#24

38 4 0
                                    

Alberto Mansion.

  Hunian tersebut sangat hening bukan berarti tidak ada penghuninya melainkan karena hawa seorang nyonya besar yang menyukai ketenangan tak hanya Alberto dan keluarganya, Dina dan bundanya pun turut hadir. Sandra berdeham untuk merenggangkan situasi akward ini. Tibalah satu keluarga lagi yang baru datang yaitu sebagai tamu kehormatan, keluarga Akmar.

Dina penasaran dengan inti acaranya malam ini kenapa ia juga harus ikut dalam acara macam ini yang membuatnya suntuk bukan main.

Menyebalkan!!

"Silahkan duduk Tuan dan Nyonya Akmar" sapa Sandra sopan.

"Tidak usah formal begitu Nyonya" Timpal Pram Akmar papih Jayden.

"Yasudah jangan panggil saya Nyonya tentunya" mereka berdua terkekeh.

Jayden duduk disamping Winny, tentunya disambut suka cita oleh Winny dan langsung diapit olehnya.

Belum apa-apa udah diapit, dih siapa juga yang mau ngambil!! Dina berdecih melihat kelakuan mantan primadona kampus itu dengan jengkel.

"Kedatangan kami pada malam hari ini bermaksud untuk menyunting salah satu putri dari keluarga Willie untuk putra kami, Jayden" terang Pram.

Dina menaikkan satu alisnya. Kejutan yang tak terduga baginya dan satu hal lagi mereka telah melupakan Dina tanpa berbasa-basi ingin melamar Winny sepupunya itu.

Sakit?

Mungkin sedikit.

Kecewa?

Sangat!

Masih bisa ia atasi dengan duduk santai diantara mereka. Dina termenung dengan isi pikirannya sendiri menghiraukan mereka yang sedang mengoceh kadang tertawa dengan acuh. Menurut ia, sama sekali tidak penting. Ngapain juga ia harus ikut ngumpul seperti ini lebih baik ia tidur dikamar atau ia bisa mengerjakan proposal penting untuk meeting besok dengan bosnya.

Huffhhtt..

Kapan ini selesainya?!....

Teriak Dina dalam hati.

"Bukan begitu Dina?" Tanya Sandra tegas taklupa senyum diakhir kalimatnya.

"Ah eh.. iya" Dina dengan refleks menjawab tanpa tahu apa yang jadi bahan pertanyaan.

"Alhamdulillah" koor semuanya kecuali Winny ia memandang Dina benci.

Dina menganga tak mengerti dengan mereka, apa ada yang salah dengan jawaban 'iya' Nya? Padahal ia refleks asbun (asal bunyi) saja.

Jayden berdiri dan mendekati Dina taklama mengeluarkan kotak silver berisi dua cincin di dalamnya.

Maksudnya apa? Dina kurang paham yang dilangsung mengerti bundanya.

"Kamu menerima lamaran dari nak Jay, sayang"

"Hah?.." pekik Dina kaget.

"Memang ini lamaran dadakan, maafin aku yang selama ini tidak menganggapmu ada" Jayden berjongkok di depan Dina.

Dina menyesap bibir bawahnya bingung. Ditolak ia sudah terlanjur bilang iya, dasar kuping budek!!

"Hm sudah. Gak perlu jongkok gitu duduk aja disamping aku" Dina menarik Jayden untuk duduk disampingnya walau rasa gugup hampir membuat lututnya gemetar.

Jayden menarik tangan Dina lalu menyematkannya di jari manis bagian kirinya hal sama dengan Dina, yang di potret langsung oleh Erik. Walaupun rasa dongkolnya masih melekat pada sepupunya itu tapi mau gimana lagi ia dan Jayden sudah seperti saudara sendiri masa ia tidak mengabadikan momen bersejarah ini.

MATCHED PAIR (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang