14. Coldest Night.

18K 1.5K 283
                                    

Jangan lupa tegur kalau ceritaku mirip dengan cerita orang lain.

***

"Mengatakan cinta pada orang yang tidak kau cintai, dan mengatakan tidak cinta pada orang yang kau cintai. Itu adalah definisi hidup berat sesungguhnya."

***

Angin malam kembali menyapa, bersama dengan dingin yang salju timbulkan, udara begitu terasa seperti pisau yang setiap kali berhembus, maka akan terasa menancap kulit setiap orang.

Ketika sedang berada di luar rumah, memakai mantel saja tidaklah cukup untuk membentengi diri dari sengatan dingin. Entahlah, tahun ini musim salju terasa lebih dingin dibandingkan tahun lalu.

Tapi, hal tersebut tidak membuat Rachel untuk takut keluar di saat malam menyapa. Bahkan ketika bukan musim salju, angin malam tetap akan menjadi musuh bagi setiap orang yang ada di luar rumah. Lantas, bisa kalian bayangkan bagaimana dinginnya berada di luar saat malam hari di tengah musim salju seperti sekarang ini?

Bak seperti mati rasa, Rachel berjalan dengan langkah kecilnya yang terbilang sangat pelan hanya dengan memakai hoodie kebesaran miliknya. Kepulan asap yang keluar dari mulutnya ketika ia membuka mulut, tidak ia indahkan. Ia masa bodoh untuk saat ini. Bahkan jika mati membeku sekarang juga, bukanlah ide buruk baginya.

Ia sudah terlampau putus asa.

Dan kalian lebih dari sekadar tahu mengapa Rachel bertingkah demikian.

"Kenapa kau sangat gemar keluar di malam hari seperti ini?"

Terkejut.

Itu yang Rachel rasakan di saat tiba-tiba sebuah mantel tebal menimpa tubuhnya.

Untuk sementara waktu, Rachel terasa hangat. Bukan hanya badannya yang terasa hangat. Namun, hatinya juga ikut menghangat ketika sosok tinggi itu berdiri di depannya, meraih kedua tangannya yang semula ia masukkan di saku hoodie-nya, lalu diberi sebuah tiupan yang terasa hangat. Hangat sekali.

"Kau sedang hamil. Tidak baik berkeliaran saat cuaca seperti ini."

Rachel melepaskan tangannya pelan dari genggaman lelaki tersebut, ini sudah hampir satu bulan. Dan lelaki itu seperti tidak ada lelahnya untuk mengikuti Rachel ke mana-mana.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Rachel dengan nada dinginnya.

"Mengikutimu."

"Aku tidak suka diikuti olehmu. Tolong enyalah dari hidupku."

Terbilang kasar memang. Tapi, hanya dengan cara itu ia bisa membuat lelaki tersebut pergi dari hidupnya.

Dengan cara memperlihatkan ketidaksukaannya.

"Bagaimana aku bisa pergi darimu saat kau mengandung an--"

"Ini bukan anakmu! Mengapa kau sangat bersikeras jika ini anakmu, hah? Tak bisakah kau percaya?"

"Kalau begitu beri aku bukti!"

Rachel memalingkan wajahnya sejenak, lalu kembali menatap lelaki tersebut dengan tatapan datarnya. "Mengapa aku harus memberi bukti? Bahkan perkataanku yang tidak pernah bohong padamu saja tidak pernah kau percaya. Jika aku memberimu bukti, tentu kau akan lebih tidak percaya dan mengataiku menipumu, bukan?"

I'm Pregnant Mr. Oh (RSB Book 6) TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang