بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(Bismillahirrahmanirrahim)Selamat membaca 😊
.
.
.
---------------------------***--------------------------
Kita sudah sepakat untuk menjalani hubungan ini tanpa status dan fokus mengejar mimpi kita masing-masing.Seperti rencana awal, kita mendaftar kuliah di Universitas yang kita inginkan.
***
Hari itu pun tiba, yaitu hari dimana aku merasa bahagia sekaligus merasa sedih, bercampur menjadi satu.Hari ini pengumuman hasil seleksi mahasiswa di kampus dimana aku mendaftar akan diumumkan, begitupun di kampus dimana Aditya mendaftar. Akhirnya kita pun merencanakan untuk membuka hasilnya bersama.
Setelah hasil itu diumumkan, kita sangat bahagia karena kita sama-sama di terima di kampus yang kita harapkan.
Namun ada kesedihan yang aku rasakan, dan aku juga dapat melihat itu dari ekspresi Aditya."Aku senang kita diterima di kampus yang kita inginkan, tapi itu juga membuatku merasa sedih karena kita akan benar-benar jarang ketemu nantinya." Ucap Aditya yang menatapku sendu.
"Aku juga merasa begitu." Jawabku, mataku terasa perih, rasanya aku ingin menangis tapi aku tidak bisa menangis di depan Aditya sekarang.
"Tapi kamu jangan khawatir, aku akan sering kesini dan menemuimu. Aku juga akan selalu menghubungimu." Ucapnya yang terlihat mencoba meyakinkanku.
"Iya aku akan menunggumu." Jawabku lirih, yang hanya diangguki oleh Aditya.
***
Di pagi hari yang cerah ini, matahari memancarkan sinarnya.
Angin sesekali berhembus dengan damai.Bisa di bilang, awal dari hubunganku dan Aditya akan dimulai sekarang, dimana kita harus menjalin hubungan yang kita sendiri tidak tahu akan berakhir bagaimana dan seperti apa.
"Ra, jaga diri baik-baik yah disini." Ucap Aditya dengan senyuman dibibirnya.
"Iya, kamu juga harus menjaga dirimu baik-baik disana." Balasku dan mencoba membalas senyumannya, walaupun bertentangan dengan hatiku yang sesak.
"Aku akan kembali untukmu." Ucapnya, yang membuatku tidak bisa menahan sesuatu yang sedari tadi aku tahan.
Teesss
Air mata itu menetes dengan sombongnya, dan tidak dapat aku tahan lagi."Jangan membuat aku berat untuk pergi dengan melihatmu menangis Ra." Ucap Aditya, yang terlihat sedikit mengacak-ngacak rambutnya.
"Ah maaafkan aku." Akupun langsung mengusap air mataku.
"Aku bilang jangan khawatir, aku akan terus menghubungimu dan sering menemuimu." Ucapnya dengan tegas.
Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan perkataannya.
"Aku pamit." Ucapnya, dengan mata yang menatapku lekat beberapa detik, dan kemudian langsung memutarkan badannya membelakangiku, lalu berjalan pergi.
Sekarang aku hanya bisa menatap punggung laki-laki itu yang mulai berjalan menjauh dan kemudian hilang dari penglihatanku.
Aku tahu jarak dari Jakarta ke Bandung memang tidak terlalu jauh, bahkan bisa ditempuh hanya beberapa jam saja, tapi rasanya tetap sedih, yang biasanya hampir setiap hari kita bertemu di Sekolah, namun sekarang pastinya akan sangat jarang sekali. Di tambah lagi dengan kedua orang tuanya yang memang tinggal di Bandung, selama sekolah disini dia hanya ikut tinggal bersama neneknya.
Rasanya aku ingin sekali menahannya pergi, tapi itu sama saja aku menghalangi masa depannya, dan sayangnya aku tidak seegois itu.
Saat ini Aku hanya mencoba berdamai dengan takdir yang terjadi saat ini dan juga nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS WAKTU [COMPLETED] √
Romance[Roman-Spiritual] 🌻Az-Zahra Nafeeza Fatharani🌻 Seorang perempuan yang sederhana dari keluarga yang begitu harmonis. Namun sayang, hubungan percintaannya tidak seharmonis keluarganya. Berkali-kali dia berharap pada laki-laki yang dia sayang, berkal...