#31

33 5 1
                                    

Sebuah mobil sejenis alpard hitam metalik berhenti di depan hunian Dina ia mengernyit heran. Setahunya tidak akan ada yang bertandang hari ini kerumahnya. Namun pemikiran itu ia urungkan saat melihat dua orang turun dari kursi penumpang yang sangat ia sayangi.

"Paman, Bibi. Kalian sudah sampai rupanya!" Dina menyalami mereka satu persatu.

"Darl. Panggil aku Aunty dan Uncle untuk Pamanmu. Kau ini norak sekali" gerutu Merisa lantas menarik tangan Dina untuk masuk kehunian ketiga yaitu milik Garry.

"Oke Aunty" jawab Dina disela tarikan Merisa.

"Oya Bibin mana?" Tanya Merisa menanyai sang putri.

"Tuh" dengan muka cemberut Dina menunjuk arah sebuah mobil sport yang baru datang. Dan benar saja mobil tersebut berisi satu pria dewasa dan bocah kecil nan imut. Namun bagi Dina bocah tersebut amat menjengkelkan terlihat dari cara bocah itu melihat tunangannya tanpa berkedip sekalinya berkedip bagaikan orang yang cacingan.

Merisa melihat bibir manyun dari Dina dan seketika smirk jahatnya terlihat.

"Lihat Dad. Kalo saja anakmu sudah dewasa aku yakin dia jodohnya Jayden." Seru Merisa antusias.

"Maksud kamu apa?" Tanya Garry.

"Mereka itu serasi banget yakan. Lagian kasian Jayden juga dapat tunangan buruk rupa" sindir Merisa.

Garry hanya menggelengkan kepalanya tanpa mau menyahuti istrinya yang suka menjahili Dina. Dan menurut Garry keduanya sama-sama bodoh ngapain juga ia ikutan bodoh seperti mereka. Ia melanjutkan langkahnya kedalam serta duduk santai yang kebetulan ada koran di meja ia membuka koran hingga hanyut kedalamnya.

Dengan cekatan Dina membuatkan kopi hitam racikannya sendiri yang sangat disukai pamannya.

"Oya Uncle sekertaris yang waktu itu terus saja meminta nomor Uncle pada Dina."

Byur....

Garry menyemburkan kopi yang berada dalam mulutnya, dia tahu Dina sengaja memanas-manasi Merisa supaya cemburu dan itu berhasil terlihat dari wajahnya yang penuh akan curiga.

"Dina pamit dulu Uncle" dengan smirknya Dina melangkah mendekati Jayden yang sedang bergandengan tangan dengan Bianca. Dina menyerobot ditengah-tengah hingga tautan keduanya terlepas.

"Sayang temani aku yuk" dengan sengaja Dina menarik lengan Jayden. Bianca alias Bibin melihat dengan pandangan sinisnya dibalas dengan juluran lidah dari Dina dengan kedipan nakalnya juga. Bibin menghentakkan langkahnya mendekati Mommynya.

"Kamu jahil juga ternyata" seru Jayden.

"Seneng banget nempel sama Bibin?" Dina mencubit tangan Jayden gemas.

Jayden meringis pelan ternyata cubitan Dina amat pedas.

"Dia gadis imut, cantik, dan baik. Aku senang main dengannya mungkin suatu saat nanti aku main sama anakku" curhatan Jayden menerawang keatas awan sana.

Dina menoleh dan duduk disebuah bangku bersama Jayden.

"Aku mau tahu. Kenapa kamu pilih aku disaat kamu dekat dengan Winny?" Pertanyaan yang ingin Dina tanyakan dari dulu.

"Jawabannya. Aku sudah cinta sama kamu sejak kamu menjadi asisten rumah tangga dirumahku saat itu" ungkap Jayden jujur.

"Tapi saat prom kamu maki aku. Kamu tahu aku teramat sakit hati saat itu" Dina termenung saat mengingat momen malam itu.

"Aku minta maaf. Bukan itu maksudku aku menyesal telah mengundangmu ke acara itu jika akhirnya kamu hanya mendapat hinaan dari Winny"

Dina menyender kebahu Jayden.

"Kamu tahu. Aku sempat berangan-angan bersanding denganmu namun dengan keadaanku saat itu aku tidak yakin karena aku hanyalah orang miskin yang tidak punya apa-apa untuk hidup pun aku pontang-panting mencari rupiah sejak kecil. Namun tidak ada yang tahu jika hari ini hidupku berubah dan semua yang aku anggap tidak mungkin jadi kemungkinan terjadi. Aku bersyukur pada Tuhan kamu masih berjodoh denganku" Dina melihat Jayden dengan tersenyum lembut yang dibalas sama oleh Jayden.

Disaat Dina pulang bergandengan dengan Jayden terlihat ribut-ribut dihunian pertama milik Alberto.

"Lho ada apa yah. Kok banyak orang?" Dina terheran-heran sebab semua keluarganya berkumpul namun semuanya menengadah keatas melihat satu objek yang belum Dina ketahui apa itu.

Saat berada dikerumunan tersebut Dina terkaget saat mengikuti tatapan mereka keatas disana terlihat Winny ingin gantung diri diseutas tambang yang sudah disimpul bulat dan sudah ia kaitkan di sebuah tralis loteng tempat menjemur pakaian.

"Winny lo ngapain sih haa? Lo gila" dengan reflek Dina teriak dengan bahasa kasarnya. Semua orang terkejut dengan teriakan Dina yang kencang.

"Lo buta gue mau mengakhiri semuanya, gue gak sanggup kalo lihat orang yang gue cintai kepelaminan sama lo" balas Winny dengan teriak diatas sana.

"Oh lo cinta sama Mas Jayden? Kalo lo mati gue cepet dong bahagianya. Kalo lo cinta sinilah turun masa cuma gara-gara cinta bertepuk sebelah doang lo bunuh diri sayang amat Neng. Dengerin ya kalo lo bunuh diri terus lo gentayangan sori gue gak takut tapi temen lo nanti hantu-hantu serem, mau lo?" Dina menakut-nakuti Winny yang memang aslinya penakut itu dengan gembira beda dengan raut ibunya yang siap menerkam Dina.

Winny turun dari tangganya dengan lunglai ia masuk ke dalam. Tidak jadi bunuh diri!!

Semuanya berhamburan ke dalam melihat keadaan Winny.

Drama queen..

"Kau benar Dina. Kalo aku mati kalian terlalu cepat menuju kebahagiaan jadi biarkan aku menghancurkan tanda-tanda kebahagiaan itu" dengan smirknya lalu suara tertawa begitu nyaring dalam kamar Winny.

Tbc..

Ini gak nyambung banget😅.. kriuk kriuk garing.

MATCHED PAIR (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang