Bab 17

40 6 0
                                    

Jarang ngepost.
Karena lagi sibuk.
Jadi maafin ya.
Tapi harus tetap setia ya.
Setia baca maksudnya.
Wkwkwk:v

Lolita segera masuk ke dalam rumah. Ia segera membuka helmnya, flateshoes- nya dan masker di mulutnya itu.

"Mah, Mamah..." Panggil Lolita dengan suara yang keras.

"Ya ampun, ada apa si Nak? Kenapa harus teriak-teriak?" Lulu menggeleng-gelengkan kepalanya. Heran dengan kelakuan anak sulungnya ini.

"Hehehe, maaf Mah aku kira nggak ada orang di rumah." Lolita malah nyengir kuda.

"Alesan aja ya. Lagian kamu aja belum ucap salam, belum masuk, belum apa-apa, tapi udah main teriak-teriak aja. Untung jantung Mamah nggak copot tadi." Lulu mulai  mengeluarkan karakter aslinya ini. Bawel. Cerewet. Namun, ia peduli.

"Ya terserah Mamah aja. Mamah mulai deh bawelnya keluar. Hehehe."

"Apaan? Kok jadi Mamah yang disalahin? Dasar anak durhaka." Lulu mengeluarkan kata-kqta yang tidak enak didengar. Namun, ia hanya becanda.

Lolita tahu akan candaanya Mamahnya itu, tetapi ia agak jadi takut. Takut kualat. Takut kena karma. Alhasil, Lolita hanya diam membisu. Beku. Seperti es batu. Namun, tiba-tiba Lolita membuka suara untuk bercerita kepada Lulu, Mamahnya itu.

"Mah?" Panggil Lolita pelan.

"Kenapa? Kok serius amat mukanya?" Tanya Lulu pada anak sulungnya itu. Ia heran melihat Lolita yang memasang wajah serius.

"Aku kangen--" Belum sempat Lolita selesai bicara, Lulu sudah memotong pembicaraannya.

"Kangen siapa?" Tanya Lulu. Ia semakin heran. Sangat penasaran.

"Kangen, kangen, kangen..." Lolita habya bisa berucap 'kangen'. Entah, ia sangat ragu dan malu mengatakan yang sejujurnya.

"Tinggal jawab aja, gadis cantik. Kamu kangen siapa?" Lulu mencoba merayu Lolita.

"Lolita kangen Papah, Mah." Lolita berucap sangat pelan, tetapi lasih terdengar oleh lawan bicaranya.

"Kamu kangen Papah?" Lulu mencoba mempertegas ucapannya Lolita yang tadi.

Lolita hanya merespon dengan anggukan. Ia kemudian mendekati Mamahnya itu dan kemudian--

"Papah kapan pulang, Mah? Aku kangen Papah." Ucap Lolita lirih.

Lulu membalas pelukan dari Lolita, dan kemudian ia mengelus puncak kepalanya. "Jangan sedih Nak, Papah akan pulang. Kamu tenang aja ya. Disini kan ada Mamah dan juga adek-adek kamu, Safa dan Yolindo. Bukan kamu aja yang kangen Papah, Mamah juga kangen dan adek-adek kamu pasti sangat kangen." Lulu mencoba menjelaskan kepada Lolita dengan panjang dan lebar.

"Iya, Mah. Maafin Lolita. Maafin Lolita udah egois."

"Nggak usah minta maaf sayang. Kamu nggak salah." Lulu mencoba menenangkan Lolita.

"Iya, terima kasih banyak, Mah." Lolita sudah kehabisan kata. Ia hanya bisa berucap kata sederhana. Ia hanya mengeluarkan kata-kata yang sangat singkat.

"Nggak papa sayang. Kamu tumben kenapa kok kangen Papah?" Seketika Luku bertanya, ia heran karena Lolita mendadak menanyakan Papahnya itu.

"Hm, nggak papa Mah. Lolita emang kangen Papah." Lolita tak berkata jujur. Padahal ia menjadi kangen pada Papahnya itu, karena Aldo. Iya karena Aldo. Aldolah yang mengingatkan Lolita pada Papahnya.

"Jangan bohong sayang." Lulu yang tahu Lolita itu berbohong padanya.

"Hm, Nggak Mah." Lolita tetap kekeh pada ucapannya itu.

HY (Hate You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang