Bulan duduk bersila mengamati orang-orang yang berlalu lalang di gang kecil ini. Ada yang pergi ke warung depan rumahnya, ada yang baru pulang kerja, dan ia tertawa pelan ketika melihat sekelompok anak kecil berlarian saling mengejar satu sama lain. Sepertinya permainan mereka seru sekali tapi Bulan merasa tidak tertarik untuk bergabung. Jika dia masih kecil. Mungkin sikapnya ini memang bawaan dari lahir. Bukannya malas bersosialisasi hanya saja jika ia menghabiskan banyak waktu diluar sana yang ada dirinya malah merasa lelah.
Kedua telinga Bulan tersumpal headset, sebuah novel dijadikan alasan bantal untuk menyandarkan pipinya. Tangan kanannya sesekali mengetuk-ngetuk ke jendela. Letak kamarnya bersampingan dengan jalan gang yang dilalui sehingga jendela kamarnya menghadap ke arah sana membuatnya bisa melihat aktivitas masyarakat di sekitar.
Sekelibat Bulan melihat seorang pengendara motor melintas yang seperti dikenalinya. Namun, Bulan bersikap tidak peduli. Dalam hitungan beberapa detik pengendara tersebut memundurkan laju motornya dan berhenti tepat di depan Bulan membuat gadis itu tersentak kecil. Menegakan tubuhnya saat wajah itu terlihat, membuka helmnya dengan gerakan slow motion.
"Kau?" heran orang itu menunjuk dirinya.
Brak.
Bulan langsung menutup jendela kamarnya dengan cepat sebelum seorang itu bersuara lebih banyak. Astaga! Ketenangannya terusik.
Tuk. Tuk. Tuuk.
"Hei, permisi? Kenapa kau menutup diri?"
Bulan gelagapan sendiri mendengarnya. "Di rumah ini tidak ada orang."
"Lalu yang tadi itu siapa ya? Kunti?" kekehnya merasa lucu.
Ck, konyol.
Bulan merutuki dirinya setelah tersadar akan ucapannya barusan. Matilah dia.
Tanpa banyak gaya Bulan menarik selimutnya sampai menutupi kesuluruhan tubuhnya. Sungguh ia malu.
"Kau menutupnya tapi lupa menguncinya, hehe." lelaki itu membuka jendela kamar Bulan dan menongolkan separuh kepalanya.
Untuk kedua kalinya Bulan merutuki kekonyolannya. Hufft. "Bisakah kau pergi dari rumahku?" gumamnya tanpa membuka selimut.
"Kau tinggal di sini?" tanya lelaki setelah menepikan kendaraannya. Mengabaikan pertanyaan dari Bulan.
"Iya."
Lelaki itu melompat dan duduk di jendela. "Sungguh kau tidak sopan sekali. Berbicara sama seseorang malah rebahan dan menutup wajah, ck."
Terpaksa Bulan menyibak selimutnya dan memberanikan diri menatap lawan bicaranya. "Hei, kenapa kau malah duduk di sana?" kagetnya melihat penampakan itu.
"Tidak bolehkah?"
"Itu tidak sopan."
"Ah, tidak apa-apa. Pasalnya aku mau duduk di mana kalau tidak di sini? Masa berdiri terus? Kan pegal."
"Iya juga sih. Ya sudah terserah kau sajalah."
Lelaki itu tersenyum kecil, "seperti inikah kau jika di rumah? Terbengong sambil mengamati aktivitas orang lain?hm, kurang kerjaan sekali. Kegiatanmu itu selain membosankan juga bisa membuat orang risih."
"Oh ya?"
"YA."
"Dan kau sendiri kenapa bisa berada di sekitar sini?"
"Tadinya aku mau ke rumah temanku."
"Lalu sekarang?"
"Tidak jadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy
Teen FictionPs: Remaja 15+ ( Terdapat konten kekerasan ) *** Kebanyakan orang berpendapat bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah dan sulit untuk dilupakan. Namun, bagi seorang Bulan Purnama masa SMA adalah masa yang paling menyakitkan dan tak ingin dikena...