Bab 8

4.6K 442 18
                                    

Jungkook berjalan di koridor fakultas dengan senyum yang selalu tersemat di wajahnya. Eunha yang melihat kelakuan Jungkook menjadi bingung. Jarang sekali Jungkook bersikap seperti ini.

"Kook, kamu gak apa-apa?" Tanya Eunha heran.

"Aku kenapa? Gak apa-apa kok." Jawabnya sembari tersenyum.

"Bahagia banget kelihatannya." Eunha mengernyitkan dahinya.

"Emang kenapa kalau aku bahagia?" Tanya Jungkook lagi. Eunha hanya memutar bola matanya.

"Ya gak apa-apa. Tapi aneh aja. Jarang lho kamu kayak gini. Emang bahagia kenapa?" Tanya Eunha penasaran.

"Ada deh. Kapan-kapan aku kasih tahu. Ya udah, aku pergi dulu." Jungkook berjalan cepat mendahului Eunha yang masih terdiam memperhatikan kepergiannya.

"Kapan sih kamu peka dengan perasaanku? Aku senang lihat kamu bahagia. Tapi aku sakit saat sadar bahwa bukan aku yang jadi penyebab bahagiamu." Batin Eunha. Ia pun menghela napas panjang dan melanjutkan langkahnya.
.
.
.

Seperti biasa, setelah perkuliahan selesai, Jimin dan Taehyung makan siang di kantin. Di hadapan mereka sudah ada semangkok jajangmyeon dan juga jus strawberry.

"Cepat di makan, nanti keburu gak enak lho!" Ucap Jimin saat Taehyung masih asik berkutat dengan handphonenya.

"Bentar Jim." Jawab Taehyung dan kemudian tersenyum seraya menatap layar handphonenya.

Jimin mengernyitkan dahi. Beberapa hari ini sahabatnya terlihat aneh sekali. Sering senyum-senyum sendiri. Masih untung saat ini sahabatnya ini tersenyum karena entah apa yang ada di handphonenya. Kadang Taehyung tersenyum tanpa sebab. Contohnya seperti di kelas tadi. Saat pelajaran, Taehyung tiba-tiba tersenyum, kadang juga merona tanpa sebab. Jujur Jimin sedikit ngeri melihatnya.

"Tae?" Panggil Jimin.

"Hm?" Sahut Taehyung. Dia masih sibuk dengan handphonenya.

"Kamu kok aneh sih akhir-akhir ini?" Tanya Jimin yang sukses mengambil perhatian dari Taehyung.

"Ha? Aneh kenapa?" Tanya Taehyung bingung.

"Kamu suka senyum-senyum sendiri. Kadang merona sendiri tanpa sebab. Kamu masih waras kan?" Tanya Jimin dan seketika mendapat pukulan tepat di kepalanya.

Tak

Taehyung memukul kepala Jimin menggunakan sumpit besi yang ada di hadapannya.

"Kamu pikir aku gila?" Tanyanya.

"Ya bukan gitu... Tapi ya mungkin. Secara kamu aneh sekali."

"Isssh... Dasar! Kamu gak pernah jatuh cinta ya?" Taehyung semakin mencebikkan bibirnya.

"Mwo? Kamu lagi jatuh cinta? Sama siapa?" Tanya Jimin penasaran.

Taehyung tersenyum malu. Dapat Jimin lihat jika kini di kedua pipinya merona. Lucu sekali. Jimin tidak tahu jika melihat Taehyung yang sedang jatuh cinta begini sangat menyenangkan.

"Jeon Jungkook. Sepertinya aku jatuh cinta dengannya." Jawab Taehyung dengan senyum yang terpatri indah di wajahnya.

"Wiihh... Jadi penasaran. Jeon Jungkook itu orangnya yang bagaimana." Tanya Jimin. Ia ikut bahagia saat melihat Taehyung bahagia. Apalagi jarang sekali Taehyung tertarik dengan seseorang. Ini adalah pertama kalinya Taehyung menyukai seseorang. Tentu Jimin jadi penasaran. Seperti apa orang yang telah berhasil mendapatkan hati sahabatnya itu?
.
.
.

Namjoon menghela napas. Rasanya lelah sekali hari ini. Belakangan ini banyak hal yang harus Namjoon tangani. Belum lagi proyek-proyek yang harus segera diselesaikan dalam beberapa bulan ini. Sungguh menguras pikiran.

Namjoon mengecek jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Sudah waktunya istirahat. Namjoon pun mengambil kunci mobil dan keluar.

"Sepertinya makan di luar bagus juga. Sekalian refreshing." Gumam Namjoon. Ia tersenyum dan melajukan mobilnya menuju tempat favoritnya.

Tak butuh waktu lama. Kini Namjoon sudah sampai di sebuah restoran sederhana. Ini adalah tempat favoritnya karena meski tempatnya sederhana, makanan yang ada di sini sangat enak. Selain itu desain interior klasiknya membuat tempat ini terlihat istimewa.

Setelah memesan makanan, Namjoon memindai ruangan untuk mencari tempat. Namun pandangannya terpaku saat menatap sosok yang selama ini ia rindukan. Ingin sekali Namjoon menghampiri, tapi ia masih takut. Ia tidak siap jika harus dibenci oleh orang yang ia cintai.

Namjoon segera berbalik, berniat mengurungkan pesanan atau kalau tidak, ia bungkus saja. Ia tak ingin Seokjin melihatnya. Tapi sepertinya terlambat.

"Namjoon!" Suara itu sangat teramat ia kenal. Namjoon berbalik lagi dan tersenyum.

"Seokjin Hyung." Sapanya disertai senyuman.

"Kemarilah." Seokjin melambaikan tangannya isyarat agar Namjoon mendekat.

Perlahan Namjoon melangkah mendekati Seokjin. Ia mengambil tempat duduk tepat di hadapannya. Rasanya hati Namjoon bahagia sekali bisa menatap Seokjin sedekat ini. Tapi ia juga merasa takut.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing hingga tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Keadaan menjadi canggung bagi keduanya. Namjoon menunduk seraya memainkan jemarinya di atas meja. Ia bingung juga harus memulai dari mana.

"Maaf." Satu kata lolos begitu saja dari bibir Seokjin.

"Maafkan aku, Joonie."

Bersambung...

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampilan Namjin di cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampilan Namjin di cerita ini. 😊

Accidental [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang