16

166 42 19
                                    

:: Selamat Membaca::




Jiyeon naik perahu karet pertama. Di sisi kanan perahu ada Myungsoo, dirinya, dan Jaerim. Di sisi kiri perahu ada Seunghyun, Bora, dan Yoseob. Paling belakang, mengambil posisi di tengah, Tuan Na jadi komandan.

Kai terlambat bergabung, jadi dia ikut perahu karet kedua.

Awalnya Jiyeon ragu naik ke perahu karet. Baju pelampung memang sedikit menenangkannya, tapi kenyataan dia tidak bisa berenang membuatnya tetap was-was juga. Sungai sebesar ini, apa pun dapat terjadi. Atas jaminan Jaerim, yang siap sedia menolong, Jiyeon akhirnya memberanikan diri.

Tadi sebelum turun ke sungai, mereka melakukan pemanasan dulu, peregangan otot, mendengarkan instruksi Tuan Na, dan melakukan simulasi gerakan mendayung. Dan tentu saja berdoa bagi keselamatan semuanya.

Bunyi dag-dig-dug jantung Jiyeon makin kencang saat perahu karet mulai didayung. Konsentrasi Jiyeon hanya pada mengaitkan kaki erat-erat di dasar perahu, mengingat instruksi mendayung, dan berdoa agar tidak terjatuh ke sungai.

"Yuhuuuu...!" Yoseob berseru girang setiap kali perahu membelah jeram, tertampar bebatuan.

"Waaaa...!" Bora yang semula hanya tertawa-tawa bila merasakan serunya mendayung mengalahkan arus, juga mulai keluar suaranya. Yang lainnya sudah sejak awal berteriak, kecuali Jiyeon.

Baru setelah merasa terbiasa dengan keadaan, Jiyeon mulai dapat sedikit tertawa dan berseru. Bahkan lama-kelamaan dia ikutan berteriak bersama yang lain saat perahu meluncur turun.

Entah sudah berapa lama gadis itu tidak merasakan sensasi seperti ini. Tubuh dan jiwanya saat ini dipenuhi energi. Kepalanya terasa begitu ringan, seolah mendung tebal yang menyelimuti pikiran dan hatinya, hanyut dan tenggelam di segarnya sungai Simjeon. Jiyeon merasa sangat senang.

"Aduh, apa sih, Jaerim sunbae?" Pekik Jiyeon. Sedang asyik menikmati keindahan tebing di kanan-kiri sungai, tiba-tiba cipratan air mengenai punggung, lengan, dan kepalanya. Jiyeon menoleh ke belakang. Senyum jahil Jaerim memerangkapnya. "Jaerim sunbae!" serunya lagi saat Jaerim kembali menyipratkan air dengan dayungnya. Wajah Jiyeon basah kuyup. Orang-orang tertawa geli, menikmati kejadian itu.

Apalagi saat Jiyeon membalas Jaerim. Bahkan dengan volume air yang lebih banyak. Jaerim sampai tidak bisa membuka mata dibuatnya.

"Ayo serang Bora!" teriak Yoseob. Tertular virus jahil Jaerim. Belum lagi Yoseob mulai, Seunghyun sudah mengawali. Sepertinya dua perempuan di perahu karet itu benar-benar jadi sasaran. Bahkan Tuan Na dan Myungsoo pun ikut jahil.

Tawa berderai, bergantian. Semua orang benar-benar merasa gembira.

"Ingat anak dan istri di rumah. Ingat pacar. Ingat tunangan," seru Seunghyun disela-sela keasyikan itu. Usil sekali merusak kesenangan orang.

"Hajar Seunghyun!" teriak Yoseob, dendam karena kesenangannya diganggu. Habislah Seunghyun diciprati air dari segala arah.

Ini pertama kalinya Myungsoo mendengar Jiyeon tertawa lepas. Dan itu membuatnya senang. Beberapa kali Myungsoo harus menahan diri untuk tidak menoleh ke belakang, melihat ekspresi wajah Jiyeon yang sedang tertawa. Pada udara yang cerah, wajah Jiyeon yang basah oleh air, dengan pipi memerah karena sengatan matahari, tampak semakin cantik.

"Sudah, sudah, sebentar lagi jeram di depan. Siap-siap mendayung." Tuan Na mengomando. "Dayung kanan!"

Setelah melewati jeram bertubi-tubi itu, arus tenang kembali. Dayung diangkat dan mereka beristirahat sejenak.

"Renang yuk," ajak Jaerim, tiba-tiba meletakkan dayung dan menjatuhkan diri ke dalam air. Seunghyun dan Yoseob mengikutinya. Myungsoo dan Tuan Na menyusul kemudian. Mereka menyelam, berenang di sekitar perahu, meluncur kesana kemari seperti ikan. Kedua perempuan di atas perahu hanya tertawa-tawa mengamati tingkah polah mereka yang seperti anak kecil.

LOVE LETTER AND JIRISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang