Don't be a plagiarist!
Happy reading~
.
.
.Jaemin menatap pantulan dirinya di cermin. Penampilannya sudah tampak rapi dengan balutan setelan putih dan riasan tipis yang menghiasi wajah cantiknya. Jaemin merasa gugup karena sedari tadi dia hanya meremat jemarinya yang tertaut dan menghela napasnya berkali-kali.
"Sayang, apakah kau sudah siap?". Suara lembut itu membuyarkan lamunan Jaemin. Jaemin pun menoleh ke ambang pintu dan melihat sosok wanita paruh baya yang sedang berdiri di sana.
"Ibu?", lirih Jaemin.
Winwin tersenyum lembut dan menghampiri putra semata wayangnya tersebut. Jaemin langsung berhambur ke dalam pelukan sang ibu.
"Hei, ada apa, Nana-ya?. Kenapa malah memeluk ibu dengan erat, hm?". Winwin sengaja memanggil Jaemin dengan nama kecilnya karena Winwin tahu betul sifat sang anak jika sudah bermanja-manja seperti ini, Jaemin pasti sedang berada dalam suasana yang tidak baik.
"Nana gugup, ibu~. Hari ini adalah hari pernikahanku, tetapi bagaimana jika aku membuat kesalahan?. Dan apakah... Apakah aku pantas bersanding dengan Jeno-ssi?", lirih Jaemin.
Winwin lantas melepaskan pelukan mereka dan menangkup wajah cantik Jaemin.
"Hei, jangan begitu!. Kau adalah putra ibu. Selama dua puluh empat tahun hidupmu, kau tidak pernah mengecewakan ibu dan ayah. Lagipula, pernikahan ini adalah keinginan Tuan Lee dan istrinya sendiri, dan Jeno sudah menyetujui keinginan dari kedua orang tuanya itu. Jadi, jawaban yang paling tepat adalah kau lebih dari sekadar pantas untuk bersanding dengan Lee Jeno". Winwin tersenyum sambil mengusap kedua pipi Jaemin dengan lembut. Jaemin pun memegang kedua tangan sang ibu yang berada di pipinya.
"B-benarkah, ibu?. T-tapi, tetap saja saat ini aku merasa sangat gugup~. Ah, bagaimana ini?!".
"Setiap orang pasti akan berada dalam posisi yang sama sepertimu di hari pernikahan mereka. Jadi, sekarang tenangkan dirimu dan cobalah untuk tetap fokus!. Ayahmu sudah menunggumu di luar, sayang".
Sekali lagi, Jaemin menghembuskan napasnya dan mengangguk pelan. Sang ibu menuntun putranya menuju daun pintu dan membukanya perlahan.
Di luar, Yuta sudah berdiri dengan setelan jas hitam dan menunggu kedatangan sang putra.
"Jaemin-ah, kau sudah siap?", ucap Yuta sambil mengulurkan tangannya. Jaemin hanya mengangguk kecil dan menerima uluran dari sang ayah.
Mereka berdua berjalan dengan anggun menuju karpet merah yang terbentang dan terhubung langsung dengan altar. Di sisi kanan dan kiri karpet telah dihiasi oleh baby's breath sebagai simbol dari pernikahan tersebut.
Pernikahan ini dilaksanakan secara tertutup dan sederhana. Tak banyak tamu yang diundang sebagai saksi, namun sudah mampu membuat Jaemin terharu karena pernikahan seperti inilah yang selalu diimpikan olehnya. Sederhana tetapi bermakna.
Yuta masih menuntun Jaemin dengan perlahan menuju altar diiringi oleh alunan musik yang indah. Sedangkan Jeno telah berdiri dengan gagah di depan sana. Lelaki berhidung mancung itu juga memakai setelan yang sama dengan Jaemin, yaitu bernuansa putih.
Jeno segera mengulurkan tangannya setelah Yuta dan Jaemin sampai di hadapannya. Yuta pun menuntun tangan Jaemin untuk menerima uluran tersebut. Kini, jemari Jaemin sudah berada dalam genggaman Jeno yang tampak pas melingkupi jari-jari lentiknya. Mereka berdiri dengan serasi di atas altar.
Prosesi tukar cincin pun dimulai. Jeno menyematkan sebuah cincin perak yang dihiasi berlian-berlian kecil dan terdapat ukiran namanya ke jari manis tangan kanan Jaemin. Begitu pun sebaliknya, Jaemin juga menyematkan cincin perak yang berukiran namanya ke jari manis tangan kanan Jeno. Setelah itu, mereka mulai mengucapkan janji suci yang dipimpin oleh seorang pendeta."Saudara Lee Jeno, apakah Anda bersedia menerima Na Jaemin sebagai istri Anda, menerima segala kekurangan dan kelebihannya, baik dalam keadaan sedih maupun senang, suka maupun duka, sehat maupun sakit?".
"Ya, saya bersedia", jawab Jeno mantap.
"Saudara Na Jaemin, apakah Anda bersedia menerima Lee Jeno sebagai suami Anda, menerima segala kekurangan dan kelebihannya, baik dalam keadaan sedih maupun senang, suka maupun duka, sehat maupun sakit?".
Ada jeda beberapa saat sebelum Jaemin berhasil menetralisir rasa gugupnya.
"Ya, saya bersedia".
"Kalau begitu, kalian telah sah menjadi pasangan suami-istri. Dan sekarang, Anda boleh mencium pasangan Anda", ucap sang pendeta.
Jaemin yang mendengar hal itu pun kembali dilanda rasa gugup sekaligus malu, karena ini adalah first kiss baginya. Namun, Jeno segera menuntunnya ke dalam sebuah ciuman yang manis dan seringan kapas.
Sorak-sorai penonton yang tak lain adalah keluarga dari kedua mempelai memenuhi seisi ruangan. Bahkan sepupu Jeno, Mark, yang juga diundang dalam pernikahan ini tersenyum haru melihat kebahagiaan sang sepupu. Dia juga ikut bahagia jika sepupunya itu bahagia. Karena bagaimanapun juga, Mark sudah menganggap Jeno sebagai adik kandungnya sendiri.
.
.
.Aaarrrgh!. Sumpah, ini pertama kalinya aku bikin scene pernikahan. Asdfghjkl!. Gak tau lagi deh ngefeel atau enggak ಥ⌣ಥ
Jadi, tinggal bonchap-nya ya... :')
Jangan lupa tinggalkan jejak, wahai readernim tercinta~ 💚💚
August 23rd, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong with Secretary Na? ||NoMin|| ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Na Jaemin sudah lelah menghadapi hari-harinya di Lee Corp. Bagaimana tidak?. Lee Jeno adalah CEO yang diktator. Dimana pun dia berada, seorang Lee Jeno tetaplah diktator. Titik!. Meskipun ini menurut Jaemin sendiri. "Aarrrgh!. Lama-lama...