#28

36 4 0
                                    

"... fotoku?" Dina memicingkan matanya curiga apalagi melihat wajah Jayden yang memerah menahan rasa panas diwajahnya.

Didinding tersebut berisi sebuah figura keluarga Akmar dalam ukuran besar tapi di balik figura tersebut terdapat sebuah foto seorang Sandrina Vinny yang sedang terbang alias tidak menapaki tanah padahal realitanya ia sedang melompat ingin menggapai mangga di atasnya. Mungkin Jayden lupa membalikkannya lagi hingga foto tersebut tercyduk Dina sendiri.

"Hayoh memotret orang diam-diam artinya nyolong! Yekan?" Dina semakin menyudutkan Jayden.

Jayden mengusap tengkuknya seraya melihat Dina yang sedang menatapnya meminta penjelasan. Dengan langkah cepat Jayden memasuki kamar mandinya sekalian membersihkan diri dan tentu saja mendinginkan wajahnya yang terasa panas, seumur hidupnya Jayden baru merasakan malu yang luar biasa seperti sekarang ini mau ditaruh dimana mukanya yang tampan ini!

Serasa sudah agak baikkan suhu diwajahnya Jayden keluar dari kamar mandinya dan terkaget saat melihat Dina masih menatapnya curiga di samping pintu kamar mandinya.

"Aku bilangin ya sama Tante Hanum anaknya modelan begitu!" Dina melangkah menjauhi Jayden.

Dengan cepat Jayden menarik lengan Dina lalu membingkainya ditembok dengan kedua tangannya.

"Kau tidak akan bicara tentangku pada Mamih sayang. " benda kenyal yang terasa lembut menempeli bibir seksi milik Dina sesekali bergerak pelan namun memabukkan.

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Jidat, pipi, hidung lalu bibir menjadi target Jayden bertubi-tubi secara membabi buta.

"Jika kau berani bicara pada Mamih akan kuberikan lebih dari itu" ancam Jayden dengan ketus.

Dina mengusap bekas kecupan Jayden diwajahnya seraya menggoyangkan bibirnya yang dimonyong-monyongin keatas.

"Jijik tahu. Kecup sih kecup tapi please jigongnya jangan ikut juga" protes Dina sebal.

Jayden mendelik dan memahami maksud nista dari tunangannya itu.

"Belum saatnya sayang. Belum sah" bisik Jayden ditelinga Dina mesra.

Airmuka Dina berubah merah merona ia malu, ternyata semua pria peka jika menyangkut hal yang 'iyaiya'. Dina meninggalkan Jayden yang sedang terbahak keras dipintu kamar mandi sedangkan Dina melangkahkan kakinya kearah dapur  sambil memegang pipinya yang terasa panas. Terlihat Hanum yang sedang mengaduk sebuah olahan di panci di atas kompor yang menyala.

"Tante.." sapa Dina menengok isi panci tersebut.

"Sayang!.. Jangan panggil Tante dong panggil Mamih oke masa caman manggilnya Tante sih?" Koreksi Hanum disela mengaduk bahan pudingnya.

"Oke Mam maafin Dina ya!" Hanum tersenyum menanggapi.

Dina sedang serius dengan eksperimennya membuat brownies ketan hitam panggang katanya sih favoritnya Jayden namun itu bukan buat Jayden melainkan untuknya sendiri masa bodoh dengan tunangannya yang asem itu! Mungkin sekarang ia sedang asik berpangku seksi dengan laptopnya. Dan ke mana perginya Hanum dan nenek sihir alias Winny? Sang calon ibu mertuanya itu sedang pergi arisan membawa sertakan puding buatannya tadi kalo si nenek sihir mungkin pulang ke alamnya.

Ting.

Oven sudah berdenting pertanda apa yang ia buat sudah matang. Dan taraaaaaaaa....

Brownies hitam ala chef Sandrina Vinny Willie aye aye ayeee....

Itu memang hitam apa emang gosong?

Ini hitam bos!!

Karena sebuah kegosongan tidak akan terlihat dari gelapnya ini kue.

Dina terkikik ngeri emang ada brownies ketan warnanya hitam? Setaunya brownies ketan berwarna abu abu kehitaman bukan hitam kegosongan, caelah dipecat jadi mantu gini caranya mah!!

Jangan ketawa kalian ye!!

Saat Dina memandang kuenya ngeri ada satu orang makhluk Tuhan paling seksi didapur ini mencubit kue Dina dan melahapnya langsung. Dina menatap siapa pemilik tangan tersebut yang mempunyai otot yang menonjol, pas buat jadi bantal serepnya suatu saat nanti. Saat selesai memindai dan sampailah dimukanya yang menunjukkan eksperi ngeri ngeri cengo, Dina berpikir stok orang kece namun sedikit bodoh mungkin tinggal satu lagi yaitu Jayden stok terakhir dimuka bumi ini.

Ia mengunyah kue tersebut tapi menyiratkan rasa aneh diwajahnya. "Ini kue apa?"

Dina menjawab dengan ragu. "Tadinya sih brownies ketan saat ingin menambah estrak vanila yang dimasukin malah tintanya si cumi".

Dina menubruk bahu Jayden. "Aku tuh bodoh tahu kenapa sih kamu gak tinggalin aku aja. Masa seorang perempuan yang jago bikin kue gak bisa bedain ekstrak vanila sama pewarna"

Dina menangis tersedu-sedu yang membuat Jayden merasa iba baru kali ini ia melihat Dina menangis meraung-raung tanpa tahu Dina tidaklah menangis ia pura-pura menangis hanya menutupi rasa malunya saja karena telah ceroboh dan bagusnya lagi Jayden tidak melihat wajahnya hanya mendengar suara tangisan bombaynya. Jayden menepuki punggung Dina sayang.

"Cengeng" ledek Jayden.

"Siapa bilang" Dina melepaskan rangkulannya pada Jayden lalu mendongak kearahnya berhubung Jayden yang jangkung.

"Gak nangis?" Tanyanya.

"Enggaklah pantang bagi Dina untuk menangis" Dina menepuk dadanya bangga.

"Terus yang dulu pas from ngapain nangis?!"

Chekmatt!!

Dina mendelik kearah Jayden. "Kau tahu aku masih sakit hati sampai sekarang. Yasudahlah ngapain juga mikirin yang sudah berlalu itu sudah expired. Gimana rasanya menurutmu?" Dina mengalihkan ketopik yang pertama.

"Enak. Aku suka" pujinya.

Dina melebarkan senyum malu-malunya.

"Masa sih?" Dina masih belum percaya.

"Iya" dengan pasti Jayden menjawab.

Tbc..

Aih cweeett^▽^

MATCHED PAIR (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang