#17

39 5 0
                                    

Taman Bermain.

Dina, Mimin dan Sasa. Sedang asik mengamati taman hiburan didepannya.

"Gila makin cakep aja ini tempat" Mimin berdecak kagum.

"Iya. Kali terakhir tahun kemarin gue kesini sama Bokap" timpal Sasa.

Dina hanya tersenyum miris hanya ia yang belum pernah merasakannya. Mimin mencubit bahu Sasa pelan, saat Sasa melihat kearahnya, Mimin mengkode kearah Dina.

"Eeh Neng Dina yang cantik. Kita malam ini akan bersenang-senang" teriak Sasa dengan semangat.

Mimin dan Sasa masing-masing mengapit lengan Dina dan membawanya berkeliling taman. Semua permainan mereka jajal dan sahabat Dina tersenyum bangga atas usaha mereka berdua memaksa Dina untuk ikut. Dan sahabatnya itu tertawa lepas sangat amat bahagia.

Mimin mengeluarkan hpnya dan memotret mereka bertiga yang di kejutkan oleh Sasa karena dia juga mempunyai ponsel yang lumayan canggih yang baru saja ia beli dari hasil kerja paruhnya.

Dina mengeluarkan hp miliknya dari tas slempang.

"Wiiii kok lo berdua kek janjian gitu sih? Bisa barengan belinya?" Tanya Mimin kepo.

"Mungkin sehati" kor Dina dan Sasa. Diakhiri dengan tawa merekah dari ketiganya.

Jayden hanya tersenyum singkat di balik salah satu stand makanan yang ada disana.

At Sekolah.

Dina melangkah cepat kearah ruangan OSIS di karenakan ia sudah menginjak kelas tiga maka jabatannya akan segera ada yang menggantikan. Dina memasuki ruang OSIS yang ternyata anak kelas sebelas dan para kakel sudah di posisinya masing-masing.

"Selamat pagi guys" sapa Dina riang.

"Pagi Buketu" koor semuanya.

"Pak Iput belom dateng yak?"

"Belum Buketu" koor semuanya.

Taklama yg dinantikan pun datang juga.

Skip.

Selepas rapat tadi yaitu sang buketu garang macam Kak Ros resmi melepaskan jabatannya ke adik kelasnya yang sudah terpilih menurut jumlah suara pemilih. Dan saat ini ia sedang mantengin pak Iput as Irawan Putra sedang membolak-balikkan map di mejanya.

"Ehem hadir Pak" kode Dina.

"Sandrina Vinny!!"

"Iya saya"

"Kamu mau ikut tes beasiswa?" Tanya pak Iput formal.

Dina menutup mulutnya syok. "Ja ja jadi saya bisa kuliah jalur beasiswa Pak?" Tanya Dina balik.

"Yap bisa. Mau tidak?"

"Mau Pak!! Maaf Pak. Kuliah dimana kalo boleh saya tau? " Dina menyeka sudut matanya.

"Di Jerman. Menurut rektor kampus ini" jawab pak Iput.

Dina tersenyum bahagia. "Kapan saya ikut tes?"

"Hmm waktu terakhir hari ini" Irawan mengusap tengkuknya tak enak. Ia lupa memberitahu siswi kebanggaannya tersebut dengan segera.

"Ap apa?" Gagap Dina.

"Maaf. Dan saya sudah menyediakan formulirnya. Kamu bisa langsung ikut ujian di laptop saya". Pak Iput meninggalkan ruangannya yang tersisa Dina dengan segala macam doa yang ia rapalkan sambil mengetik di laptop pak Iput dengan segera.

Mimin dan Sasa celingak celingukan di ruang OSIS. "Gak ada Nyet" ucap Mimin pelan.

"Tau maknya Dugong" balas Sasa.

Terlihat Jayden melintas dari kejauhan.

"Eeh sapa tau Kak Jay tau dimana tuh si goyang dua jari" Mimin langsung menarik tangan Sasa.

Sasa mencubit tangan Mimin gemas. "Haduh. Eh Kak Jay!!" Sapa Mimin BB (basa-basi).

"Iya, ada apa yah Dek?" Tanya Jayden ramah.

"Kak liat Dina gak?" Tanya Mimin langsung.

"Enggak, saya belum lihat Dina. Emang kenapa?" Tanya Jayden penasaran.

"Eh enggak kenapa-napa. Yekan Sa?" Mimin menyikut perut Sasa yang terpaksa Sasa timpali dengan senyum canggung.

"Ya udah yak Kak. Terimakasih maaf menganggu" Sasa menarik Mimin sambil berlari pelan.

Di tempat lain Dina sedang mengacak-acak rambutnya prustasi. Ia bukan murid cerdas tapi ia termasuk dalam kategori murid yang lumayan bisa di andalkan jadi itulah yang membuat pak Irawan Putra bersedia mengajukan beasiswa gratis untuk Dina. Jadi Dina tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini ia harus memerah otak lalu mengecerkan kembali.

"Dina fokus jangan brownies Bunda yang belum laku yang lo inget" semangatnya kedirinya sendiri.

Ia jarang menghapal buku seperti kebanyakan orang lainnya yang ia baca tiap harinya 'gimana makan besok' itu dan seterusnya. Bahkan dalam mimpinya ia tidak mempunyai cita-cita suatu saat nanti ia ingin jadi apa. Yang ia inginkan suatu saat nanti hidupnya dan juga bundanya akan bahagia.

"Mampus lo Sandrina Vinny" Dina mengetik namanya di formulir ia mengetik nama aslinya menurut akta lahirnya. SANDRINA VINNY W!!

"W? Itu nama siapa sih? Heran deh nanya sama Bunda gak pernah di jawab juga!!" Sampai surel di kirimkan Dina hanya memangku dagunya sambil memanyunkan bibirnya di depan layar laptop.

Pulang sekolah Dina bergegas kerumah majikannya sambil bersenandung ria. Kalo di pikir-pikir jadi anak OSIS santai juga yah gak ikut belajar gara-gara miting pun gak apa-apa. Dan ia cukup bersyukur ia mempunyai pesangon yang lumayan dari ngOSISnya.

"Assalamualaikum. Wa'alaikumsalam" Dina mengucap sekaligus membalas karena rumah singgah majikannya ini memang sepi karena sang majikan cakepnya itu lagi sibuk-sibuknya nyusun skripsi.

Tapi pemikiran Dina salah saat mengira Jayden masih di kampus, buktinya sang majikan tampannya itu sedang memandangi laptop sambil menyeruput kopi hitamnya di sofa taman samping dekat pohon mangga kesayangan Dina. Saking sayangnya setiap hari ia pantengin terus tak berani memetik.

"Siang Mas Jay" sapa Dina basa-basi.

Sebenarnya Dina enggan menyapa karena kejadian si sambel mercon tempo hari itu yang bikin hati Dina kecucuk duri. Tapi mo gimana lagi itu adalah formalitas sang babu kepada majikannya.

"Din" panggil Jayden di tempat duduknya tanpa melihat kearah Dina.

"Iya Mas?" Dina menghampiri Jayden.

Jayden merogoh saku celana pendeknya. Lalu mengeluarkan kertas berwarna coklat dan juga memberikan Dina plastik yang berlogo salah satu ponsel ternama.

"Hmm ambil" perintah Jayden yang di turuti Dina.

"Ini?" Tanya Dina bingung.

"Oh itu gaji kamu sekaligus aku bayar utang tempo hari. Aku tau kamu lagi ngumpulin uang buat beli ponsel tapi uangnya kamu kasihin ke aku. Terimakasih" Jayden tersenyum manis sekilas. Yang bikin dada Dina meleleh berikut dengan kata 'aku' menurut Dina itu sudah hal luar biasa.

Dina menetralkan rona wajahnya "ta ehem tapi Mas gak usah ganti juga gpp kok kebetulan Dina udah beli hpnya" Dina menunjukkan hp biasa miliknya.

"Yaudah itu di simpen aja. Kamu pakai yang ini".

Dina hanya mengangguk "terimakasih yak Mas Jay" Jayden mengangguk dan fokus kembali ke urusannya.

Saat Dina ingin melangkah.

"Din?"

"Yak Mas?" Tanya Dina.

"Ambil mangga mateng!!"

"Dimana?"

"Menurut lo?"

Dina mendengus. Kumat lagi!!

Dina memanjat pohon yang lumayan pendek tersebut untuk mengambil mangga yang menurutnya masak berada di puncak pohon, ia memijak ranting rapuh dan sesaat badannya oleng.

Tbc...

MATCHED PAIR (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang