4

260 45 21
                                    

:: Selamat Membaca :: 



"Yesss! Bebas. Bebas!" Kai mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi ke udara di depan Krystal. Dari pengumuman Profesor Kim (Sooro), nama Krystal tidak masuk dalam daftar mahasiswa yang akan menjadi asisten peneliti di proyeknya. Itu berarti Krystal tidak akan ikut bersama mereka. Itu berarti juga tidak ada yang akan mengganggu perjuangan Kai untuk mendapatkan cinta Jiyeon. "Oh, senangnya hatiku hari ini!"

Krystal menggeleng-geleng, lalu tiba-tiba mendorong laki-laki berambut berantakan itu. Kai tumbang menjatuhi pot bunga.

"Aduh! Apaan sih, MJ!?" seru Kai jengkel. Semula dia hendak marah, tapi karena melihat tampang kecut Krystal, hatinya kembali terhibur.

"Kapan kalian berangkat?" tanya Krystal pada Jiyeon.

"Bulan depan, setelah selesai ujian semesteran." Jiyeon mengeluarkan buku dari tas. Ada dua buku yang harus dikembalikannya ke perpustakaan. "Kai, mana buku yang kamu pinjam? Sini, sekalian kukembalikan. Kamu harus membantu Suho sunbae untuk persiapan pembukaan kafenya, kan?"

Kai mencari-cari buku di tasnya. Setelah ketemu, diserahkannya pada Jiyeon, sekaligus kartu perpustakaannya." Nanti malam kamu hatus datang, Ji. Dandan yang cantik ya, kujemput jam tujuh."

"Aku tidak bisa datang. Ada kerjaan," tolak Jiyeon.

"Jangan gitulah. Aku sudah janji dengan Suho hyung mau bawa pacar nih," kata Kai tanpa menyembunyikan maksud hatinya.

"Aku bukan pacarmu."

"Hampir, tinggal dikit lagi jadi. Lagaipula tidak ada yang tahu kamu bukan pacarku. Datang ya. Please," bujuk Kai dengan wajah memelas.

"Tidak bisa, Kai. Aku dapat job nerjemahin beberapa artikel."

"Ayolah, Ji. Kamu selalu menolak kuajak kencan. Sekali ini mau ya, ayolah." Pinta Kai mengiba.

"Kalau orang tidak mau ya jangan dipaksa. Punya harga diri sedikit kenapa." Celetuk Krystal.

Kai memilih tidak menanggapi Krystal. "Ji, sekaliii ini saja. Tidak sebagai pacar juga tidak apa-apa. Aku sudah janji mau mengenalkan kamu ke Suho hyung. Malulah kalau aku datang sendiri, soalnya aku sudah iklan kemana-mana bakal bawa pianis berbakat."

"Pianis berbakat apaan maksudmu?" tanya Jiyeon heran.

"Kamu pernah menyabet juara kompetisi piano klasik se-Seoul. Please ya, Ji. Sudah masuk daftar acara lho." Kai menggigit lidah, berharap Jiyeon tidak manyun dijebak begitu. "Mau ya?"

"Tidak, aku tidak mau datang," putus Jiyeon, membuat wajah Kai menjadi suram seketika.

"Ditolak, ditolak, ditolak. Rasakan! Hehehe." Krystal tertawa lebar. Senang sekali dia tiap melihat Kai diremukkan Jiyeon dengan jurus penolakannya.

"MJ, kamu boleh mencibirku sekarang. Tapi sepulang dari proyek nanti, saat Jiyeon sudah menjadi pacarku, tawamu akan hilang." Janji Kai.

"Cabut yuk, ke perpus." Ajak Krystal ke Jiyeon, tidak memedulikan sesumbar Kai. Ajakan itu tidak ditolak Jiyeon.

Kai tertunduk seiring dengan helaan napasnya saat ditinggal pergi kedua perempuan itu. Kata hati ingin menyusul mereka, tapi mengingat waktu, Kai memutuskan untuk segera pergi dari depan laboratorium ekologi.

Motor Kai ada di parkiran. Sebelum mengenakan helm, Kai menelepon Suho, mengabarkan kedatangannya ke kafe.

Kai meluncur lima menit kemudian dengan Kawasaki Ninja, lengkap dengan jaket dan helm standar nasional. Sebelum kenal dengan Jiyeon, dia suka sok-sokan di jalan, tapi setelah mendapatkan penyuluhan keselamatan berkendara, Kai mulai tertib. Sebagian karena memang mengikuti aturan, sebagian lainnya supaya bisa membeoncengkan perempuan yang ditaksirnya sejak pertama bertemu.

LOVE LETTER AND JIRISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang