-Redupnya sang Matahari-

385 35 9
                                    

"Semangat menjalani hidup!" ucap Ata mengacak sekilas rambut Bulan ketika berpapasan dengannya.

"Ambillah." Ata menyelipkan sekotak susu ke tangan Bulan.

Gadis berkuncir kuda itu tersenyum canggung menanggapinya karena saat ini posisinya sedang berada di sekolah. Di mana teman sekolahnya akan melihat interaksi keduanya yang cukup dekat. Apa kata orang nanti. Kok bisa orang introvert sepertinya bisa seakrab itu dengan Matahari yang ekstrovert dan terkenal di sekolahnya.

Kedekatan yang tercipta membuat sebagian orang engan untuk membully Bulan secara gamblang.

Ternyata semua kejadian itu tak luput dari perhatian Jinga yang menatap curiga sekaligus iri pada keduanya. Dia tidak suka Ata, pangeran kelasnya dekat dengan si penyendiri itu. Senyum miring terukir di bibirnya ketika selintas ide menarik muncul diotak.

Tugas kelompok dan presentasi kelas adalah kegiatan sekolah yang selalu ingin dihindarinya. Bulan tidak suka berkelompok lebih suka sendirian yang membuatnya lebih nyaman. Tidak suka presentasi karena ia tidak mau menjadi pusat perhatian. Disisi lain ia juga tak pandai berargumen.

Saat tiba apesnya Bulan yang sedang menyalin pertanyaan dari kelompok lain membuatnya sibuk dengan catatannya. Guru sejarah itu yang sedari tadi memperhatikan Bulan yang diam selalu tanpa suara. Mulai mengamatinya diam-diam. Beliau melihat Bulan yang sedang menulis mengiranya mencatat pelajaran lain sehingga membuatnya langsung mendekatinya. Dengan marah dia menarik buku di meja itu lalu dilemparkan ke lantai sampai menimbulkan bunyian. Bukan buku Bulan saja tapi buku seseorang yang kedapatan menulis juga bernasib sama. Tentu saja pergerakan mendadak itu membuat Revie kaget setengah mati. Syok, takut dan malu bercampur menjadi satu. Diperlakukan demkian seolah menunjukan pada orang-orang bahwa Bulan adalah anak murid yang tidak berguna. Hanya numpang nama saja di dalam suatu kelompok.

Diskusi terlihat seperti hanya ada dua jabatan yaitu moderator dan sisanya diharuskan berdebat semua. Notulis pun tak dianggap dan tak dibutuhkan sepertinya. Karena posisi Bulan pada saat itu sebagai notulis.

Padahal dalam berdiskusi  terdapat Moderator tugasnya memandu jalannya diskusi. Notulis mencatat semua pembicaraan dalam diskusi. Penyaji yang menyediakan makalah, masalah, atau bahan diskusi, untuk disampaikannya ke dalam diskusi, menyampaikan pokok pikirannya dan memberikan sanggahan, pendapat, persetujuan yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Sedangkan Peserta Diskusi mengemukakan pendapat dan pemikirannya berdasarkan masalah yang di angkat dalam diskusi.

Dalam artian Notulis tak berbicara dia hanya menulis, anggota lainnya yang akan berbicara. Tapi bagi guru tua itu siapa yang tak bicara dianggap tak aktif hanya numpang nama saja di kelompok tersebut. Guru maha benar tidak akan pernah mau disalahkan.

Bulan juga pernah dihina bodoh oleh guru itu karena melakukan kesalahan kecil saat pengerjaan Ulangan Harian yang memusingkan karena cara mengisi jawabannya menyulitkan dan membingungkan.

Sungguh Bulan malu dibuatnya begitu di hadapan teman sekelasnya.

Dan pernah juga beliau kedapatan memuji Bulan setinggi-tingginya mengenai catatan sejarahnya yang tulisannya bagus, rapi dan bersih. Tapi Bulan menghiraukan pujian itu. Ia sudah terlanjur kesal sekaligus kecewa karenanya.

Dan pernah suatu ketika guru bahasa Inggris menyuruh Bulan untuk mengumpulkan semua tugas teman sekelas kepadanya, duduk kertas itu diurutkan sesuai absen lalu dikumpulkan ke kantor. Dengan sabar Bulan menunggui beberapa teman yang belum selesai mengerjakan tugas dan itu cukup menyita waktunya. Namun Bulan tetap melaksanakan perintah itu dengan hati-hati sekali sampai saat jam istrihat tiba pun ia belum memakan bekalnya demi menjaga amanah itu.

Ditemani seseorang Bulan berjalan menuju ke kantor bersamanya. Ia tidak tahu meja guru itu di mana, maklum ia kurang peduli dengan letak masing-masing meja gurunya karena menurutnya itu tidak penting untuk diingat. Untungnya si temannya itu katanta dia tahu maka diletakannyalah tumpukan kertas tersebut di salah satu meja di sana.

GloomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang