بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(Bismillahirrahmanirrahim)Selamat membaca 😊
.
.
.
-------------------------***------------------------
6 bulan kemudian.Malam kini kembali menyapa, namun malam ini hujan turun begitu derasnya, sesekali terlihat kilatan petir yang terdengar begitu bergemuruh.
Saat ini aku sedang sibuk dengan tugasku, namun tiba-tiba kilatan petir yang cukup besar membuatku terkejut, ditambah lagi dengan semua lampu yang padam.Ku nyalakan senter di Handphoneku, Aku pun keluar dari kamarku, ku turuni anak tangga dengan hati-hati, terlihat Ibu dan Ayah yang sedang menyalakan sebuah lilin di ruang keluarga.
Kebiasaan kami, ketika keadaan sedang seperti ini adalah berkumpul di ruang keluarga, untuk sekedar berbagi cerita, dan berbagi kasih sayang.Kali ini Ayah dan Ibu menceritakan masa mudanya, dimana Ayah dan Ibu dijodohkan oleh kakek dan nenekku, mereka tidak saling mengenal satu sama lain, tapi mereka menerima perjodohan itu, lalu menikah.
Aku tidak menyangka, Ayah dan Ibu yang awalnya tidak saling mengenal, kini mereka saling mencintai satu sama lain, terlihat dari perhatian yang Ayah dan Ibu berikan. Memang bukan kata-kata romantis yang biasa diungkapkan untuk orang yang dicintai, Tapi kasih sayang yang mereka tunjukan adalah lewat perbuatan.
Sepertinya aku harus berterima kasih pada kakek dan nenekku karena telah menjodohkan Ayah dan Ibu, sehingga aku dapat merasakan kebahagiaan diantara mereka.
Aku ingin seperti mereka suatu saat nanti, saling mencintai, saling melindungi dan saling mengerti satu sama lainnya.
Jika berbicara mengenai cinta, aku kembali teringat pada seseorang yang membuatku merasakannya. Seseorang yang masih setia aku tunggu kedatangannya. Seseorang yang masih aku tunggu kabarnya. Seseorang yang sampai saat ini menghilang bagai ditelan bumi.
Ya seseorang itu adalah Aditya.
Sudah hampir 6 bulan, aku menunggu sebuah notif darinya, entah itu pesan ataupun panggilan. Tapi sampai sekarang Ia tidak pernah lagi menghubungiku.
Terakhir kita bertemu adalah saat ulang tahunku.Entah sudah berapa pesan yang aku kirim padanya, entah sudah berapa panggilan keluar untuknya, tapi sekalipun dia tidak membalas pesanku, bahkan tidak mengangkat panggilanku.
Pikiran negatif pun sering muncul di otakku. Tapi dengan susah payah aku membuang pikiran burukku itu.
Aku harus berpikiran se-positif mungkin, aku tidak ingin nantinya akan ada masalah jika aku terus menerus berpikiran negatif.***
Hari ini adalah hari libur. Zya mengajakku ke sebuah pengajian yang diadakan di kampus, aku pun menerima ajakannya, karena saat ini kegiatan-kegiatan seperti inilah yang bisa membuatku melupakan masalahku sejenak."Zahra" teriak Zya sambil melambaikan tangannya ke arahku.
Aku pun melangkahkan kakiku segera, karena aku datang terlambat dan aku menyuruh Zya menunggku.
"Ra, sebaiknya kita cepat masuk, karena pengajiannya akan segera dimulai." Ucap Zya dengan menarik tanganku memasuki Masjid.
Benar saja, acaranya sudah dimulai, sudah banyak jama'ah yang datang. Sehingga aku dan Zya mendapatkan tempat duduk paling belakang.
"Zy maaf ya aku terlambat, jadinya kita malah duduk dibelakang." Bisikku pada Zya.
"Iya gak masalah ko, tadi juga aku datang terlambat, tidak lama sebelum kamu datang." Bisik Zya.
Sebelum memulai pengajian, biasanya diisi terlebih dahulu dengan Lantunan ayat suci Al-Quran.
Terlihat seorang lelaki yang sudah siap dengan Al-Quran ditangannya. Wajahnya tidak terlalu terlihat karena posisi dudukku yang paling belakang.Ketika ayat suci Al-Quran mulai dilantunkan, Hatiku terenyuh, badanku merinding menjalar keseluruh tubuh. Suaranya sangat merdu. Ia melantunkan Ayat suci Al-Quran dengan sangat fasih. Ketika dia berhenti membacanya, entah kenapa membuatku kecewa.
Selepas itu, masuk ke acara inti yaitu ceramah oleh Ustadz yang pada kali ini membahas mengenai "Jodoh."
Kata demi kata yang beliau ucapkan membuatku damai, dan tenang. Banyak yang menyukai ceramahnya. Dan banyak juga yang tertarik untuk bertanya tentang apa yang dibahasnya kali ini.
Setelai pengajian selesai, aku dan Zya pun melangkahkan kaki untuk keluar, namun tidak sengaja kami berpapasan dengan seorang lelaki.
Wajah lelaki itu sangat teduh, Ia terus menundukkan pandangannya dari kami. Karena memang tidak sepantasnya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim saling memandang apalagi dengan nafsu dalam hatinya. Sedikit demi sedikit akupun mulai belajar mengenai hal itu.
"Assalamualaikum Kak Raihan." Ucap Zya. Sepertinya Zya mengenal lelaki itu.
"Waalaikumsalam Zya."
"Kak kenalkan ini teman Zya, namanya Zahra dan Zahra kenalkan ini Kak Raihan, dia kakak tingkat kita di kampus. "
"Salam kenal Zahra." Ucap Kak Raihan, dengan menangkup kedua tangannya di depan dadanya.
"Salam kenal juga kak." balasku dan mengikuti apa yang dilakukan Kak Raihan.
"Ra, Kak Raihan ini yang tadi melantunkan aya suci Al-Quran. Bukankah kamu tadi bilang sangat menyukai bacaannya, dan kamu terlihat penasaran pada orangnya."
Bluuusshh..
Pipiku terasa panas, aku yakin pipiku sudah memerah sekarang. Kenapa Zya mengatakan itu di depan orangnya. Aku sangat malu.
Sedangkan Zya hanya terkekeh melihat wajahku yang mulai memerah karena malu."Masyaallah iya Kak, suara Kakak tadi sangat merdu." Ucapku gugup.
"Alhamdulillah terima kasih." Ucap Kak Raihan dengan senyum tipis terukir di wajah teduhnya.
"Maaf Zy, Kak, aku pamit pulang duluan yah. Assalamualaikum." Namun tiba-tiba Zya menahan tanganku.
"Kenapa Zy? " Tanyaku.
"Sebelum kamu pulang temenin aku makan dulu yu, aku sangat lapar." Jawab Zya yang masih menahan tanganku, dengan mata yang menatapku berharap.
Aku berpikir sejenak. Lalu ku anggukkan kepalaku "Ya sudah yuu." senyumpun mengembang dari bibir Zya.
"Kita pamit duluan yah kak, Assalamualaikum. " Ucap aku dan Zya barengan.
"Waalaikumsalam hati-hati di jalan." Balas Kak Raihan.
Aku dan Zya pergi ke tempat makan yang tidak jauh dari kampus.
Zya memesan semangkuk soto ayam, dan segelas jus jeruk. Sedangkan aku hanya memesan jus alpukat."Kamu tidak makan?" Tanya Zya.
"Aku tidak lapar Zy." Jawabku.
Zya langsung menyantap semangkuk soto ayam yang tadi dia pesan. Aku hanya diam dan menatap ke luar melihat orang yang berlalu lalang.
Tak butuh waktu lama, soto ayam pun sudah habis Ia makan."Ra kamu kenapa? Aku lihat dari tadi kamu seperti lagi ada masalah" Tanya Zya.
"Aku gak apa-apa Zy" Jawabku sambil meminum jus yang sedari tadi hanya aku aduk-aduk.
"Kamu bohong, aku udah kenal kamu lumayan lama Ra jadi aku tau kamu lagi ada masalah kan sekarang? Kamu boleh berbagi sama aku Ra." Zya memang selalu tahu, sekuat apapun aku menyembunyikan masalahku darinya, Dia pasti tahu.
"Aku bakalan nunggu, sampai kamu mau cerita sama aku." Tambahnya sambil menatap lurus ke arahku.
Aku pun menghela napas sejenak, lalu menceritakan semuanya pada Zya tentang hubungan aku dan Aditya sekarang.
"Ra, bukannya aku suudzon sama Aditya, tapi sepertinya Dia gak serius sama kamu. Lebih baik kamu ikhlaskan dia, jangan kamu pikirkan dia lagi, karena itu hanya akan menambah beban dipikiranmu. Bukankah Allah tidak suka kalau kita terlalu berharap pada sesuatu kecuali pada-Nya. Jika Aditya jodoh kamu, tanpa kamu tunggupun Dia pasti akan kembali untukmu."
Seperti ada hentakan di hatiku ketika mendengar ucapan Zya. Perkataan Zya benar, tidak seharusnya aku seperti ini. Tidak seharusnya aku terlalu berharap pada Aditya, karena Allah tidak suka dengan hal ini.
Aku sangat bersyukur karena ada Zya yang mengerti dan mau mendengarkanku. Rasanya beban dipikiranku sedikit berkurang sekarang.
-------------------------***------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS WAKTU [COMPLETED] √
Romance[Roman-Spiritual] 🌻Az-Zahra Nafeeza Fatharani🌻 Seorang perempuan yang sederhana dari keluarga yang begitu harmonis. Namun sayang, hubungan percintaannya tidak seharmonis keluarganya. Berkali-kali dia berharap pada laki-laki yang dia sayang, berkal...