Dina berlari dengan tergesanya memasuki sebuah kafe. "Mbak reservasi atas nama Sandrina Vinny"
Mbak kasir mencari daftar agenda hari ini "no 1 vip outdoor Mbak di lantai tiga"
Setelah berterima kasih Dina melangkah kelantai tiga tempat yang akan ditujunya. "Jangan sampai pertumpahan darah terjadi" doanya dalam hati.
Ia melihat seorang waiters pria sedang menunggu disebuah meja diluar ruangan vip.
"Maaf Mbak. Sudah ada orang di dalamnya" Mas-masnya menghentikan langkah Dina.
"Memang untuk berapa orang?" Tanya Dina memastikan.
"Untuk dua orang Mbak"
Dengan tergesa Dina masuk dan disuguhkan pemandangan yang membuatnya merasa sia-sia berlari kesana. Dengan baju tidur sepatu kets rambut tergerai bagai orang terserang panik akut yeah memang itu kenyataannya saat ia melihat pesan yang telah terbuka dari Danny dan juga ada balasannya tentu saja bukan ia yang membalasnya.
"Hai sayang" Danny melambaikan tangannya kearah Dina.
Dina melotot kaget membuka sepatunya sebelah lantas berlari kearah Danny dan memukulinya bringas. "Kau apakan tunanganku huh?"
Danny merunduk ke kolong meja sambil teriak meminta ampun. Dengan tak tega Jayden menarik pinggang Dina duduk dipangkuannya.
"Kamu tak apa kan gak ada yang digrepe grepekan?" Dina meneliti pakaian Jayden. Jayden melirik Danny bingung sedangkan yang dilirik wajahnya sudah merah padam menahan malu.
"Aku tidak apa-apa" Jayden membuka suaranya.
"Hufftthh.. syukurlah aku gak panik lagi" Dina menyeruput kopi dingin di atas meja.
"Kau semakin bringas saja" Danny memegang pinggangnya yang terasa nyeri.
Dina mengusap tengkuknya "maaf Dan. Aku cuma khawatir aja kau kan tahu aku anti sekali pada pria seperti.." Dina menggantung Kalimatnya.
"Apa? Kau mau bilang kau anti pria seperti diriku? Oh Dina sweety kau itu salah sangka!!" Danny menjelaskan.
"Sudahlah urusan di antara kita sudah selesai. Permisi" Jayden menggendong Dina, bridal.
"Ta.. tap.. i, haih" Dina mengatupkan rahangnya saat Jayden menggendongnya menjauh dari Danny.
Dina memonyongkan bibirnya apalagi saat Jayden melihat kearahnya
"kok itu bibir kayak minta dikuncir yak!" Jayden terkekeh dengan tingkah laku tunangannya.
"Sembarangan ini tuh bibir bukan rambut. Mana tega bibirku yang seksi ini dikuncir" Jayden terbahak.
"Kamu lucu banget sih cocok buat ikutan lomba komedian" Dina memberengut semakin kesal.
"Intinya aja. Kamu ngapain bajak hp aku?"
"Cuma meluruskan saja. Aku gak mau jika kedepannya ada orang ketiga"
Dina menengok kearah Jayden dan menunjuknya tepat dihidung "nonton pelakor lagi ya sama Mamih?"
"Eee.. enggak!!" Jayden terkesiap. Dina memicingkan matanya curiga.
"Lain kali kalo nonton sama Mamih kasih kartun kepala botak aja. Jangan sinetron Mamih itu kalo sudah baper riweh"Jayden terkekeh. Harusnya ia berterima kasih pada mamihnya sebab berkat beliau ia bisa waspada dan dapat mencium bau bau aroma tidak sedap dan mencurigakan dari notifikasi hp Dina.
"Mana mau Mamih" elak Jayden.
"Aku aja gak suka nonton begituan kamu kok suka banget, aneh? Harusnya ya kalo jadi laki-laki itu yak nontonnya sepak bola ini malah pelakor." Cerocos Dina mengomel.
"Kamu belum jawab?!" Tanya Jayden.
"Jawab apa toh kamunya aja belum nanya." Dina memutarkan matanya jengah.
"Dia siapa kamu?"
"Temen. Dulu pas di univ ia itu Arjuna kampus cakep banget. Dan untuk melupakan kamu yang saat itu jahat sama aku (Dina memandang sinis Jayden kalo inget kesana) aku berani buat deketin
namun setelah ada insiden itu aku ngejauh males banget buat deketinnya lagi."Jayden melihat Dina masih menunggu kelanjutannya.
"Please donk masa harus diceritain ke itunya juga?" Dina membuang nafas kesal.
Masih dengan tatapan datar seorang Jayden bahkan bertambah horor seakan 'cepat lanjutkan'.
"Oke (teriak Dina kesal) dia itu homo" Dina manyun "sayang tahu sudah ganteng, keren, pinter, tajir masa sukanya terong!!"
Kali ini Jayden memandang tajam Dina. Dina melirik Jayden dan terkekeh "iya Mas Jayku yang pualiiing ganteng di atas Danny dech pokoknya"
Jayden tersenyum lebar, menyenangkan rasanya dipuji-puji seperti itu.
Ditepian jalan seberang terlihat Winny yang sedang mengayunkan tangannya kearah mobil Jayden yang memang sudah ia hapal luar kepala. Mobilpun berhenti pas disamping tubuh Winny.
"Jay aku nebeng ya!" Dengan wajah yang diimut-imutkan.
Dina melirik Winny dengan jengah sedangkan yang dilirik sama sekali tidak melihat kearahnya. Heol Sandrina yang cantik disini!! Ingin sekali Dina teriak di depan wajahnya. Lagian ngapain juga gadis dilarut malam begini masih keluyuran.
Jayden mengangguk namun Winny masih diam mematung. "Kenapa?" Tanya Jayden bingung.
"Aduh Jay kepala aku pusing. Kayaknya aku gak bisa dech duduk dibelakang" melasnya.
Dina memutar bola matanya lantas turun pindah kebelakang kemudi persis dibelakang Jayden. Dan dengan tersenyum merah Winny duduk ditempat yang diinginkannya disamping Jayden.
"Bisa gak Mbak gausah ekting mending bagus. Lah ini kek orang nahan mules!" Sindir Dina bersedekap dada.
"Apa urusannya denganmu. Lebih baik duduk yang manis di situ" ketusnya songong.
"Emang siapa yang lihat kalo aku ini duduknya gelisah? Anteng gini kok. Oya Mas! Dina turun di depan aja kebetulan ada cinta lama yang belum kelar"
"Gak boleh ini sudah malam" tolak Jayden tegas.
Giliran Dina aja marah-marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCHED PAIR (SELESAI)
Novela Juvenil⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛ MATCHED PAIR adalah PASANGAN SERASI macam terasi wanginya khas gurih-gurih nikmat.. Begitulah kisah cinta mereka berdua. ⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜ Dina Seorang siswi sekolahan yang terbilang jutek serta pemarah tanpa rasa mal...