Bab 2

8.2K 622 51
                                    

"Park Jimin!" Suara khas itu menghentikan langkah Jimin. Ia menghela napas panjang kala melihat pemuda pucat itu berjalan menghampirinya.

"Ada apa lagi?" Tanya Jimin jengah.

"Hei, bisakah kamu bersikap ramah padaku?" Tanya pemuda itu dengan tatapan memohonnya. Tangannya meraih pergelangan tangan Jimin dan menggenggamnya.

"Lepaskan!" Jimin mencoba menarik pergelangan tangannya agar terlepas dari genggaman pemuda itu.

"Kasih aku alasan kenapa kamu selalu bersikap seperti ini padaku? Apa salahku? Kenapa kamu membenciku?" Tanya pemuda itu dengan tatapan yang menyiratkan kesedihan.

"Ini yang membuatku membencimu. Kamu sama sekali tak mengerti, Min Yoongi. Buat apa kamu kembali? Kenapa tidak menetap selamanya saja di USA?" Mata Jimin sudah berkaca-kaca. Ia mencoba melepaskan  lengannya dari genggaman pemuda itu, tapi sayang tenaganya tak cukup kuat untuk melakukannya.

"Jiminie, maafkan aku." Gumam pemuda itu setelah menarik tubuh Jimin dalam dekapannya.

"Kamu jahat Hyung! Kamu pergi begitu saja meninggalkanku." Jimin memukul dada Yoongi untuk menyalurkan rasa kesalnya.

"Maafkan aku, Jim. Aku bisa menjelaskan semuanya." Yoongi mengelus surai Jimin lembut.

"Sekarang lepaskan aku!" Jimin menarik tubuhnya dari dekapan pemuda Min dan mengusap air matanya.

"Selama ini aku juga tersiksa karena merindukanmu, Jim. Aku tak bisa menghubungimu karena ayahku memotong segala akses untuk bisa berhubungan denganmu. Aku sudah berusaha bicara padamu, tapi kamu selalu menghindar dan mengacuhkanku. Aku mohon maafkan aku." Yoongi mencium punggung tangan Jimin. Jimin hanya diam seraya menahan lelehan air matanya. Ia tak ingin terlihat lemah.
.
.
.

Taehyung duduk santai di salah satu bangku di ruang perpustakaan. Di hadapannya sudah ada beberapa buku yang dijadikan literasi tugas-tugasnya. Dia menghela napas seraya menatap jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Kemana perginya Jimin itu? Isshh... Jangan bilang dia melupakan janjinya untuk menemaniku mengerjakan tugas di sini." Mata Taehyung menatap pintu perpustakaan, berharap sang sahabat akan datang. Tapi ternyata harapannya itu sia-sia.

Taehyung kembali mengfokuskan diri pada buku-buku yang ada di hadapannya. Kemudian ia mencatat bebetapa poin yang menurutnya penting.

Pemuda Jeon berdiri tak jauh dari tempat Taehyung duduk. Sesekali ia tersenyum memperhatikan segala perubahan ekspresi dari pemuda itu. Wajahnya terlihat cantik dan lucu. Jungkook tak sedetikpun merasa bosan memperhatikan keindahannya.

"Aissshh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aissshh... Kenapa tugas ini terasa banyak sekali?" Taehyung mempoutkan bibirnya. Tangannya memainkan bulpoin yang dipegangnya. Rasanya bosan sekali.

"Ada yang bisa aku bantu?" Jungkook memberanikan diri untuk mendekat dan mengajak Taehyung berbicara.

"Oh? Bukannya kamu pemuda yang tadi menolongku ya?" Taehyung membolakan matanya lucu.

"Iya aku pemuda yang tadi. Boleh berkenalan?" Jungkook mengulurkan tangannya seraya tersenyum manis.

"Jeon Jungkook." Ucapnya. Taehyung menjabat tangannya dan tersenyum.

"Kim Taehyung." Mereka saling tersenyum saat jabatan itu terlepas.

"Emm.. Apa yang membuatmu bingung? Aku tak sengaja melihatmu menghela napas beberapa kali. Apakah tugasnya sangat susah?" Tanya Jungkook seraya menatap buku yang ada di hadapan Taehyung.

"Tidak terlalu susah, hanya saja aku merasa bosan. Aku berjanjian dengan temanku di sini. Tapi sampai saat ini dia belum datang juga. Duh maaf jadi curhat.. Hehe.." Taehyung tertawa menunjukkan box smile andalannya.

"Aku juga menunggu temanku di sini. Tapi dia juga belum datang."  Jelas Jungkook.

"Oh benarkah? Kebetulan sekali." Taehyung kembali tersenyum dan kemudian menunduk.

"Senang berkenalan denganmu." Ucap Jungkook dengan tatapan penuh pujanya. Taehyung hanya tersenyum dan kembali menunduk.

"Aku juga senang berkenalan denganmu."

"Apakah tugasmu masih banyak? Aku siap membantu jika kamu mau." Tawar Jungkook untuk menghilangkan kecanggungan.

"Tidak usah, udah selesai kok." Taehyung menutup bukunya dan membereskan beberapa buku yang jadi referensinya.

"Baiklah." Jungkook mengangguk.

Taehyung beranjak dari duduknya dan mengembalikan buku-buku itu sesuai tempatnya.

"Aisssh... Kenapa susah sekali." Taehyung menjinjit untuk menaruh bukunya pada rak bagian atas. Tapi sayang tangannya tak bisa menjangkaunya.

Jungkook berdiri dan mendekat pada Taehyung. Tangannya dengan sigap merangkul pinggang Taehyung dan mengangkatnya.

"E..eh?" Taehyung terkejut dengan perlakuan Jungkook yang tiba-tiba.

"Aku hanya membantumu." Ucap Jungkook saat Taehyung menatapnya. Taehyung mengangguk dan meletakkan buku itu pada tempatnya.

"Te..terima kasih." Ucap Taehyung saat Jungkook menurunkannya.

"Bukan masalah. Emm... Mau aku antar pulang?" Tawar Jungkook.

"Tidak usah. Aku sudah dijemput oleh supirku." Taehyung melangkah dan meraih tasnya.

"Baiklah. Sampai jumpa." Jungkook melambaikan tangannya saat Taehyung mulai melangkah pergi.

"Sampai jumpa." Taehyung betbalik dan melambaikan tangannya. Setelah itu dia berlalu dengan senyum yang menghiasi wajah manisnya.

"Ah aku bisa gila." Gumam Taehyung seraya mempercepat langkahnya.

"Dia menggemaskan." Gumam Jungkook dan kemudian mengambil tasnya.
.
.
.

"Hyung, kenapa membawaku kemari?" Tanya Jimin bingung. Yoongi menarik tangannya dan membawanya pergi. Mereka kini berada di apartemen sederhana yang entah milik siapa.

"Ini tempat tinggalku sekarang." Jelas Yoongi seraya melepas coat miliknya.

"Mwo? Kenapa di sini? Maksudku, kenapa tidak tinggal di mansion?" Tanya Jimin. Matanya mengerjap lucu.

"Aku hanya lelah Jim. Aku tidak ingin terus-terusan dikendalikan oleh ayahku. Aku ingin mencari jalan hidupku sendiri." Jelas Yoongi. Jimin hanya mengangguk. Dia bingung harus merespon bagaimana. Jujur saja dia masih marah dengan pemuda Min ini.

"Jim?" Panggil Yoongi.

"Hm?" Jimin hanya bergumam seraya menatap Yoongi yang tengah tersenyum menatapnya.

"Aku senang bisa seperti ini lagi denganmu. Aku merindukanmu." Ucap Yoongi. Jimin hanya menunduk dengan pipi yang mulai memerah.

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung...

Accidental [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang