1. "Yaudah, ayo saya halalin."

270K 14.7K 1.2K
                                    

Sudah satu setengah tahun sejak Ashwa memutuskan untuk berhijrah. Begitu banyak rintangan yang ia hadapi. Dari mulai mundur dari pekerjaannya sebagai pegawai bank dan menjadi pengangguran setengah tahun lamanya.

Dicibir oleh orang lain yang tak sependapat dengan perubahannya dan mengatainya bodoh karena sudah mundur dari pekerjaan dengan gaji yang banyak orang sangat inginkan. Ditentang oleh kedua orang tuanya ketika ia mulai memakai pakaian syar'i. Kedua orang tuanya berpikir kalau itu akan membuatnya menjadi wanita ketinggalan zaman dan tidak akan mendapat pekerjaan juga jodoh.

Tapi kini Ashwa bersyukur, karena semua rintangan itu berhasil ia hadapi. Ashwa memang tidak mendapat pekerjaan. Namun kini ia memperkerjakan orang lain di restoran miliknya. Masalah cibiran orang, Ashwa tidak pernah mempermasalahkannya. Memang mereka tau apa?!

Dan masalah orang tuanya, syukurlah karena sekarang mereka sudah dapat menerima perubahan Ashwa dan mendukung Ashwa sepenuhnya. Perihal jodoh, Ashwa yakin jika ia sedang berusaha memantaskan diri, maka Allah pun sedang memantaskan sang jodoh untuknya.

Bagi Ashwa, semua masalah itu tidak begitu besar dan memang sudah ia perkirakan sejak awal. Jadi Ashwa tidak terlalu sedih atau frustasi dibuatnya. Ia malah semakin semangat untuk berhijrah di jalan-Nya. Dan satu-satunya masalah Ashwa sekarang adalah seorang pria yang terus datang ke restorannya. Ashwa harusnya senang karena pria itu menjadi langganan setianya. Namun, sejak ia tahu alasan sang pria selalu datang adalah untuk menemui dirinya, Ashwa pun berusaha untuk semakin menjaga jarak.

Bahkan sekarang Ashwa sedang bersembunyi sejak melihat sebuah mobil mewah dengan harga tak terkira parkir di depan restorannya.

"Di mana Mbak Ashwa?"

Lihat, baru masuk restoran yang ditanyakan ke karyawan malah Ashwa, bukannya menu makanan.

"Maaf, Mas. Mbak Ashwa nya tidak ada di sini."

Pria dengan kaus putih dan celana jeans di bawah lutut itu hanya menganggukkan kepala. Penampilannya hari ini lebih casual dari biasanya. Kalau dilihat sekilas, pasti tidak akan ada yang menyangka kalau pria dengan kaus polos itu adalah seorang pengusaha muda yang sukses dan kaya raya. Ia pun kemudian duduk di salah satu kursi kosong dengan sang karyawan yang mengikutinya dan memberinya tabel menu.

"Mas mau pesan apa?"

"Nanti aja. Tunggu Mbak Ashwa datang."

"Kemungkinan hari ini Mbak Ashwa tidak datang, Mas." Sang pelayan sadar kalau ia sudah berbohong. Ia hanya ingin melindungi Ashwa dari pria yang sudah menjadi stalker akutnya ini.

Sebenarnya pelayan bernama Rina ini heran dengan Ashwa, padahal pria bernama Alan ini sangat tampan. Tapi kenapa Ashwa selalu menghindarinya? Jelas-jelas kalau Alan suka padanya.

"Yang bener?!"

Pelayan itu diam, dan memutar matanya gugup. Alan dapat membaca mimik wajahnya.

"Saya mau tunggu Mbak Ashwa sampe dia datang."

"Tapi, Mas—"

"Bawakan saya segelas air putih."

Pelayan itu menghela napasnya. "Baik, Mas." Lalu pergi dari hadapan Alan.

Minggu di pagi hari ini Alan sangat ingin melihat Ashwa. Ia sebenarnya sangat yakin kalau Ashwa sudah ada di sini. Namun seperti biasanya, gadis itu pasti sedang bersembunyi. Lihat saja ia akan bersembunyi sampai kapan.

Alan sibuk memeriksa ponselnya. Ada beberapa pesan masuk yang memanggilnya sayang padahal dia tidak punya pacar. Namun bukan berarti itu adalah wanita yang belum pernah Alan kenal. Karena Alan sering membayar wanita untuk menamaninya datang ke suatu acara, atau sekedar menjadi teman kencan satu malam yang kemudian Alan lupakan.

Mengejar Cinta Ashwa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang