"Kamu kenapa?" Tanya Taehyung bingung saat melihat ekspresi terkejut Jimin.
"Jadi Jeon Jungkook yang kamu maksud ini? Kamu tahu gak? Dia ini cowok popular lho di kampus. Wah!" Jimin masih menatapnya tak percaya.
"Jangan berlebihan, Jimin-ssi. Aku sama kok dengan yang lain. Bukannya Taehyung di sini yang popular?" Tanya Jungkook dengan tatapan jahil ke arah Taehyung.
"Enggak ah!" Sanggah Taehyung.
"Wah daebak!" Jimin bertepuk tangan.
"Udah Jim. Isssh...!!" Taehyung menarik tangan Jimin agar tidak meneruskan tepuk tangannya. Taehyung malu jika harus jadi pusat perhatian.
"Ya udah, kamu masuk gih! Aku juga mau kembali ke fakultasku." Ucap Jungkook seraya mengusak surai Taehyung.
"Oke. Semangat kuliahnya!" Taehyung mengepalkan kedua tangannya, isyarat pemberian semangat.
"Kamu juga, Baby." Jungkook pun berbalik menuju fakultasnya.
Taehyung tersenyum dan kemudian melangkah menuju kelas. Jimin yang sedari tadi mengikutinya masih memasang muka blank. Jimin tidak menyangka kalau pemuda yang selama ini Taehyung ceritakan adalah Jeon Jungkook si pemuda fenomenal. Semua orang sangat mengenal Jungkook. Dia selalu juara di setiap pertandingan olahraga yang diikutinya. Dia juga terkenal dengan kecerdasan serta visualnya yang mengagumkan. Tapi jika dipikir-pikir, mereka memang pasangan yang serasi. Taehyung juga salah satu mahasiswa yang terkenal karena visual, fashion, serta keramahannya. Selain itu dia juga salah satu mahasiswa yang selalu mendapat nilai baik di setiap mata kuliahnya. Sungguh pasangan yang sempurna.
"Sejak kapan kamu kenal dengannya? Bagaimana bisa pacaran? Wah, aku sungguh tidak menyangka." Tanya Jimin saat keduanya sudah duduk di bangku masing-masing.
"Belum lama kok. Tapi sudah cukup untuk mengenal satu sama lain. Dia orang yang sederhana dan nyambung saat diajak bicara. Aku nyaman bersama dengannya." Jawab Taehyung dengan senyum yang selalu terukir di wajahnya.
"Wah, kamu sungguh beruntung, Tae."
Taehyung hanya tersenyum dan mengeluarkan buku-bukunya saat pak dosen memasuki kelas.
.
.
.Hari ini Yoongi menjemput Jimin. Mereka sudah berjanjian akan mampir dulu ke apartemen Yoongi.
"Hyung tidak pernah pulang?" Tanya Jimin saat memasuki apartemen Yoongi.
"Tidak Jim. Aku malas bertemu dengan ayah." Jelasnya.
"Hyung, maaf. Gara-gara aku Hyung jadi jauh dengan ayah." Cicit Jimin.
"Tidak Jim, ini bukan karenamu. Hanya saja, karakter ayah yang diktator itu sangat aku benci." Jelas Yoongi seraya menangkup kedua pipi Jimin yang chuby.
"Jangan sedih dan jangan menyalahkan dirimu sendiri. Aku hanya butuh waktu, suatu saat aku akan menemuinya lagi." Ucap Yoongi dan kemudian mengecup kening Jimin lama.
"Baiklah Hyung." Jimin memeluk tubuh Yoongi dan menenggelamkan wajahnya di perpotongan lehernya.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu menyadarkan keduanya. Yoongi berdecak dan kemudian berjalan untuk membuka pintu apartemennya.
Ceklek
"Hai Yoon." Sapa pemuda bergigi kelinci disertai senyuman khasnya.
"Kamu ngapain ke sini?" Tanya Yoongi cuek.
"Kamu gini banget sama sahabat sendiri? Kamu tidak menyuruhku masuk?" Tanyanya dengan nada sedih.
"Mau apa lagi? Nanti saja. Mengganggu!" Yoongi mau menutup pintunya tapi ditahan oleh pemuda itu.
"Kamu punya makanan? Aku lapar sekali. Aku malas untuk beli di luar." Ucapnya seraya memasang ekspresi sedih.
"Aisssh... Kamu itu orang kaya. Kenapa tidak delivery saja?" Tanya Yoongi kesal.
"Aku tak ada waktu lagi. Perutku sudah meronta meminta makan. Boleh ya?" Tanyanya lagi.
"Siapa Hyung?" Tanya Jimin dari dalam.
"Orang gila." Jawab Yoongi. Jimin mendekat dan mengintip tamu yang mengganggu acara berduanya tadi dari balik tubuh Yoongi.
"Kenapa tidak disuruh ma_ KAMU?" Jimin membolakan matanya kala melihat pemuda yang menjadi tamu tak diundangnya.
"Kamu mengenalnya?" Tanya Yoongi heran.
"Dia Jeon Jungkook kan? Kekasih sahabatku?" Tanya Jimin seraya menatap pemuda yang bernama Jungkook itu. Jungkookpun mengangguk mengiyakan.
"Jinjja?" Tanya Yoongi. Dia tak menyangka kalau orang yang diceritakan Jungkook selama ini adalah sahabat kekasihnya. Dunia sungguh sempit ternyata.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidental [KV]
Romance[COMPLETE] Percayakah kamu pada sebuah kebetulan? Jika tidak, maka kamu harus melihat bagaimana kebetulan itu telah membantuku menemukan cintaku.