Bab 3

6.8K 571 36
                                    

Namjoon menghembuskan napas lega setelah menyelesaikan meetingnya. Ia berjalan kembali ke ruangan dengan diikuti Iren, sekretarisnya.

"Apakah Bapak membutuhkan sesuatu lagi?" Tanya Iren setelah Namjoon duduk di kursi kebesarannya.

"Untuk sekarang, tidak. Kamu bisa kembali ke tempatmu." Ucap Namjoon dengan diiringi senyum manisnya.

"Baik Pak. Saya permisi." Iren keluar seraya menutup pintu ruangan sang atasan.

Namjoon mengambil handphonenya dan menatap foto yang ia jadikan sebagai lockscreen. Bibirnya mengukir senyuman, tapi sorot matanya mulai menyendu.

"Hai! Kamu sedang apa sekarang? Aku merindukanmu." Ibu jarinya mengusap tampilan foto tersebut.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Namjoon. Ia menghela napas sebelum mempersilakan orang tersebut memasuki ruangan.

"Hai Joon!" Sapa pemuda tinggi dengan senyum ceria yang selalu menghiasi wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai Joon!" Sapa pemuda tinggi dengan senyum ceria yang selalu menghiasi wajahnya.

"Hoseok? Tumben kamu kemari? Apa kamu tidak ada jadwal manggung hari ini? Atau job kamu lagi sepi?" Tanya Namjoon dengan kekehan di akhir kalimatnya.

"Aigoo... Apakah itu sambutan untuk seorang sahabat? Ish... Aku baru menyelesaikan pemotretan, setelah itu mampir ke sini untuk mengunjungi calon kakak iparku." Hoseok duduk di depan Namjoon. Kedua alisnya dinaik turunkan untuk menggoda sahabatnya itu.

"Siapa juga yang mau memiliki adik ipar sepertimu. Lagi pula Taehyung tidak akan mau denganmu." Jawab Namjoon yang sontak membuat senyum Hoseok menghilang.

"Dasar sahabat kurang ajar. Seharusnya kamu mendukungku. Kan enak kalau nanti aku bersanding dengan Taehyung, kita bisa menjadi saudara." Hoseok kembali tersenyum jail. Untung saja sahabat, jika tidak, Namjoon tak segan menampol wajah sahabatnya yang menyebalkan ini.

"Dalam mimpimu Seok." Ucap Namjoon diiringi decakan.
.
.
.

Taehyung duduk di balkon seraya bersenandung. Rasanya hari ini sangat membahagiakan untuknya. Senyuman manis tak lepas dari wajahnya saat mengingat pemuda dengan senyum kelinci yang tadi menyapanya di perpustakaan. Pipinya terasa memanas saat mengingat bagaimana tangan kekar pemuda itu melingkar di pinggangnya dan mengangkat tubuhnya.

"Ah, aku bisa gila." Gumamnya seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Jeon Jungkook, nama yang bagus. Ah, kenapa aku tidak minta kontaknya saja tadi. Isssh... Bodoh!" Tangannya memukul main-main kepalanya.

"Tapi, seharusnya dia yang minta kontakku. Kenapa harus aku?" Taehyung mengerjap-ngerjapkan matanya lucu.

"Aissshh kenapa aku begini? Isshh.. Beneran gila lama-lama." Gumamnya dan kemudian kembali ke dalam kamar.

"Semoga aku bisa bertemu dengannya lagi." Lirih Taehyung.
.
.
.

"Yoongi, apa kamu di dalam?" Jungkook menggedor pintu apartemen sahabatnya.

"Yongi!" Teriaknya. Tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan pemuda Min dengan ekspresi datarnya.

"Kenapa menggedor pintu? Itu ada belnya, Kook." Yoongi menunjuk bel rumah yang tepat berada di samping pintunya.

"Hehehe... Lupa." Yoongi memutar bola matanya dan kemudian memasuki apartemen dengan diikuti Jungkook.

"Tumben kamu kemari?" Tanya Yoongi seraya membuka kulkas kecil dan mengambil dua botol cola.

"Aku ingin berterima kasih padamu." Jelas Jungkook dengan senyum khasnya. Yoongi hanya mengernyitkan kening seraya menyodorkan sekaleng cola untuknya.

"Terima kasih untuk apa?" Tanyanya bingung.

"Terima kasih karena tidak jadi menemuiku di perpustakaan." Lanjut Jungkook ssraya membuka tutup kalengnya.

"Kenapa? Biasanya kamu akan marah-marah. Aneh sekali." Yoongi menatap aneh wajah sahabatnya. Sedari tadi matanya berbinar dengan senyuman yang tak pernah memudar. Yoongi jadi khawatir jika sahabatnya ini ketempelan setan. Ih, amit-amit.

"Kamu tahu? Karena kamu tidak datang tadi, aku bisa berkenalan dengan Kim Taehyung. Kamu tau dia kan? Sumpah, dia sangat cantik jika diperhatikan dari dekat." Mata Jungkook menerawang, kembali mengingat bagaimana cantiknya Kim Taehyung saat tersenyum padanya. Jantungnya jadi berdetak hebat saat mengingatnya.

"Apa kamu sedang jatuh cinta?" Tanya Yoongi seraya menenggak minumannya.

"Iya. Aku jatuh cinta kepadanya. Aku akan mendapatkannya." Jawab Jungkook antusias.

"Berusahalah." Jawab Yoongi. Jungkook hanya tersenyum dan meminum kembali sisa colanya.
.
.
.

Jimin menghela napas. Rasanya apa yang ia alami hari ini adalah sebuah keajaiban. Dia tidak menyangka jika hubungannya dengan Yoongi akan membaik. Selama ini ia membatasi diri dengan pemuda Min itu tanpa berusaha mencari kebenarannya. Jujur saja ia merasa sedikit menyesal. Andai sejak dulu ia melunakkan hati untuk mendengar dan mengetahui alasan Yoongi selama ini. Tentu ia tak akan merasa rindu dan benci sendiri.

"Bodohnya... Andai selama ini aku mau memberikan kesempatan untuk dia menjelaskan. Pasti aku tidak akan tersiksa karena merindukannya sendiri." Gumam Jimin. Tak lama kemudian senyumnya mulai tercetak saat mengingat bagaimana pemuda Min menarik dan mendekapnya saat akan pulang tadi. Masih ia ingat bagaimana pemuda Min itu membisikkan kata rindu tepat di telinganya. Membayangkannya seperti ini saja membuatnya gila.

"Ah aku malu sekali." Gumamnya. Ia menyembunyikan wajahnya pada kedua tangannya. Sudah dipastikan pipinya merona hebat saat ini.

Bersambung...

Hai 😊
Bagaimana tanggapan kalian dengan cerita ini?
Kasih masukan ya? 🤗
Aku tunggu vomentnya... 💜💜💜

Accidental [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang