Don't be a plagiarist!
Happy reading~
.
.
.Sudah lima menit berlalu, namun sedari tadi Guanlin hanya mondar-mandir di depan ruangan sang CEO. Dia sedang kebingungan dan resah. Pasalnya, ketua dari divisinya menyuruh Guanlin untuk menyerahkan proposal terkait dengan pemasaran produk baru perusahaan langsung kepada Lee Jeno.
Namun, yang menjadi kendala adalah ketika Guanlin sudah sampai di lantai delapan, tempat atasannya tersebut, dia tidak melihat meja sekretaris yang biasa bertengger di dekat pintu ruangan sang CEO. Jadilah Guanlin bingung dan merasa ragu apakah dia harus mengetuk pintunya langsung atau tidak.
Bagaimana jika Tuan Lee sedang sibuk dan aku malah mengganggunya?. Gawat!. Aku tidak mau dipecat!.
Sekali lagi Guanlin meneguk ludahnya kasar. Tetapi jika begini terus, maka waktu akan terbuang percuma. Ketua dari divisinya pasti akan marah besar. Maka, dengan mengumpulkan keberanian yang tersisa, Guanlin pun mendekati pintu bercat abu-abu itu dan mulai mengetuk pelan.
TOK! TOK! TOK!
"P-permisi, Tuan Lee.... I-ini Lai Guanlin dari divisi pemasaran", ucapnya setengah gemetar.
Tak lama kemudian, terdengarlah deritan pintu yang ada di hadapan Guanlin tersebut.
"Oh, Guanlin-ssi. Silakan masuk!", sambut Jaemin sambil tersenyum ramah. Berbeda dengan Guanlin yang membulatkan matanya terkejut.
"Astaga!", pekik Guanlin. "K-kau...!. S-sekretaris Na, sedari tadi kau ada di dalam?. Apakah aku mengganggumu?". Guanlin tampak panik. Jaemin menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Tidak. Kau sama sekali tidak mengganggu, Guanlin-ssi. Aku berada di dalam karena meja kerjaku telah dipindahkan ke dalam ruangan ini oleh Tuan Lee".
Jaemin memasang senyuman terpaksa. Karena bagaimanapun juga, dia enggan jika harus mengingat kembali perihal "pemindahan meja kerjanya". Selain itu, Jaemin juga tidak nyaman jika harus berlama-lama melakukan interaksi dengan teman akrabnya secara formal, mengingat ini adalah jam kerja.
"APA?!. KAU SATU RUANGAN DENGAN TUAN LEE?!". Guanlin tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya tatkala mendengar fakta baru ini.
"Ekhm!. Ada apa ini?", suara dingin yang berasal dari balik punggung Jaemin berhasil mengalihkan atensi kedua orang tersebut. Itu adalah Jeno yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya dengan datar.
Guanlin yang menyadari kebodohannya, yaitu berteriak di ruangan sang atasan, segera merutuki dirinya sendiri dan meminta maaf kepada Jeno.
"Maafkan saya, Tuan Lee. Saya tidak bermaksud untuk melakukan keributan di sini. Sekali lagi, maafkan saya". Guanlin membungkuk berkali-kali kepada Jeno. Keringat dingin sudah membasahi telapak tangannya.
Jeno hanya mengangguk pelan, memberikan pengertian kepada Guanlin karena sedari tadi sang istri sudah menatapnya dengan tajam.
"Baiklah, baiklah. Tidak masalah. Kau datang untuk mengantarkan berkas, bukan?. Sekarang cepatlah masuk dan duduk di sofa!", titah Jeno. Guanlin pun menurut dan langsung melesat ke tengah ruangan dimana sofa yang dimaksud Jeno berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong with Secretary Na? ||NoMin|| ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Na Jaemin sudah lelah menghadapi hari-harinya di Lee Corp. Bagaimana tidak?. Lee Jeno adalah CEO yang diktator. Dimana pun dia berada, seorang Lee Jeno tetaplah diktator. Titik!. Meskipun ini menurut Jaemin sendiri. "Aarrrgh!. Lama-lama...