14. Posesif

84.3K 8.6K 127
                                    

Double update niihh 😍
Cinta gak sama aku?

Jangan cinta sama Alan doang 😶

Eh iyah, makasih untuk do'a nya yaah, alhamdulillah aku udah sembuh, jadi insya Allah bisa update lagi setiap hari 💕

Selamat membaca ❤

*******

“Beneran gak papa saya tinggal pulang, Mas?”

“Gak papa, Ashwa.”

Ashwa berdiri tak enak di depan pintu restorannya. Meja-meja dan kursi yang ada di dalam sana belum dirapihkan, namun Shaf memaksa biar dia saja yang membereskannya.

“Kalau gitu makasih yah, Mas. Saya pulang duluan, assalamu'alaikum,” pamitnya, lalu berjalan menuju motornya setelah Shaf menjawab salamnya.

Shaf terus memperhatikan sampai motor Ashwa sudah benar-benar tak terlihat oleh mata. Lalu ia berbalik, hendak masuk dan mengunci pintunya, namun sorot lampu dari arah belakang membuatnya kembali memutar tubuh. Sebuah mobil sudah terparkir di depan restoran. Shaf tahu betul siapa pemiliknya.

Pria itu keluar dari dalam mobilnya. Malam ini ia masih terlihat memakai pakaian formalnya, hanya saja jasnya ia tinggalkan di dalam mobil. Dia Alan, langkahnya bergerak maju mendekati Shaf yang berada pada undakan tangga teratas tepat di depan pintu restoran.

“Ashwa sudah pulang,” kata Shaf, memberitahu.

Namun jawaban Alan malah tak ia sangka. “Bagus.”

Shaf mengerutkan alisnya, menatap heran pria yang kini berjalan melewatinya masuk ke dalam restoran sambil berkata padanya. “Saya ingin bicara dengan Tuan Sanjaya.”

Shaf membelalakkan mata, lalu segera berbalik dan mengikuti Alan.

“Apa maksud Anda?”

“Jangan pura-pura bodoh!” tukas Alan, sambil mendudukkan dirinya di salah satu kursi di sana dengan gaya khasnya.

Shaf merubah raut wajahnya menjadi serius. Memang ia tidak bisa berpura-pura bodoh di depan pria bernama belakang Wistara ini.

“Aku tidak punya masalah denganmu!”

Alan menampilkan smirk nya. “Jadi benar kau putra Singh Sanjaya?”

“Berhentilah berbasa-basi! Restorannya sudah tutup, sebaiknya kau keluar!”

Alan tak menghiraukan. “Apa alasanmu bekerja di sini?” tanyanya, tatapannya penuh selidik.

“Sudah pernah kujawab.”

“Omong kosong! Kau pikir aku percaya kau bekerja di restoran Ashwa karena butuh uang ketika keluargamu hidup berlimpah harta?!”

“Terserah! Aku tidak memintamu untuk percaya, Tuan Wistara.”

“Kau bilang kau tidak punya masalah denganku? Kau salah! Sejak kau memutuskan untuk tetap bekerja di sini, kau sudah menciptakan masalah denganku!”

Shaf mendengus. “Kenapa? Kau takut Ashwa menyukaiku?”

Alan berdecih dengan senyuman gelinya. “Jangan bermimpi! Kau belum tidur,” begitulah katanya. Memang Alan tidak bisa jauh-jauh dari sifat menyebalkannya.

“Kalau begitu seharusnya kau tidak khawatir aku ada di sini.”

“Aku tidak khawatir kau ada di sini. Aku khawatir dengan alasanmu yang bekerja di sini.”

Mengejar Cinta Ashwa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang