16 - Mata Air Surga

117 16 2
                                        

Bismillaahirrahmaanirrahiim

"(Yaitu didatangkan dari) sebuah mata air (disurga) yang dinamakan Salsabiil."

-Q.S Al Insan ayat 18

-/-

"Ada dua alasan, Ibu pengen banget Salsa dijadiin menantu Ibu. Pertama, Salsa itu seperti Ibu. Saat Ibu kuliah, Ibu benar-benar jahiliyyah Di. Lebih jahiliyyah daripada Salsa, meski Ibu berteman dengan perempuan. Persamaan gender, membuat Ibu makin mudah melakukan apapun. Apalagi, Kakek dan Nenek kamu. Adalah seorang pekerja keras. Kakek seorang pengusaha Kayu Jati dan Nenek seorang wanita karier, menjabat sebagai Manager diperusahaan suaminya sendiri.

"Itu membuat Ibu yang notabennya anak tengah, sering diabaikan oleh Nenek yang sangat menyayangi anak sulung dan bungsu. Ibu merasa terabaikan. Sikap tidak peduli kedua orangtua Ibu. Sikap itu malah menjadi alasan Ibu menjadi anak yang nakal. Alasan untuk menarik perhatian Nenek, agar Nenek bersikap adil. Memang benar, Nenek manager yang cerdas diperusahaannya. Tapi, Nenek tidak bisa cerdas me-manage keluarganya."

Tari mengatur nafas, lalu berdehem agar Aldi semakin fokus dengan ucapannya.

"Singkat cerita. Saat Ibu melewati Masjid Kampus diwaktu Dzuhur itu. Ibu mendengar Adzan yang begitu merdu, seperti tidak biasanya. Adzan itu dikumandangkan penuh makna dan penghayatan begitu dalam. Karena Ibu mulai tertarik pada siapa yang mengumandangkan Adzan itu. Tiap hari Ibu ke Masjid kampus tanpa shalat dan diam-diam karena tidak ingin diketahui teman-teman Ibu.

"Saat itu, Ibu malu untuk melakukan kebaikan. Saat kita memutuskan satu jalan, kita pasti tidak akan pernah menengok apalagi berbelok. Itulah prinsip bagi orang berpegang teguh pada yang benar atau salah. Sebab itu, Ibu melakukannya diam-diam. Karena Ibu merasa prinsip ibu adalah yang baik menurut Ibu, maka jika teman-teman Ibu mengetahui Ibu sedang 'menegok' diluar prinsip Ibu. Itu adalah kejahatan, pengkhianatan.

"Sebelas hari Ibu diam-diam dan tidak berjumpa dengan pemuda itu. Akhirnya, Ibu nekat. Yaitu ikut shalat berjama'ah. Ibu shalat di shaf paling belakang. Dua rakaat saja Ibu ikut shalat, dengan santai rakaat selanjutnya Ibu batalkan. Karena Ibu sudah melihat wajah pemuda itu usai Adzan. Dengan berani, Ibu menunggu pemuda itu di area laki-laki. Alhasil, Ibu bertemu pemuda itu. Hamdan, ayah kamu. Ternyata, dia seorang Maba."

Senyum mengembang memudarkan raut seriusnya. Teringat kembali, akan kejadian masa itu. Tari tersenyum makin lebar.

"Dari situ, awal mula Ibu hijrah. Alhamdulillaah, Ibu merasakan nikmatnya hijrah bagaimana. Alhamdulillaah, kamu juga merasakannya kan Di?. Karena itu, Ibu ingin Salsa merasakannya."

Aldi ikut tersenyum. Ia juga tahu bagaimana nikmatnya hijrah akhlak. Seperti menemukan arti kebahagiaan sebenarnya yang selama ini dicari. Dan tidak ada duanya, tidak ada yang memberikannya selain Allaah. Mengenal Allaah, adalah kebahagiaan paling disyukuri orang-orang Mu'min.

"Dan yang kedua. Kamu tau kan Di, Alhamdulillaah Ibu udah hafidzah Juz'amma. Sekarang, target Ibu Juztabaarok baru nanti Al-Baqarah. Dan saat Ibu mensabaq (1) Surah Al-Insan, Ibu menemukan sesuatu. Tepatnya di ayat delapan belas. 'Aynaanfiihaa tasammaa-."

"Tusammaa Bu." Reflek Aldi.

Tari tersenyum. "Eh iya. 'Aynaanfiihaa tusammaa Salsabiil. Sebuah mata air yang dinamakan, Salsabiil. Ini yang buat Ibu yakin. Nama 'Salsa', ada didalam Al-qur'an.-"

Merajut ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang