Seharian Hyo Ra terlihat murung. Dia tidak banyak bicara. Dia bahkan terlihat setengah hati melakukan pekerjaannya sebagai kurir pengantar makanan. Manajer dan rekan kerjanya pun berpikiran kalau wanita itu sedang sakit.
Hyo Ra pun dipanggil ke ruangan sang manajer. Setelah itu, dia diajak bicara empat mata oleh manajernya.
"Pulanglah lebih awal, kau sepertinya kelelahan," perintah sang manajer.
"Aku sehat," sahut Hyo Ra dengan wajah yang lesu.
"Tapi pikiranmu tidak," tukas manajer itu.
Orang itu pun menambahkan, "Kembalilah bekerja besok dengan kondisi yang fit!"
"Baiklah." Hyo Ra pun berdiri dari tempat duduknya. Lalu, dia mengucapkan terima kasih dan memberi salam kepada manajernya sebelum pergi meninggalkan ruangan sang manajer.
Sore itu, Hyo Ra pun pulang dengan berjalan kaki. Sesampainya di rumah, dia disambut khawatir oleh Yeon Deuk dan Ji Ho.
"Kenapa kau pulang begitu cepat?" tanya Ji Ho.
"Wajahmu terlihat pucat. Ayo masuk dan beristirahatlah!" Yeon Deuk pun menggiring Hyo Ra ke kamarnya. Lalu, wanita itu disuruh berbaring di tempat tidurnya.
"Kau sebenarnya kenapa?" tanya Yeon Deuk.
"Apa aku tidak berhak untuk bahagia? Apa aku hanya pantas untuk dimanfaatkan saja?" ucap Hyo Ra dengan tatapan kosong. Wanita itu pun melanjutkan omongannya, "Semua orang yang membuatku bahagia pergi meninggalkanku. Pertama, sosok ayah. Lalu, Nam Cil. Sekarang D.O," ucap Hyo Ra penuh kesedihan. Lalu, wanita itu menatap Yeon Deuk dan Ji Ho dengan mata yang berkaca-kaca, "Apa kalian akan meninggalkanku juga?"
"Tentu saja tidak! Kami tidak akan meninggalkanmu," sahut Yeon Deuk.
"Tidak akan pernah," tambah Ji Ho.
"Sekarang kau makan ya, kau terlihat sangat lemas," kata Yeon Deuk.
Hyo Ra menggeleng tidak mau. Namun, Yeon Deuk tetap memaksa Hyo Ra untuk mau makan. Dia pun menyuruh Ji Ho untuk membuatkan makanannya.
Tak lama kemudian, Ji Ho datang membawakan makanan. Hyo Ra pun mau memakan makanan itu. Namun, dia makan hanya sedikit.
"Sekarang istirahatlah! Jika kau butuh sesuatu panggillah aku," kata Yeon Deuk sambil berjalan keluar dari kamarnya Hyo Ra.
"Aku hanya butuh kebahagiaan," ucap Hyo Ra sembari berbaring dan menatap langit-langit.
Ternyata Yeon Deuk mendengar ucapan adik perempuannya itu. Dia pun turut bersedih. Namun, lelaki itu segera memutar otak untuk mencari solusinya. Dia pun berpikir sejenak dan seketika muncullah sebuah ide di kepalanya.
Aku harus mendatangkan kebahagiaan itu lagi kepadanya.
***
Kala itu hari sudah senja. Hyo Ra masih berbaring di tempat tidurnya. Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Bel itu terus berbunyi seakan sang tamu belum dibukakan pintu oleh tuan rumah. Hyo Ra pun terbangun dibuatnya. Perempuan itu kemudian berjalan keluar dari kamarnya menuju ruang tamu.
"Ke mana Yeon Deuk dan Ji Ho?" ucap Hyo Ra sambil mengamati setiap ruangan yang terlihat sunyi. Perempuan itu pun mulai menduga-duga. "Jangan-jangan yang membunyikan bel itu mereka? Kedua orang itu pasti berusaha mengerjaiku." Hyo Ra pun mempercepat langkahnya menuju ruang tamu. Lalu, dia membuka pintunya.
Hyo Ra pun terkejut. Ternyata yang membunyikan bel tadi bukan Yeon Deuk dan Ji Ho tetapi D.O.
"Bagaimana kau...?" Hyo Ra terheran-heran dengan kedatangan lelaki itu ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days My Prince Season 2
FanfictionCerita ini akan menjadi kelanjutan kisah cinta antara Won Deuk dan Hong Shim di masa Joseon yang lalu. Sumber gambar: google dan pinterest