بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(Bismillahirrahmanirrahim)Selamat membaca 😊
.
.
.
---------------------------***--------------------------Karena keadaan Kak Raihan tidak terlalu parah jadi Kak Raihan sudah diperbolehkan untuk pulang.
Aku, Ayah dan Ibu memutuskan untuk mengantar Kak Raihan pulang, walaupun berkali-kali Kak Raihan terus menolaknya.
Ayah membawa mobilnya bersama Ibu, sedangkan Aku dan Kak Raihan bersama Pak Parmin supir keluargaku menggunakan mobil Kak Raihan.
Diperjalanan aku terus memikirkan kejadian tadi untung saja ada Kak Raihan kalau tidak mungkin mereka akan menodaiku. Tidak terasa air mataku kembali jatuh. Tubuhku rasanya merinding membayangkan hal buruk itu.
"Non, non kenapa?" Tanya Pak Parmin yang melihatku menangis dari kaca mobil.
"Saya tidak apa-apa Pak." Jawabku sambil mengusap air mataku kasar.
Sedangkan Kak Raihan langsung menoleh ke arahku yang duduk di jok belakang."Kamu nangis?" Tanya Kak Raihan. Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan.
"Kamu pasti kepikiran kejadian tadi kan? Apa kamu masih takut?" Tanya Kak Raihan dengan nada khawatir.
"Iya Kak, aku sangat takut, untung ada Kakak yang datang nyelamatin aku, kalau tidak ada Kakak aku gak tahu gimana nantinya." Ucapku lirih.
"Kamu jangan takut lagi, sekarang kan ada Kakak sama Pak Parmin." Ucap Kak Raihan mencoba menenangkanku, yang diiyakan oleh Pak Parmin.
"Oh iya Ra, pas Kakak pingsan, siapa yang bawa Kakak ke rumah sakit?" Tanya Kak Raihan penasaran.
Degg
"Bagaimana ini, aku takut Kak Raihan marah, kalau sebenarnya tadi aku yang memapahnya sampai ke mobil, dan membawanya ke rumah sakit. Pandangannya saja selalu ia jaga. Kak Raihan pasti akan marah besar, jika ia tahu disentuh oleh orang yang bukan muhrimnya." lirihku dalam hati."Ra." Panggilnya karena tidak segera mendapat jawaban dariku.
"Ahh iya Kak. Emm sebelumnya Zahra minta maaf Kak, karena sebenarnya saat itu Zahra yang memapah Kakak sampai ke mobil, terus aku anterin Kakak ke rumah sakit. Waktu itu Zahra panik Kak, aku udh teriak minta tolong tapi gak ada orang. Zahra mohon Kakak jangan marah sama Zahra." Ucapku gugup dengan wajah tertunduk seperti anak kecil yang ketahuan bohong.
Terdengar Kak Raihan malah terkekeh dan Pak Parmin juga ikut terkekeh. Aku mendongkakkan wajahku dan menatap mereka aneh.
"Kenapa kamu merasa bersalah dan gugup seperti itu, harusnya Kakak yang berterima kasih karena kamu udah bawa Kakak ke rumah sakit." Ucap Kak Raihan.
"Aku kira Kakak bakalan marah karena aku bantu Kakak, kita kan bukan muhr.. "
"Allah tahu kamu cuman bermaksud nolong Kakak, jadi tidak apa-apa." Ucap Kak Raihan yang memotong pembicaraanku seolah tahu apa yang ingin aku katakan, sedangkan aku hanya mengangguk dan mencoba tersenyum.
"Pasti Kakak berat yah?" Celetuk Kak Raihan.
"Emm iya, ehh.. Engga." jawabku gelagapan. Entah kenapa aku jadi salah tingkah begini. Aku jadi membayangkan saat tadi memapah Kak Raihan dan melihat wajah teduhnya dengan mata terpejam.
"Astagfirulloh, ingat dosa Zahra!!" lirihku dalam hati.Sedangkan Kak Raihan dan Pak Parmin kembali mentertawakanku. Selama perjalanan mereka hobby sekali mentertawakanku, dan tidak perduli dengan wajahku yang sudah memerah karena malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS WAKTU [COMPLETED] √
Romansa[Roman-Spiritual] 🌻Az-Zahra Nafeeza Fatharani🌻 Seorang perempuan yang sederhana dari keluarga yang begitu harmonis. Namun sayang, hubungan percintaannya tidak seharmonis keluarganya. Berkali-kali dia berharap pada laki-laki yang dia sayang, berkal...