#16

42 4 0
                                    

Mereka semua mulai mengupas mangga taklupa mencucinya lalu mencocol sambel tersebut.

Yang pertama sahabat Jayden yang rambutnya pirang ala Kpop yang mencoba. "Satu dua nyam" mula mula oke biasa aja, kedua muka mereka mulai merah.

Dina cekikikan mengintip mereka semua ia mulai menghitungnya.

1...

2...

3...

"Jaaaaaaaayyyyy keparat, gue mampus" teriak si pirang.

"Jayy itu sambel atau racun sih?" Teriak si item yg bernama Glenn sambil mengipas lidahnya.

Jayden hanya melongo di tempat boro-boro mencicipi menoel mangganya pun ia belum sempat.

"Diiiinna ambilin air" teriak Jayden panik.

Dina dengan gesit mengambil teko besar berisi air dan juga gelasnya. Mereka minum dengan kalap. Dalam hati Dina puas, siapa suruh ia tak di jatah padahal dia yang paling mau.

"Jay sayang pedes tauk" keluh si cewek montok di samping Jayden sambil mengibas lidahnya.

"Ya udah aku ambilin kue dulu supaya gak pedes banget" Jayden melangkah yang di ikuti Dina.

Jay membuka lemari pendingin mengambil kue lapis di dalamnya namun di hadang Dina.

"Mas duduk aja di luar biar Dina aja yang layanin mereka". Tapi Jayden menepis tangan Dina.

"Gue gak mau temen-temen gue di racunin lagi sama lo" ucap Jayden pedas.

Deg.

Dina mematung seketika. Ia tak sedikit pun berniat mencelakai orang, dia hanya iseng saja. Dina melangkah keluar membawa tas lusuhnya kebetulan hari sudah petang.

Dina melewati ruang tamu yang terdapat teman-temannya Jayden.

"Oh iya sayang gara-gara kepedesan aku belum tanya sama kamu. Kok dia bisa ada disini sih?" Tanya pacarnya Jayden kearah Dina.

"Oh dia pembokat aku Yang" jawab Jayden ringan. Yang membuat Dina ciut.

"Mas. Dina pamit pulang" yang tak di anggap Jayden.

"Dek mau di anterin Kakak gak?" Tanya si Pirang.

Dina menggeleng "makasih Kak".

Dina pulang dengan langkah cepat. Ia sudah rindu dengan kasur reotnya ingin cepat-cepat meluruskan tulang punggungnya ples mencoba hp barunya walaupun merknya tak terkenal dan juga murmer tapi ia bersyukur. Semakin ia besar kualitas tenaganya pun juga besar dan semangat hidupnya pun ikut bertambah.

"Bunda" girang Dina saat melihat bunda tercintanya.

"Wa'alaikumsalam" sindir sang ibu.

"Assalamualaikum Bunda. Maaf!!"

"Wa'alaikumsalam. Sudah makan??"

Dina mengangguk taklama mengeluarkan bungkusan di dalam tasnya. "Tadi beli pempek di depan gang".

Rina tersenyum lebar. Sungguh melegakan mempunyai putri seperti anaknya ini. "Terimakasih".

"Bunda jangan kerja berat dulu." Rina mengangguk.

Taklama ada ketukan pintu terdengar.

"Bun biar Dina aja". Rina mengangguk di sela menuangkan pempek keatas mangkuk.

Klek.

Terdapat seorang pria parubaya di depannya.

"Selamat sore Dek" sapanya.

MATCHED PAIR (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang