Part 10🌻

2.3K 104 6
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(Bismillahirrahmanirrahim)

Selamat membaca 😊

.
.
.
-------------------------***------------------------
Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya."
-Tere Liye-
-------------------------***------------------------

Malam ini aku kembali termenung. Lagi-lagi aku memikirkan Aditya.
Perkataan Zya tadi siang membuatku sadar, bahwa tidak seharusnya aku terus memikirkannya. Tapi aku tetap ingin tahu kenapa dia seperti ini, aku ingin tahu alasan dia pergi seperti ini.

Ku ambil smartphoneku, ku kirim pesan padanya untuk kesekian kalinya tapi masih tidak ada balasan darinya. ku coba meneleponnya, tapi bukan suaranya yang ku dengar melainkan suara operator. Dia tidak mengangkatnya. Ku coba berulang kali, sampai akhirnya nomornya tidak aktif lagi.

Rasanya aku ingin menyerah, tapi aku tidak akan tenang sebelum ada kejelasan tentang hubungan ini. Berulangkali ku usap wajahku kasar. Aku benar-benar gusar sekarang.

Akupun mencoba mencari tahu dari akun media sosialnya, tentang apa yang dia lakukan sebenarnya, jika ia benar sibuk, maka aku akan mengerti.
Aku lihat akunnya baru saja aktif sejam yang lalu.
"Kenapa dia masih sempat membuka ini, tapi dia tidak sempat membalas chat dan teleponku." pikiranku pun mulai tidak tenang.

Aku terus mencoba mencari tahu dari akun media sosialnya yang lain.
Dan aku sangat terkejut ketika melihat sebuah insial nama yang tertulis di akun media sosialnya, dengan tanda love dibelakangnya.

Tanganku gemetar, jantungku berdetak sangat cepat, hatiku patah seketika.
"Jadi benar, Dia tidak pernah serius padaku, dan sekarang Dia sudah bersama yang lain." Ucapku getir.

Hatiku rasanya tercekat sakit, hatiku hancur berkeping-keping, selama ini aku menunggunya, tapi disana dia bersama perempuan lain.
Bahkan tidak ada sedikitpun niatnya untuk memberitahuku jika dia sudah bersama yang lain.

"Mana ada penghianat, bilang-bilang, Zahra Bodoh!!" Emosiku seakan meluap.

Astagfirulloh, setan apa yang telah merasukiku hingga emosiku tak bisa aku tahan.

Dari awal aku memang ragu dengan hubungan ini, tapi aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini.
"Harusnya aku sadar, ketika dia tidak memberiku kepastian berarti dia tidak serius padaku, dan betapa bodohnya aku malah berharap lebih padanya." Cecarku pada kebodohanku sendiri.

Baru kali ini aku jatuh cinta, dan disakiti seperti ini. Aku seperti perempuan yang paling bodoh yang percaya begitu saja padanya.
Dia datang seenaknya ke kehidupan aku, masuk kedalam hati yang belum aku kasih untuk lelaki lain selain Ayah, tapi sekarang dia pergi begitu saja.

Air mata sudah tidak bisa aku bendung lagi, mereka seolah-olah sedang berlomba untuk keluar dari mataku.
Yang kuinginkan sekarang hanya menangis. Berharap ini akan membuatku tenang.
Ku biarkan tangisku pecah sekarang, tapi tak akan kubiarkan tangisan ini kembali jatuh untuknya. Kututup wajahku dengan bantal, supaya isak tangisku tidak terdengar.

***
Tidak sadar ternyata aku tertidur, entah sampai kapan aku menangis semalam. Mataku terasa berat, aku yakin mataku sangat sembab sekarang.

Ku lihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 03.25. Aku memutuskan untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat malam,
Aku ingin mencurahkan semuanya pada Rabb-ku.

Angin berhembus begitu kencang, sampai terasa begitu dingin, tapi itu tidak membuatku melunturkan keinginanku. Ku gelar sajadahku, ku gunakan mukenah, dan mulai melaksanakan sholat.
Setelah selesai ku tadahkan kedua telapak tanganku seraya berdoa.

GARIS WAKTU [COMPLETED] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang