7

226 44 15
                                    

:: Selamat Membaca :: 



Salah.

Pagi harinya Myungsoo dan rombongan Jiyeon malah berada dalam satu mobil kembali. Kali ini, Profesor Kim yang menawarkan bantuan untuk mengangkut Myungsoo yang kebetulan juga akan ke Gwangpyeong, kantor Jirisan di Gurye.

Rupanya kedatangan Myungsoo ke sini untuk membuat film mengenai beruang hitam asia yang salah satu lokasinya di Munsu, tempat yang akan dikunjungi rombongan Profesor Kim. Kru film yang lain baru akan menyusul ke lokasi besok. Myungsoo datang duluan untuk memastikan semua urusan telah selesai, sehingga timnya tinggal terima beres.

"Prof, kalau ke Gwangpyeong naik motor saja bagaimana?" tanya Kai. Profesor Kim menatapnya lurus. Anak ini salah makan apa kok punya ide seperti itu? Lagipula kemana mencari motor untuk dibawa kesana? Batin Profesor Kim.

"Ada mobil kenapa harus pakai motor? Kamu tahu jalannya seperti apa? Tidak perlu aneh-anehlah, Kai," kata Profesor Kim.

"Berapa jam perjalanannya nanti, Prof?" tanya Kai lagi.

"Sekitar enam jam mungkin. Betul bukan, Kibang-ssi?" tanya Profesor Kim ke sopir temannya itu. Kim Kibang mengangguk. "Memangnya kenapa?"

"Jarak dekat saya masih tahan, jarak jauh bisa mati kutu." Tampang Kai makin memelas, memberi kesempatan bagi Krystal untuk menggali lebih dlaam potensi penghinaannya.

"Memang kenapa, Kai? Kamu suka mabuk kalau naik mobil?" tebak Krystal, lagi-lagi tepat sasaran. Wajah Kai kaku, tanda dugaan itu benar. Krystal langsung terkekeh bahagia. "Serius mabuk kalau naik mobil? Wahahaha. Lucu, lucu."

"Lucu, lucu. Diam kamu!" Kai sewot. Orang-orang disekitarnya menahan senyum melihat Kai tidak berkutik.

"Tenang, Kai, nanti bisa mampir apotek dulu, beli obat anti-mabuk," kata Jiyeon. Kai mendengus kesal, merasa gagal menjadi lelaki sempurna bagi Jiyeon.

"Semua barang sudah masuk? Kita bisa berangkat sekarang," kata Kim Kibang, sopir mereka. Teman Profesor Kim sudah pulang dari Gurye dan berbaik hati meminjamkan mobil beserta sopirnya pada mereka.

"Mana tuh Myungsoo-ssi? Kenapa belum nongol," tanya Minho. Yang diomongin muncul semenit kemudian dengan ransel. Dia datang naik taksi.

Yang dilihat Myungsoo pertama adalah Jiyeon. Gadis itu mengenakan jelana jeans, T-shirt biru cerah, dan bandana. Baru kali ini Myungsoo melihat gadis itu tidak mengenakan rok. Kesan anggun dan lembutnya sedikit berubah menjadi enerjik.

Jiyeon berusaha mengalihkan perhatiannya dari Myungsoo, yang membantu Kim Kibang mengatur ukang bagasi agar semua tas bisa muat. Lelaki itu mengenakan celana lapangan hijau tua dan kemeja hitam lengan panjang yang digulung tiga perempat. Rambut ikalnya sedikit berantakan terkena angin.

"Ayo, silahkan masuk ke mobil," kata Kim Kibang setelah urusan tas beres.

Profesor Kim duduk di kursi penumpang depan. Krystal dan Minho duduk di kursi paling belakang. Sebenarnya Krystal ingin duduk disebelah Jiyeon, tapi keburu diusir Kai. Dan dia juga tidak enak kalau Myungsoo harus duduk dibelakang bersama Minho. Bagaimanapun Myungsoo adalah tamu undangan, jadi selayaknya duduk di depan.

Jadi posisi kursi tengah ditempati Myungsoo disamping pintu keluar, Kai ditengah, dan Jiyeon didekat pintu keluar satunya.

Seperti yang direncanakan, mereka mampir ke apotek sebelum perjalanan makin jauh. Kai terpaksa menahan malu, demi selamat diperjalanan, dengan meminum obat antimabuk. Dua biji sekaligus.

Obat jenis ini memang ampuh menghilangkan mual, tapi efek sampingnya membuat mengantuk. Baru satu jam perjalanan, Kai sudah meliuk-liuk macam pohon kelapa di tepi pantai. Beberapa kali kepalanya mendarat dikepala Jiyeon atau dipundak Myungsoo.

LOVE LETTER AND JIRISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang