Bab 9

4.3K 447 30
                                    

"Maafkan aku, Joonie."

Namjoon mendongakkan kepalanya. Matanya menatap tepat ke arah mata Seokjin yang kini sudah basah karena tangis. Hati Namjoon terasa teriris saat melihatnya. Perlahan Namjoon berdiri, membuat Seokjin menatapnya bingung.

"Joonie." Panggilnya lirih. Tatapannya memancarkan kekhawatiran. Takut jika tiba-tiba Namjoon meninggalkannya begitu saja.

Tapi perkiraan Seokjin itu salah. Namjoon mendekatinya dan reflek membuat Seokjin ikut berdiri.

"Joonie, aku mohon maafkan aku." Cicitnya seraya menatap Namjoon tepat pada matanya.

Namjoon tak menjawab tapi tangannya merengkuh tubuh Seokjin dan memeluknya erat.

"Kamu tidak salah, Hyung. Aku yang salah karena tidak berusaha lebih keras lagi untik menjelaskan semuanya padamu. Aku juga sadar, aku juga salah karena sudah menyakitimu. Aku minta maaf, Hyung. Tolong maafkan aku." Namjoon mengeratkan pelukannya. Menyembunyikan wajahnya pada perpotongan leher Seokjin.

"Aku merindukanmu." Ucapnya.

"Aku juga, Hyung. Aku sangat merindukanmu."

Hening beberapa saat. Mereka saling menyalurkan kerinduan yang mereka redam selama ini. Hati mereka terasa lega, senyum perlahan menghiasi bibir keduanya. Perlahan Seokjin melepas pelukannya.

"Sekarang, jelaskan semuanya padaku." Ucap Seokjin dan seketika diangguki oleh Namjoon.

Namjoon menarik kursi di sebelah Seokjin dan mendudukinya. Seokjin menatapnya serius, siap mendengarkan segala alasan yang menjadi pemicu kehancuran hubungan mereka.

"Semua tidak seperti yang kamu lihat, Hyung. Saat itu Soyeon melakukannya tiba-tiba. Aku bahkan terkejut saat tiba-tiba dia menciumku. Aku tidak tahu jika selama ini dia memiliki perasaan padaku. Sumpah, aku hanya melihatnya sebagai teman." Namjoon menghela napas kasar.

"Kamu tahu, Hyung? Aku sangat frustasi saat tau kalau kamu melihat kejadian itu. Aku ingin langsung mengejarmu dan menjelaskan semuanya. Tapi Soyeon menahanku.

Aku berusaha menemuimu setelahnya tapi kamu langsung memutuskanku begitu saja tanpa mendengarkan penjelasanku.

Aku bodoh, Hyung. Aku bodoh karena menyerah begitu saja dan tidak berusaha menjelaskan langsung padamu. Aku merasa begitu berdosa karena sudah menyakitimu. Aku takut menemuimu karena pandanganmu padaku selalu dilingkupi kebencian. Aku sungguh minta maaf. Aku pengecut." Namjoon menundukkan kepalanya. Kejadian itu sungguh membuatnya terlihat bodoh. Sebagai seorang lelaki, tak seharusnya Namjoon sepengecut itu. Dia harus lebih tegas dan berjuang menyelesaikan semua masalah yang sedang ia hadapi. Bukan pergi begitu saja tanpa sebuah usaha. Namjoon menjadi malu akan dirinya sendiri.

"Joonie." Panggilan itu menarik atensi Namjoon.

"Mari kita mulai semuanya dari awal." Ucap Seokjin. Namjoon terperangah. Otaknya mendadak menjadi lemot untuk mencerna kalimat yang keluar dari bibir Seokjin.

"Lupakan semuanya dan ayo kita mulai lagi semuanya dari awal." Jelasnya.

"Serius, Hyung?" Namjoon tersenyum. Matanya berbinar. Ini bukanlah sebuah mimpi kan?

"Aku serius." Ucap Seokjin dengan senyum yang kini terpatri di wajahnya.

"Ah, seharusnya aku yang mengutarakannya." Ucap Namjoon.

"Jadi?" Tanya Seokjin dengan tatapan penuh tanyanya.

Namjoon memegang jemari Seokjin dan menciumnya.

"Hyung, maukah kamu menjadi kekasihku? Lagi?" Tanya Namjoon dengan tatapan tajam serta memohonnya. Seokjin tersenyum dan mengangguk.

"Iya, aku mau." Mereka berdua tersenyum.

"Terima kasih, Hyung." Namjoon kembali mencium punggung tangan Seokjin. Bahagia sekali rasanya. Dunia terasa memihak kepadanya.
.
.
.

Taehyung tersenyum menatap pemuda yang kini tepat berada di hadapannya.

"Tae, aku ingin bilang sesuatu padamu." Ucap Jungkook.

"Iya, kamu mau bilang apa?" Tanya Taehyung.

Mereka sedang berada di taman. Seperti biasa, seusai kuliah mereka akan berjanjian untuk menghabiskan waktu bersama.

"Aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi kekasihku?" Tanya Jungkook yang seketika membuat Taehyung beku.

"Sejak bertemu denganmu, aku sadar bahwa ada perasaan aneh yang muncul di hatiku. Terasa menggelitik sekaligus menyenangkan setiap memikirkanmu. Aku sungguh terjerat padamu, Kim Taehyung. Aku mencintaimu." Jelas Jungkook.

"Jadi, maukah kamu menjadi kekasihku?" Tanyanya lagi. Taehyung tersenyum dan kemudian mengangguk.

"Iya aku mau." Jawabnya.

Jungkook merengkuh tubuh Taehyung dan mendekapnya erat.

"Terima kasih, Tae. Terima kasih." Gumamnya dengan sesekali memberikan kecupan pada pucuk kepala Taehyung.

"Aku juga mencintaimu, Jungkook." Ucap Taehyung teredam, tapi masih dapat didengar jelas oleh Jungkook.

Bersambung...

Accidental [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang