32. Rachel and Her Pain.

10.7K 1.2K 363
                                    

Alohaaa!
Apa kabar?
Dalam keadaan baik semuanya?

Aamiin.

Jangan lupa tegur kalau ceritaku mirip dengan orang lain.

***

"Benar kata orang. Penyesalan itu adalah karma yang paling menyakitkan untuk orang yang suka menyia-nyiakan sesuatu - Kim Rachel."

***

Rachel duduk termenung di sebuah kursi tunggu yang ada di bandara. Tatapan kosongnya memperhatikan sebuah foto berukuran kecil yang ada di genggamannya.

Senyum tipisnya terbit kemudian.

"Hari itu, saat anak-anak Nenek datang secara tiba-tiba di rumah dan menuntut warisan mereka, aku tidak tahu harus melakukan apa." Rachel angkat bicara. Membuat sosok di sampingnya yang semula menunduk kini menoleh dan memperhatikannya.

"Di dalam surat wasiat Nenek, semua harta miliknya ia wariskan kepadaku. Lantas ketika mereka datang untuk menuntut semuanya, aku benar-benar tidak punya apa pun untuk dikatakan. Aku hanyalah seorang cucu yang dirawat olehnya dari salah satu anaknya yang meninggal karena kecelakaan. Sepanjang hidupnya aku hanya menyusahkan. Namun, ia mempercayakan semuanya padaku."

Rachel menghela nafas panjang, ia ragu ingin melanjutkan ceritanya atau tidak.

"Aku tidak bisa membiarkan mereka merenggut apa yang sudah Nenek jaga selama ini. Mereka bahkan tidak pernah peduli pada Nenek. Namun, pada akhirnya mereka malah berperilaku seperti itu. Hingga membuatku menjanjikan uang dibandingkan harus menyerahkan apa yang Nenek punya pada mereka."

Rachel menoleh, menatap sosok lelaki yang duduk di sampingnya itu sambil memperlihatkan foto seseorang di sana.

"Namun, aku datang padanya. Dengan segala keputus-asaanku, aku menyerahkan semua yang aku punya. Kau tahu bagian yang selama ini aku sembunyikan?"

Satu bulir air matanya mulai jatuh membasahi pipinya. "Ia menyodorkan sejumlah uang padaku begitu saja malam itu. Ia hanya minta aku untuk menemaninya minum."

Semakin ia bercerita, semakin rasa sakit itu menggorogotinya.

"Seharusnya aku pergi di saat dia menyuruhku untuk pergi. Tapi, aku tidak bisa membiarkan dia mabuk di sana sendirian. Hingga aku membawanya ke sebuah hotel. Ia masih sedikit sadar."

Rachel tertawa kecil. "Kau tahu? Ketika dia menanyakan namaku, aku menjawab bahwa namaku adalah Choi Sarah. Kami sama-sama sadar hingga semuanya terjadi begitu saja. Aku pikir setelah semuanya berlalu, semuanya akan berakhir di situ juga. Saat hendak pulang, aku memotret dirinya yang masih tertidur dengan ponselku dan langsung pergi setelah itu."

Rachel menghapus air matanya yang mulai berjatuhan. "Beruntung aku mencuci fotonya sebelum ia melempar ponselku sampai hancur di jalanan ketika ia menyeretku hari itu. Bahkan rasanya kejadian itu baru terjadi kemarin."

Suaranya hampir habis, jemarinya meraba foto tersebut pelan dengan tangannya yang bergetar. "Baru kemarin rasanya ia masih menyusahkanku dengan segala tingkahnya. Baru kemarin rasanya ia selalu mengikutiku ketika tahu aku mengandung anaknya. Dan baru kemarin juga rasanya semua mulai baik-baik saja."

I'm Pregnant Mr. Oh (RSB Book 6) TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang