Revie berdiam diri di kamarnya. Kini dia sedang menekuni gambarnya. Dia membuat desain mode di lembaran khusus yang disediakan. Sudah banyak beberapa lembaran yang di atasnya terdapat desain mode yang beragam.
Dia suka menggambar.
Apalagi jika itu pakaian.
Terlihat sangat indah dimatanya.
"Ck, ini makan malam buat kamu."
Belle meletakan senampan nasi berserta lauk-pauk dan susu di atas nakas.
Revie terperanjat melihat kedatangan Belle, saudari tirinya yang membawakan makanan untuknya. Biasanya Mamahnya lah yang melakukannya.
"Di makan," kata Belle dingin.
"Iya, Makasih."
"Terpaksa."
"Oooh." Revie menggaruk hidungnya, merasa tidak enak hati.
"Kenapa sih kamu jarang makan bersama kita? Apa karena kehadiran Mamah dan aku?"
"Eh, nggak," jawab Revie cepat. Bukan itu sebabnya. Dia merasa tak semangat saja bukan karena mereka berdua.
"Terus kenapa?"
"N-nggak papa."
"Nggak jelas," cibir Belle kesal mendengar jawaban dari Revie.
Revie menghentikan aksi gambarnya, dia meletakan pensinya. "Hm, Elle. Aku mau tanya sesuatu ke kamu. Boleh?"
"Apa?"
"Kenapa kamu jutek ke aku? Apa aku ada salah sama kamu?"
"Kenapa nanyai gitu?"
"Nanya aja."
"Mau tau banget nih."
"Iya."
"Karena kamu cupu."
Revie mengernyit, dia tak kaget dengan jawaban spontan serta ringan itu dari bibir Belle. Dia juga sadar bahwa dirinya adalah gadis cupu dan idiot.
"Hanya itu?"
"Ya."
"Kok--"
"Udahlah aku males ngomong sama kamu. Aku mau tidur aja. Tuh dimakan."
Belle melirik meja belajar Revie sebentar. Mengetahui apa yang dilakukannya membuat Belle tersenyum penuh arti.
"Iya Belle. Sekali lagi terimakasih banyak sudah--"
"Hm."
Pintu kamar Revie tertutup kembali dari luar dengan rapat.
Dia sedikit murung dan memikirkan Belle yang kenapa begini sikapnya terhadapnya? Padahal dirinya pingin sekali akrab dengan dia. Bermain bersama, mengobrol bersama, berbagi cerita baik suka maupun duka.
Tapi sepertinya cewek itu engan berdekatan dengan dirinya.
***
Berada di kumpulan orang-orang yang tak memahami perasaan orang lain hanya akan membuat diri terasingkan.
Inilah yang dirasakan Revie.
Ingin dia keluar dari zona yang membelengu jiwanya.
Diam bak patung memperhatikan bibir-bibir mereka yang saling menyahuti satu sama lain.
"Yang ini nggak cocoklah buat berpergian terlalu mencolok," komentar Ayu menunjuk sebuah gambar di ponsel Miranda.
Salah satu teman kelasnya berulang tahun. Malam ini pestanya akan dirayakan. Seluruh teman diundang begitu juga dengan Revie. Namun gadis ini lebih memilih mengirimi kado saja nantinya. Dia tidak minat untuk datang. Bukan tidak minat lebih tepatnya minder dan takut dikucilkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy
Teen FictionPs: Remaja 15+ ( Terdapat konten kekerasan ) *** Kebanyakan orang berpendapat bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah dan sulit untuk dilupakan. Namun, bagi seorang Bulan Purnama masa SMA adalah masa yang paling menyakitkan dan tak ingin dikena...