~R & B Family~

278 24 2
                                    

Malam ini semua anak-anaknya dikumpulkan oleh Ramli di ruang keluarga.

Keempat anaknya, terutama Revie menatap sang Ayah bingung. Ada apakah gerangan?

Ramli menghela napas sebelum menyampaikan sesuatu pada mereka berempat yang duduk berhimpitan di sebuah sofa panjang padahal masih ada sofa yang lain.

Revie mendorong sekuat tenaga lengan Reyhan, pria itu telah memakan banyak tempat hingga tubuh mungilnya kejepit di sisi Ridwan.

"Apasih dek," Reyhan balik mendorong Revie.

"Diem!" delik Ridwan mengintrupsi kebisingan dua adiknya. "Papah lagi serius," lanjutnya.

Revie dan Reyhan merunduk, diam.

"Ekhem," deham Ramli sejenak. "Jika Papah ingin menikah lagi apa kalian semua setuju?" tanyanya.

"Ha?"

Mereka saling pandang satu sama lain. Bahkan Raffi jadi tersedak mendengarnya membuat Reyhan menepuk keras punggungnya.

"Ck, sakit Rey!" pemuda itu menggoyangkan bahunya menjauhkan tangan Reyhan yang masih menepuknya.

"Lagian Abang sih minum nggak makan nggak mendadak kesedak," celetuk Revie.

"Kaget itu namanya," jawab Raffi.

"Lebay!"

"Deeek!" tegur Ridwan kembali.

Revie langsung mengatupkan bibirnya mendapat tatapan tajam dari Abangnya yang dikenal galak.

"Sama siapa Pah?" tanya Ridwan.

"Tante Bella?" tambah Reyhan.

Revie mendongak mendengar nama Bella yang disebutkan Abangnya itu. Dahinya berkerut.

"Iya," jawab Ramli berat. Takut anaknya tak setuju atau malah kecewa padanya karena tak setia dengan Almarhumah Mamah mereka. Tapi dia butuh pendamping hidup juga untuk mengurus mereka semua.

"Haaaa? Serius?" Fae membuka mulutnya lebar seakan syok berat.

"Iya, sayang. Kamu nggak setuju ya?"

Revie menurunkan garis wajahnya. Muram. Membuat Ramli deg-degan dan khawatir. Apalagi ketiga putranya yang langsung membisu.

"Ya sudah k--"

Perkataan Ramli terpotong dengan ucapan Revie yang menyela, "Revie setuju banget lah. Akhirnya, aku punya Mamah juga," teriaknya bahagia.

Membuat Ramli membelalak tak percaya mendengar jawaban tak terduga dari bibir Putrinya.

Lelaki tua itu bernapas lega lalu bergantian menatap ketiga Putranya yang masih terdiam. "Kalian?"

"Hm, kita terserah Papah aja. Kalau memang itu membuat Papah bahagia dan keputusan yang terbaik. Kita setuju aja. Lagian Revie juga keliatannya bahagia sekali," kata Ridwan melirik si bungsu yang melompat-lompat kecil.

"Iya, Raffi setuju sama ucapan Bang Wawan."

"Rey ikutan ajalah," jawabnya.

"Alhamdulillah," ucap Ramli penuh syukur mendapat restu keempat anaknya. Padahal tadinya dia sudah berpikiran buruk dan tidak menduga responnya akan seperti ini.

"Memangnya kapan pernikahannya nanti?" tanya Ridwan.

"Minggu depan sajalah."

"Beneran?"

Ketiganya kaget dan melongo kecuali Revie yang masih asik dengan dunianya sendiri. Melompat dan berjoget tak jelas.

"Iya."

"Papah sudah ngelamar Tante Bella?" tanya Ridwan.

"Sudah."

"Kapan?"

"Kemarin saat kita pergi berlibur ke pantai.

"Woah Papah gerakan bawah tanah. Tiba-tiba udah ngelamar."

"Tante Bella, mau?" tanya Raffi kali ini bersuara.

"Mau."

"Terus gimana dengan anaknya Belle?"

"Katanya nanti akan dijelaskan."

"Oh. Semua perlengkapan pernikahannya memang sudah disiapkan. Minggu depan?"

"Sudah. Hanya akad saja. Tidak ada perayaaan besar. Tante Bella sendiri yang memintanya."

"Oh."

"Semoga lancar ya Pah," kata Ridwan tersenyum yang kemudian diangguki oleh dua adik lelakinya.

"Makasih anak-anaknya Papah."

"Sama-sama Pah."

***

"Aku nggak setuju Mah!" sinis Belle sampai mendorong kursinya ke belakang lalu bangkit.

"Sayang mengertilah."

"Nggak. Pikiran Mamah ada di mana sih sampai mengiyakan lamarannya Om Ramli? Almarhumah istrinya itu tetangga kita Mah."

"Tapi sayang--"

"Nggak. Pokoknya aku nggak setuju."

"Sayang," lirih Bella meraih tangan anaknya lalu mengenggamnya.

"Mamah nggak ingat. Kejadian dulu? Apa Mamah udah ngelupainnya?" tanya Belle menahan amarahnya.

"Ingat." Bella merunduk menatap telapak meja berwarna hijau. "Dia--- kasihan."

Belle memalingkan wajahnya, jengah dengan kata terakhir yang diucapkan sang Ibu. "Terserah Mamah."

Gadis itu pergi menuju kamarnya meninggalkan Bella sendirian di dapur.

Bella tersenyum samar.

***

Setelah akad nikah selesai dilaksanakan dengan baik.

Ramli dan Bella telah memberlangsungkan pernikahan mereka berdua di rumah Bella, si pengantin wanitanya.

Anak-anak Ramli terlihat bahagia kecuali anak Bella yang hanya diam.

Kini mereka berkumpul untuk makan malam.

Revie sangat bahagia kedatangan keluarga baru. Ridwan, Raffi dan Reyhan ikutan bahagia juga melihat Papah dan adik kesayangan mereka terus tersenyum sejak ijab kabul di mulai hingga selesainya pernikahan.

"Selamat datang di keluarga R," ucap Revie sedikit keras dengan kedua tangan yang direntangkan seperti menyambut kedatangan orang saja.

Bella terkekeh pelan. Mengambilkan nasi Ramli, suaminya.

"Enak tuh yang sekarang dah ada yang ambilin," celetuk Reyhan memungut tempe dari piring Belle, memakannya. Tanpa sepengetahuan gadis itu sendiri yang sedang menuang air putih ke gelasnya.

"Ck, tempe aku!" geram Belle memukul tangan Reyhan. "Pahh," rengeknya menoleh ke Ramli yang menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

"Rey," tegur Ramli pada anaknya yang memang suka jahil.

"Udah pangil Papah aja," celetuk Raffi kali ini.

"Ish!" Belle mencuatkan bibirnya. Kesal dengan para cowok ini.

"Yeey! Sekarang Revie ada saudari dong! Senang deh." gadis mungil itu memeluk Belle si bongsor yang kebetulan duduk di sampingnya.

Belle memutar bola matanya mendapat pelukan dari Revie.

"Gue mau makan, ih!" sinisnya menjauhkan tangan Revie dari tubuhnya.

Raffi menjawil hidung Revie sekikas. "Eh, dek artinya keluarga kita bukan lagi 'R' aja tapi ada 'B' nya juga. Kan ada Tante Bella dan Belle."

"Iya juga ya." Revie mengangguk. Tangannya mengetuk dahinya. "Artinya ganti jadi R & B Family dong!" ucapnya berbinar.

"Boleh juga tuh," sahut Raffi.

Ridwan Abang yang paling tua hanya menyaksikan obrolan saja tanpa ikut menimbrung.

***

Salken,

Novie_lix.

GloomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang