Don't be a plagiarist!
Happy reading~
.
.
."Hoek... Hoek..."
Jeno mengerang pelan saat tidur lelapnya terusik. Perlahan dia membuka kelopak matanya dan melihat jam digital yang berada di atas nakas. Masih jam lima pagi.
"Jaemin-ah?. Sayang, kau dimana?".
"Hoek..."
Suara itu berasal dari kamar mandi. Jeno segera bangkit dari kasur empuknya dan melesat menuju asal suara tadi.
"Sayang?".
Jeno terkejut bukan main saat melihat sang istri yang tengah menunduk di depan wastafel sambil memuntahkan isi perutnya. Dengan sigap lelaki berhidung mancung itu menghampiri sang istri dan memijat tengkuknya dengan lembut.
Tak lama kemudian, Jaemin selesai dengan urusannya. Dia pun membasuh wajahnya setelah memutar keran di wastafel.
"Sayang, ada apa?. Apakah kau sakit, hm?", tanya Jeno lembut.
Jaemin hanya menggeleng pelan dan bersandar di dalam dekapan Jeno. Tenaganya benar-benar terkuras dan sekarang dia merasa sangat lemas.
"Aku tidak tahu. Aku terbangun dari tidurku karena mual. Dan sekarang aku sudah tidak punya tenaga lagi", lirihnya.
"Kalau begitu, biar aku gendong. Kau tampak pucat, sayang. Bagaimana kalau aku teleponkan dokter untukmu?". Jeno benar-benar cemas dengan keadaan Jaemin saat ini.
"Tidak perlu, sayang. Mungkin aku hanya masuk angin. Aku hanya membutuhkan istirahat yang cukup. Kau tenang saja".
"Tapi-"
"Sstt... Aku baik-baik saja, Jeno-ya. Jangan khawatirkan aku. Sekarang, kau harus bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Oh iya, izinkan aku untuk tidak bekerja hari ini, ya?".
"Kau tidak perlu khawatir, sayang. Kau meminta izin selama satu bulan pun akan ku penuhi".
"Hush!. Jangan memberikan contoh yang tidak baik sebagai atasan!. Ah, aku juga ingin meminta maaf karena hari ini aku tidak bisa membantu para maid untuk memasak sarapan untukmu". Jaemin mengerucutkan bibirnya.
Jeno tertawa pelan dan menjawil bibir Jaemin yang dimajukan itu, seketika membuat empunya mengaduh pelan.
"Iya, sayang. Aku tidak akan memaksamu. Sekarang, kau yang harus menuruti ucapanku. Aku masih cemas jika meninggalkanmu sendirian di rumah karena kau juga tidak mau memeriksakan kondisimu ke dokter. Jadi, aku akan menelepon Mama untuk menemanimu di sini, mengerti?".
"A-apa?. Mama?. Tidak perlu, sayang. Aku-".
"Tidak ada penolakan, Lee Jaemin!".
Jaemin hanya memutar bola matanya dan mengangguk pasrah. Lagipula, Jaemin tahu betul bagaimana sifat suaminya itu jika sedang khawatir. Dia pasti akan terus memikirkannya sehingga tidak akan bisa fokus dengan semua pekerjaannya. Ya, daripada Jaemin mengganggu konsentrasi Jeno, lebih baik dia menyetujui saja usulan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong with Secretary Na? ||NoMin|| ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Na Jaemin sudah lelah menghadapi hari-harinya di Lee Corp. Bagaimana tidak?. Lee Jeno adalah CEO yang diktator. Dimana pun dia berada, seorang Lee Jeno tetaplah diktator. Titik!. Meskipun ini menurut Jaemin sendiri. "Aarrrgh!. Lama-lama...