

---

Salsa memainkan sandalnya sembari menatapnya dengan sedikit emosi, ia masih tidak terima atas kejadian beberapa jam lalu. Padahal, keyakinan besar untuk diterima, sangatlah amat besar dihatinya. Walau begitu, tekadnya masih besar untuk bekerja dengan Satria.

Merajut ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang