Chapter 10

45K 5.3K 356
                                    

Don't be a plagiarist!Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't be a plagiarist!
Happy reading~
.
.
.

"Jaemin-ah, kemari!". Haechan melambai-lambaikan tangan dengan semangat tatkala maniknya menangkap sosok sang sahabat yang jarang ditemuinya akhir-akhir ini.

Jaemin yang mendengar panggilan itu pun menoleh dan menemukan sosok Haechan, Renjun, dan Guanlin yang sedang duduk di bangku kantin tempat biasanya mereka berkumpul. Jaemin pun menghampiri mereka bertiga sambil menenteng dua plastik makanan untuk dirinya dan Jeno.

"Ada apa Haechan-ah?".

"Ayo, sini duduk dulu!", pekik Haechan gemas. Sedangkan Jaemin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Maaf, Haechan-ah. Aku sedang terburu-buru. Tuan Lee menyuruhku untuk membeli makan siang karena dia sedang tidak ingin ke kantin". Jaemin mengangkat bungkusan yang dia bawa. Seketika Haechan tampak kecewa.

"Kau tidak mau makan siang bersama kami lagi?. Sudah berapa hari terlewati tanpa dirimu, Jaemin-ah?. Aku merindukanmu...", bisik Haechan di akhir kalimatnya.

Jaemin yang melihat sahabatnya itu pun meletakkan plastik yang dijinjingnya ke atas meja dan kemudian memeluk Haechan.

"Bukan begitu, baby bear~. Aku benar-benar sibuk sejak diangkat menjadi sekretaris. Aku juga merindukanmu, sangat. Ayo, akhir pekan nanti kita jalan-jalan!", hibur Jaemin.

Seketika Haechan melepaskan pelukan Jaemin dan menatapnya dengan mata yang berbinar-binar.

"Sungguh, akhir pekan nanti kita akan jalan-jalan?. Nana janji?", tanyanya imut, membuat Jaemin memekik gemas.

"Iya, aku janji..."

"Pokoknya, ada hal penting yang ingin aku tanyakan!. Nana harus jawab!".

"Iya, iya~".

"Sudah cukup, anak-anak!. Aku mual", sela Renjun yang menatap adegan itu dengan datar.

"Oh, Injun juga ingin dipeluk, ya?. Bilang saja, tidak usah iri!. Sini, sini~", kata Haechan yang langsung menyerang Renjun dengan pelukan.

"Hei, hei!. Menjauh dariku, beruang gendut!. Kau menjijikkan!", pekik Renjun.

"Aku tidak gendut!. Aku sexy!". Haechan membela diri. Dan terjadilah perdebatan yang tidak penting di antara keduanya.

Jaemin dan Guanlin hanya tertawa melihat tingkah absurd kedua makhluk di hadapan mereka.

"Oh, Guanlin!. Aku harus kembali. Tuan Lee pasti sudah menungguku", pamit Jaemin.

"Baiklah, sampai jumpa, Jaemin-ah!".

Jaemin membalas lambaian tangan Guanlin dan berbalik pergi dari kantin tersebut. Sebelum dirinya benar-benar sampai di pintu keluar, Jaemin sempat berpapasan dengan Mark dan mereka hanya bertukar senyuman kecil dan kemudian berlalu.

"Telat tiga menit empat belas detik", ucap Jeno sambil menatap arloji di pergelangan tangan kirinya, membuat Jaemin mendengus dan meletakkan sekantung makanan yang ditentengnya dengan kasar ke atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Telat tiga menit empat belas detik", ucap Jeno sambil menatap arloji di pergelangan tangan kirinya, membuat Jaemin mendengus dan meletakkan sekantung makanan yang ditentengnya dengan kasar ke atas meja.

Jeno yang melihat istrinya tidak kunjung duduk di sofa pun menarik Jaemin ke pangkuannya. Jaemin masih merajuk sambil menolehkan kepalanya kearah lain.

"Berikan aku alasan yang jelas. Maka aku tidak akan menghukummu, hm?", kata Jeno lembut sambil menyisir surai lembut Jaemin yang menutupi dahinya.

"Kalau ku katakan pun, kau akan tetap menghukumku nantinya!". Jaemin masih betah menyilangkan tangannya di dada. Sedangkan Jeno tertawa pelan mendengar jawaban sang istri.

CUP!

Jeno yang merasa gemas pun mengecup ujung hidung Jaemin.

"Tidak, tidak. Aku tidak akan membuatmu kelelahan, karena kau sudah bekerja keras untuk menjadi sekretaris yang baik akhir-akhir ini. Jadi, katakanlah kenapa tadi kau telat, hm?".

Pada akhirnya, mata bulat nan indah milik Jaemin menatap kearah Jeno.

"Tadi aku bertemu dengan sahabat-sahabatku terlebih dahulu di kantin. Jadi, jangan hukum aku, Papa~", katanya sambil memeluk erat leher Jeno. Sementara itu, Jeno hanya menggeram pelan.

"Jangan bertingkah seperti itu, sayang. Bagaimana bisa aku tidak menghukummu?", ucapnya serak.

Segera setelah Jaemin mendongakkan kepalanya, Jeno lantas menyambar belah bibir cherry milik Jaemin, menghantarkan pagutan mesra di antara keduanya.

Jaemin mengerang pelan sambil meremas surai belakang Jeno, menikmati sesi ciuman tersebut. Jeno memang ahli dalam hal ini. Mereka saling memagut, menggigit, berperang lidah, dan bertukar saliva.

Suara kecipak memenuhi ruangan itu, sebelum Jaemin menepuk-nepuk dada Jeno guna menghentikan pagutan di antara mereka. Jaemin sudah kehabisan napas dan Jeno masih sempat-sempatnya menggoda Jaemin dengan membelitkan lidah mereka dengan kuat sebelum benar-benar melepaskan tautan itu.

Jaemin terengah bukan main. Sedangkan Jeno menjilati saliva yang entah milik siapa mengalir di dagu Jaemin.

"Hah..., hah.... Kau.... Kau ingin membunuhku, ya?!", pekik Jaemin sambil mengusap sisa-sisa saliva dengan punggung tangannya. Jeno hanya tersenyum lebar sambil menampakkan eye smile-nya.

"Maaf, aku kelepasan, sayang".

"Bodoh!. Lain kali, jangan seperti itu!. Kalau aku mati, bagaimana?!".

"Tinggal ku beri napas buatan".

"Aish!". Jaemin tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya itu. Dia lantas merapikan kerah kemejanya yang kusut dan mulai membuka bungkusan di atas meja. "Sudahlah!. Sekarang, ayo kita makan!. Jam istirahat sebentar lagi selesai dan kau masih ada meeting setelah ini".

"Ay ay, my Queen!".

.
.
.
TBC

Double up :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double up :)

Jangan lupa tinggalkan jejak~ :D

August 5th, 2019

What's Wrong with Secretary Na? ||NoMin|| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang