Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sejak kepulanganku dari mengunjungi rumah-rumah korban beberapa jam yang lalu, aku belum bertemu dengan Kipps lagi. Mr. Albert berkata kalau Kipps pulang dan langsung masuk ke kamar tidurnya di lantai atas. Setelah itu aku tidak bertanya-tanya lagi perihal dirinya dan langsung saja membersihkan tubuh, lalu berakhir di sebuah bar sederhana yang letaknya tak jauh dari rumah Mr. Albert.
Aku duduk di salah satu bangku bar yang menghadap langsung ke tempat dimana bartender menyediakan minuman untukku. Seorang bartender wanita yang mungkin umurnya masih 30 tahun ke atas. Wajahnya cantik dengan senyum yang khas. Sesekali dia melirikku, kemudian kembali ke belakang tempat bartender yang entah untuk mengerjakan apa.
Aku mengingat-ingat kembali penjelasan-penjelasan yang ku dapatkan dari keluarga korban. Semua itu layaknya potongan-potongan puzzle yang terpisah dan tersebar. Aku membutuhkan waktu dan ketenangan agar bisa menyatukannya hingga dapat menjadi sebuah puzzle yang utuh.
"Tidak ada sesuatu di dalam gelas itu, cantik."
Aku mendongak setelah lama menatap ke dalam gelas bir tanpa alkohol yang tersedia di hadapanku. Ah... ternyata itu wanita bartender tadi. Dia sudah berdiri di hadapanku sembari memegang sebuah lap meja. Kedua lengannya ia tumpuk di atas meja bar, kemudian tatapannya lurus ke arahku.
Aku tersenyum, mengusap tengkukku sekilas, kemudian menengak bir yang tersisa di dalam gelasku.
"Siapa namamu?" Wanita itu bertanya.
Aku mengusap bibirku menggunakan punggung tangan kananku. "Louissa Length."
Wanita itu tersenyum. "Namaku Hera. Umurku mungkin sudah tua, tapi jangan khawatir. Panggil aku Hera saja."
Aku tergelak pelan, lalu mengangguk. Kemudian, aku mengedarkan pandanganku ke sekitar. Sekedar informasi, bar ini tidak memiliki pengunjung sejak aku memasukinya. Benar-benar kosong. Hanya ada meja-meja tempat kalau seandainya ada orang yang hendak memesan makanan. Dan semuanya kosong seperti tak pernah terjamah.
"Kau heran mengapa bar ini tidak memiliki pengunjung?" Tanya Hera dan menarik perhatianku. Aku kembali menatapnya dan dia berkata, "kau adalah pengunjung pertama selama satu minggu terakhir ini."
Aku mengerjapkan kedua mata. "Benarkah? Lalu, ke mana warga desa? Mengapa mereka tidak berkunjung?"
Hera tersenyum tipis. Ia menggerakkan jari telunjuknya di atas meja bar dengan gerakkan memutar-mutar. "Mereka ketakutan. Aku membuka bar dari pagi hingga malam, tetapi mereka tidak berkunjung meskipun di siang hari. Semua terjadi sejak banyaknya korban setiap harinya yang dihasilkan oleh si Wanita Putih itu. Lestat Robertson adalah salah satu korbannya. Dia remaja laki-laki yang paling sering datang ke sini setiap sore sampai malam. Di sana," Hera menunjuk ke arah meja makan paling pojok yang berada di samping jendela. "Dia biasa duduk di sana dan hanya memesan lebih dari lima sloki wine."
Aku mengikuti arah telunjuk Hera yang terarah ke meja terpojok tempat dimana Lestat biasa duduk ketika berkunjung ke bar ini.
Setelah itu, aku kembali menatap Hera. "Kapan terakhir kali dia datang ke sini?"
"Empat hari sebelum kematiannya. Beritanya tersebar luas ke desa ini sampai desa tetangga. Desa Dermalias."
Aku mengangguk-anggukan kepala tanda memahami penjelasannya. Aku menghela napas. Telunjukku mengetuk-ngetuk permukaan meja bar sambil berpikir keras. Mungkin, kalau aku duduk di tempat yang sama dengan Lestat, aku bisa mendapatkan penglihatan tentang dirinya. Mungkin, sebuah petunjuk tentang apa yang di alaminya sebelum kematiannya.
Seketika itu juga aku mendapatkan ide. Aku melihat keberadaan buku menu yang tak jauh dari jangkauanku. Dengan cepat aku menyambar buku tersebut dan memesan makanan teratas, yaitu salad sayur tanpa mayo dan menggunakan minyak zaitun. "Hera, aku pesan ini satu porsi," ujarku sambil memasang senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lou Length: The White Woman
Детектив / ТриллерMungkin kisahku tak berhenti di situ saja. Ada rintangan lain yang menungguku di masa yang akan datang. Dan masa itu telah datang menghampiriku sejak suatu kejadian terungkap mengenai seorang temanku bernama Kipps. Di tambah lagi adanya berita meng...