2. I'm Not A Bitch!

34.4K 2.4K 381
                                    

Akhirnya aku bisa revisi. Butuh setahun lebih yah. Yang menunggu cerita ini jago bangetttt.

Jangan lupa tegur kalau ceritaku mirip dengan cerita orang lain.

***

"Selalu terjadi.
Apa yang dianggap baik belum tentu dianggap baik oleh orang lain."

***

Rachel berlari bak orang kesetanan menyusuri koridor kampusnya. Penampilannya sudah acak-acakan. Salahkan dirinya yang malah bermain game online dengan sahabatnya semalaman sampai lupa waktu. Ketika alarm pagi menyapa, telinganya bak disumbat menggunakan beton hingga tak terdengar apa pun. Padahal hari ini adalah hari pentingnya, sungguh penting baginya.

Langkah gadis tersebut berhenti di depan ruangan seorang rektor kampusnya.

Tiga hari yang lalu, dirinya diberitahu bahwa sang pemilik kampus akan datang untuk bertemu dengannya. Well, jika bukan kemuliaan sang pemilik kampus yang membiayai seluruh biaya kuliah Rachel selama ini, dirinya mana bisa kuliah dengan jurusan yang menjadi target sebagian besar orang. Jurusan kedokteran, di mana peminatnya hanyalah orang-orang yang punya otak dan juga punya uang. Rachel tidak punya uang, tapi dirinya punya otak. Itulah sebabnya mengapa dirinya bisa kuliah dengan biaya yang bukan ditanggung olehnya.

Lalu, ketika dirinya kembali membawa medali emas untuk kali ketujuh belas karena memenangkan ajang lomba debat Internasional di Oxford kemarin, sang pemilik kampus langsung ingin bertemu dengannya.

Siapa yang tidak bangga padanya?

Sebenarnya suatu kehormatan besar bagi Rachel untuk bisa bertemu dengan sang pemilik kampus. Sejak ia kuliah di sana, dirinya sama sekali tidak tahu menahu tentang siapa gerangan sang pemilik kampus yang mempunyai hati mulia itu menurutnya.

Hanya spekulasi orang yang ia dengar, seperti katanya sang pemilik kampus adalah titisan seorang Dewa Yunani yang visualnya bukanlah lagi standar manusia, ada juga yang mengatakan pemilik kampus tersebut adalah seorang pemuda kaya raya, dan masih banyak lagi.

Dan hal itu membuat Rachel excited bukan main untuk hanya sekadar bertemu dengannya. Dirinya juga hendak mengucapkan kalimat terima kasih banyak pada orang tersebut.

Rachel berhenti di depan sebuah pintu besar berwarna gelap yang terbuat dari kayu mahal, dirinya berusaha menetralkan nafasnya yang semakin berhembus kencang, sedikit merapikan penampilannya, terutama rambutnya yang dirinya sendiri lupa apakah sudah disisir atau belum.

Tangan ringkihnya kemudian bergerak memutar gagang pintu, dan ketika hanya baru ujung kakinya yang masuk di ruangan tersebut, seketika tubuhnya kaku. Matanya memicing ketika melihat eksistensi seorang pemuda yang terlihat sedang bercengkrama dengan rektornya.

Dengan gerakan pelan sekali, Rachel kembali menutup pintu tersebut, dirinya dengan secepat kilat melangkah menjauhi tempat itu.

"Nona Kim!"

Di saat yang seperti ini, pasti selalu ada kendala yang terjadi. Rachel menoleh, mendapati salah satu dosennya berjalan menghampirinya.

"Kau sudah di sini ternyata? Presdir Oh sudah menunggumu dari tadi. Cepat masuk sana!" titah dosennya itu membuat Rachel ingin mati saja.

I'm Pregnant Mr. Oh (RSB Book 6) TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang