Part 13 🌻

2K 100 4
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(Bismillahirrahmanirrahim)

Selamat membaca 😊
.
.
.
---------------------------***--------------------------

Hari ini kami memutuskan untuk pergi ke kebun teh. Udaranya sangat dingin, namun pemandangannya sangat indah, sehingga tidak melunturkan niat kami untuk tetap disini, menikmati setiap hembusan angin dan melupakan hiruk pikuk kota Jakarta.

"Disini dingin banget yah, aku jadi pengen ke toilet. Disini ada toilet gak Put? Tanya Zya.

"Ada ko, tapi lumayan jauh di sebelah sana." Jawab Putri sambil menunjukkan arah.

"Temenin aku yu, gak tahan nih." Ucap Zya.

"Yu, kamu tunggu disini dulu yah Ra. Aku nganter Zya dulu." Ucap Putri, yang hanya dibalas anggukan olehku.

Aku pun memilih untuk melihat-lihat pemandangan disini, kebun teh nan hijau yang terbentang luas.
Saking asyiknya melihat pemandangan, aku sampai tak melihat jalan yang aku pijaki, sampai akhirnya aku merasa tersandung sesuatu. Pertahananku pun tidak bisa aku tahan. Ku tutup mataku pasrah jika akan jatuh.
Setelah beberapa detik, aku tidak merasakan apapun. Ku buka mataku, ternyata aku tidak jatuh karena ada yang menahan tubuhku dari belakang.
Ketika aku mendongkakkan wajahku, aku sangat terkejut karena dia seorang lelaki. Mata kami saling bertemu beberapa detik.

"Aahhh maaf." Aku langsung melepaskan genggamannya yang melingkar di pinggangku.

"Sekali lagi maaf dan terima kasih sudah menolong saya." Ucapku, namun tidak ada jawaban darinya. Dia hanya memandangku aneh.

"Ekkhhm maaf, tidak baik memandang saya seperti itu, kita kan bukan muhrim." Ucapku yang membuat dia tersadar.

"Astagfirulloh maafkan saya." Ucap lelaki itu yang langsung menundukkan pandangannya dan mengusap wajahnya kasar.

"Sekali lagi terima kasih, kamu gak apa-apa kan?" Tanyaku.

"Emm saya,,saya tidak apa-apa." Jawabnya gugup, sambil menggaruk tengkuknya.

"Kalau kamu gak kenapa-kenapa kan Zahra?" Tanyanya. Yang membuatku mengernyit bingung. Dari mana dia tahu namaku, sepertinya aku belum pernah bertemu dengannya.

"Zahra" Teriak Zya sambil berlari menghampiriku.

Wajah Zya terlihat sangat panik. "Kenapa Zy? Ko kamu kaya yang panik gituh?" Tanyaku khawatir.

"Ra, kita harus pulang, Bundaku masuk rumah sakit, sakitnya kambuh lagi...hiks hiks.. " Ucap Zya yang saat ini mulai menangis.

"Inalillahi, ya sudah ayo cepat." Aku pun menarik tangan Zya hendak berlalu.

"Eh tunggu sebentar Zy." Aku berbalik dan melihat lelaki yang tadi menolongku.

"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih karena tadi sudah menolong saya, saya permisi. Assalamualaikum." Ucapku.

"Waalaikumsalam." Balas lelaki itu dengan suara baritonnya.

Aku pun langsung berlari ke tempat parkir dan terlihat Putri sudah menunggu disana.
Setelah sampai di rumah Putri, aku dan Zya langsung berkemas dan langsung pamit untuk pulang ke Jakarta. Umi dan Abi juga memilih ikut kami ke Jakarta karena ingin menjenguk Bundanya Zya. Sedangkan Putri tetap dirumahnya.

Di perjalanan pulang aku terus menenangkan Zya yang terlihat sangat panik dan terus menangis. Aku pun terus menyakinkannya bahwa Bundanya akan baik-baik saja.
Sesampainya di Jakarta, sekitar pukul 5 sore, aku memilih ikut ke rumah sakit untuk menjenguk Bundanya Zya. Aku belum sempat menghubungi Ayah dan Ibu kalau aku sudah di Jakarta karena Panik.

GARIS WAKTU [COMPLETED] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang