بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(Bismillahirrahmanirrahim)Selamat membaca 😊
.
.
.-----------------------🌻🌻🌻------------------------
Saat ini aku sedang menunggu Pak Parmin untuk menjemputku di kampus ditemani oleh Zya.
Namun, Lagi-lagi aku melihat Kak Raihan dan Kak Annisa bersama satu temannya masuk ke dalam mobil Kak Raihan."Sepertinya benar, Kak Raihan juga menyukai Kak Annisa, buktinya mereka pulang bareng." Batinku
Tiiinnn..
Bunyi klakson mobil Kak Raihan, ketika mobilnya hendak berjalan melewatiku. Tiba-tiba mobilpun berhenti di depanku dan Zya."Assalamualaikum Zy, Ra." Ucap Kak Raihan dari kaca mobilnya yang terbuka.
"Waalaikumsalam" Ucapku dan Zya bersamaan.
"Ko kalian belum pulang?" Tanya Kak Raihan.
"Aku lagi nemenin Zahra nunggu supirnya ngejemput Kak." Ucap Zya.
"Oh, mau bareng Kakak aja Ra, biar kakak antar?" Ucap Kak Raihan.
"Kenapa Kak Raihan ngajak aku bareng, bukannya dia lagi sama Kak Annisa." Batinku.
Sekilas aku melihat ke arah Kak Annisa yang duduk disamping Kak Raihan, dia menatapku tajam, rasanya aku seperti mau di makan hidup-hidup olehnya.
"Gak usah Kak, sebentar lagi juga supir Zahra sampe." elakku menolak ajakan Kak Raihan.
"Ra, kayanya aku harus segera pulang, Bunda udah nyuruh aku pulang nih." Ucap Zya setelah menerima pesan dari Bundanya.
"Oh iya Zy, kamu pulang aja duluan, aku gak apa-apa ko disini sendiri."
Keadaan di kampus sore ini memang sudah terlihat sepi, hanya ada beberapa motor dan mobil yang masih terparkir disini.
"Tapi Ra kamu gimana, masa nunggu sendirian disini." Ucap Zya.
"Kamu pulang aja, biar kakak yang nungguin Zahra disini." Ucap Kak Raihan.
Sambil menoleh ke arah Kak Annisa.
"Gak apa-apa kan Nis." Tanya Kak Raihan, yang hanya diangguki oleh Kak Annisa."Gak usah Kak" Ucapku cepat.
"Gak apa-apa, Kakak cuman mau mastiin kamu aman." Ucap Kak Raihan yang menatapku sekilas.
Degg.
Jantungku selalu berdetak tidak normal, saat Kak Raihan memperhatikanku seperti ini. Kenapa Kak Raihan baik banget sih, tapi ini sungguh sangat tidak baik bagi jantung dan hatiku.
Walaupun Kak Raihan emang baik sama semua orang, tapi kalau terus seperti ini, bisa-bisa aku.."Ya udah, Ra, maaf yah aku harus pulang duluan. Titip Zahra yah Kak." Ucap Zya sambil berlalu menuju mobilnya.
Setelah Zya pergi. Aku masih berdiri sambil melihat ke arah gerbang kampus, berharap Pak Parmin segera datang. Aku tidak ingin berlama-lama disini. Sedangkan Kak Raihan, Kak Annisa dan temannya tetap berada di dalam mobil.
"Zahra" Panggil seseorang dari arah belakang.
"Ayah." Ucapku saat melihat Ayah yang berada di belakangku.
Aku sangat bersyukur ketika melihat Ayah ada disini. Setidaknya aku tidak akan kikuk lagi, dan segera pergi dari sini.
"Ko Ayah disini, bukannya Ayah gak ada jadwal ngajar? Tanyaku.
"Iya, tadi Ayah ada urusan jadi kesini. Ko kamu belum pulang?" Tanya Ayah.
"Aku nunggu Pak Parmin, tapi belum sampe, katanya kena macet."
"Ya udah pulang sama Ayah aja, nanti bilang ke Pak Parmin suruh pulang lagi aja." Ucap Ayah.
Aku pun langsung menganggukan kepalaku. Lagian aku gak mau lama-lama disini. Entah kenapa rasanya tidak nyaman, saat melihat tatapan Kak Annisa dan temannya itu.
"Oh iya kamu Raihan Kan?" Tanya Ayah ketika melihat Kak Raihan yang masih berada di dalam mobil.
Lalu terlihat Kak Raihan membuka pintu mobilnya dan keluar dari dalam mobil.
"Iya Pak saya Raihan." Ucap Kak Raihan sambil mencium punggung tangan Ayah.
"Oh iya waktu itu kamu baik-baik aja kan?" Tanya Ayah.
"Alhamdulillah saya gak apa-apa Pak. Untung saja Zahra segera membawa saya ke rumah sakit waktu itu." Ucap Kak Raihan sambil tersenyum, dan sekilas menatapku.
"Syukurlah, kalau gitu saya dan Zahra pamit pulang dulu yah." Ucap Ayah, yang diangguki oleh Kak Raihan.
"Iya Pak hati-hati."
"Zahra duluan yah Kak, terima kasih udah nungguin Zahra. Assalamualaikum. " lirihku saat hendak berlalu dengan Ayah.
"Iya sama-sama. Waalaikumsalam." Ucap Kak Raihan sambil tersenyum.
Author's POV 🌻
Saat ini Raihan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan hanya fokus dengan jalanan yang ada di depannya.
"Rai, tadi siapa sih, ko kamu kaya perhatian banget sama dia?" Tanya Riani yang merupakan temannya Annisa dan Raihan.
"Namanya Zahra, yang aku tahu dia itu temen deketnya Zya." Jawab Raihan.
"Ko ayahnya bisa tahu juga sama kamu? " Tanyanya lagi.
"Waktu itu aku sempet nolongin dia dari preman, kepalaku dipukul sama preman itu hingga pingsan dan aku dibawa ke rumah sakit. Aku tahu keluarganya karena mereka datang ke rumah sakit waktu itu." Jelas Raihan.
"Tapi kamu gak apa-apa kan?" Tanya Annisa dengan nada khawatir.
"Aku gak apa-apa buktinya aku sekarang disini." Ucap Raihan.
"Kamu suka yah sama dia?" Celetuk Annisa yang membuat Raihan terkejut saat mendengar pertanyaan itu dan langsung menoleh ke arah Annisa sekilas.
"Hah? Engga ko." Jawab Raihan gugup.
Walaupun bibirnya berkata tidak, tapi hatinya seperti berkata lain.Annisa yang melihat reaksi Raihan, hanya mengulum senyumnya.
"Aku tahu kamu bohong Raihan." Batinnya.Tak ada lagi obrolan diantara mereka, hanya ada suara mesin mobil dan ramainya jalanan. Sampai akhirnya mobil Raihan terparkir di sebuah panti asuhan. Seminggu sekali mereka rutin datang kesana, membantu anak-anak disana untuk belajar, baik belajar sekolah maupun belajar mengaji, dan kebetulan tempat asuhan ini adalah milik orang tuanya Raihan. Raihan sengaja mengajak Annisa dan Riani untuk membantunya disini karena Raihan percaya pada sahabat-sahabatnya itu.
Mereka memang bersahabat sedari kecil, sehingga mereka terlihat sangat dekat. Namun, mereka tetap menjaga jarak dan pandangan mereka karena mereka dibekali ilmu agama yang cukup baik sedari kecil.
🌻
Di tempat lain, saat ini Zahra sedang mendudukan dirinya di tepi ranjang setelah membersihkan diri dan berganti baju. Pikirannya masih mengingat kejadian hari ini.
"Sebenarnya apa hubungan Kak Raihan sama Kak Annisa, kenapa mereka selalu bareng kemana-mana, apa mungkin mereka beneran pacaran." Gumamnya.
-----------------------🌻🌻🌻-----------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS WAKTU [COMPLETED] √
Romantizm[Roman-Spiritual] 🌻Az-Zahra Nafeeza Fatharani🌻 Seorang perempuan yang sederhana dari keluarga yang begitu harmonis. Namun sayang, hubungan percintaannya tidak seharmonis keluarganya. Berkali-kali dia berharap pada laki-laki yang dia sayang, berkal...