Seorang ibu muda menggendong anaknya seraya berjalan menyusuri lorong rumah sakit ia melihat nomor yang tertera hanya lima kamar yang berfasilitas piv, ia melihat nuansa sunyi dipaling ujung ada seorang penjaga yang mengharuskan ia berpakaian steril dari ujung kepala hingga keujung kaki sedangkan bayinya ia titipkan ke penjaga tersebut di dalam terdapat Pram yang sedang mengantuk dengan lembut ia menepuk bahu Pram.
Pram terlonjak saat melihatnya Pram tersenyum. "Nak kamu sudah sehat sayang?" Pram memeluk Dina sayang.
Dina mengangguk. "Papih tidur dulu biar Dina yang jagain"
"Tapi.. Zeya?"
"Zeya diluar. Dina baru saja culik dia dari susternya" Dina tersenyum biarpun suaranya masih lemah tapi Pram masih mendengarnya.
Dengan girangnya Pram keluar dari ruangan ia tak sabar ingin bertemu dengan cucunya.
Dina mendekati ranjang Jayden. Ia melihat suaminya yang di babat perban dari kepala hingga kaki. "Kamu kayak mumi Mas!"
Dina mendekatkan badannya ketubuh Jayden, ia memeluknya lembut. "Aku kangen sama kamu, Mas. Rasanya sakit banget kalo lihat kamu begini. Mas kamu kangen sama aku kan, sama anak kita iyaa Zeya anak kamu Mas. Eh tapi yang brojolin dia kan aku?! Bukan, ia anaknya dokter sama susternya. Maafin aku ya Mas saat Zeya tumbuh hingga lahir aku tidak tahu. Aku gagal jadi seorang ibu. Bahkan aku membiarkan anakku lahir dengan tubuh lemahnya." Dina meraung ia menangis terisak.
"Bahkan setelah sadar saat kamu gaada disisiku malah memilih bersama Kak Winny a-aku malah gila aku defresi. Saking gak relanya aku kamu deket-deket Kak Winny" taklama Dina tertawa bahkan menangis secara bersamaan.
Ada seseorang yang membalas pelukannya. "Ma.. maafkan.. ak.. ku!!"
Dina terkejut lebih terkejut lagi saat tubuh Jayden kejang-kejang. Dengan tergesa Dina memencet tombol darurat. Dokter dan suster berdatangan mengagetkan Pram yang sedang menggendong Zeya.
"Dok. Ada apa ini?" Tanya Pram.
"Maaf Pak kami belum memastikannya" dokter tersebut berlalu masuk kedalam.
Apalagi ini.
***
"Zeya Arina Akmar. Princess Bunda yang sudah besar" Dina tersenyum gemas melihat buah hatinya yang sekarang berumur tiga tahun sedang memakan es krim di bawah pohon mangga kesukaan Dina dulu, bedanya sekarang mangga tersebut telah tumbuh besar dan anaknya berada di tengah dahan. Bocah berumur tiga tahun bisa memanjat pohon mangga? Jangan risau pohon tersebut telah disulap menjadi rumah pohon tempat Zeya bermain dengan teman-temannya.
"Unda jan malah nanti keliput loh. Ntal om om di pelapatan gak pen liat unda lagi" celotehan Zeya yang bikin Dina geleng kepala.
"Anak siapa ini?!" Teriak Dina kesal.
"Anak elu" balas Mimin dari dalam.
Sasa membawa beberapa buah untuk anaknya dan juga Zeya. Kalo Melki ia tak suka buah dia lebih doyan permen maka dengan inisiatif Dina, ia membuat beberapa permen dari buah asli.
"Din kamu gak bosen jadi single farent terus?" Celetuk Sasa.
Dina menggeleng.
"Iya Din, nanti aku kenalin dech sama tetangga baruku tahu gak? Mobilnya haduh gak keitung kadang aku tuh suka lupa kalo sudah bersuami kalo lihat dia!" Tambah Mimin melebih lebihkan.
"Oya kenapa gak dikenalin?" Bukan Dina yang tanya melainkan Jayden.
Jayden mendekati ibu ibu gatel tersebut seraya melonggarkan dasi dilehernya.
"Wadaw Sa. Kabur Sa sebelum kita disate" Mimin kabur terlebih dahulu diikuti Sasa dengan alasan memberi kue pada Zeya.
Setelah hari itu ingatan Jayden sedikit demi sedikit telah pulih hingga dokter mengatakan bahwa Jayden telah sembuh total. Namun bang toyibnya tetap ada dan menjadi gelarnya sekarang.
"Kenapa?" Tanya Jayden galak. "Seneng ada yang nawarin cogan?"
"Dih apaan sih? Mereka baik tahu nawarin aku cogan karena kelamaan lihat aku sendirian tanpa suami." Balas Dina kejam.
"Terus?"
"Makannya kalo punya istri tuh dikekepin kemana-mana diajak. Bukannya seperti ini, istrinya Toyib jaman now"
"Ayah!" Zeya menghampiri Jayden lalu salim.
"Anak Ayah habis ngapain?" Tanya Jayden seraya tersenyum.
"Oh tadi Deya habic bicnic cama tante Caca cama tante Emin!" Jawab Zeya cadel.
"Oya bisnis apa?" Tanya Jayden penasaran.
"Bicnic cali jodoh uat unda kalena kelamaan cendili" huuuffft Zeya menarik nafas panjang. "Kata tante Emin cebeyum unda dilaletin. Deya gak mau kalo unda Deya yang cantik bahenol ini kalatan Yah!"
Jayden menutup rapat bibirnya. Ia melirik ibu ibu gatel yang entah dimana mahkluknya sedangkan Dina pura-pura tidak tahu ia mencari aman saja.
"Okedeh karena sekarang ada Ayah maka Bunda Zeya aman gak akan karatan. Zeya request adek berapa?" Tanya iseng Jayden. Dina melihat Jayden syok.
"Dua puyuh libu saja" celoteh Zeya.
Jayden dan Dina ketawa. "Yuk kita beli" Dina menggandeng tangan Zeya keluar menghindari pertanyaan konyol Jayden.
"Yang jangan jauh-jauh nanti karatan" teriak Jayden dari dalam.
Sial.
Hari ini ia berkunjung dengan para sahabatnya kerumah singgah mertuanya yang dahulu kala saksi bisu Dina ngeces dibawah pohon karena hari ini ia akan panen mangga yeay.
"Mam yang meninggal waktu itu siapa?" Tanya Dina penasaran.
"Anaknya Pak Alif" jawab Hanum.
"Oh."
Anaknya pak Alif supir Hanum yang ia biayai sekolahnya dari kecil hingga kuliah berakhir dengan cancer dan meninggal dirumah sakit bertepatan dengan kecelakaan Jayden.
"Yang pulang yuk!" Jayden melihat Dina dengan muka unyunya.
"Balik gih Din. Sudah gak sabar tuh secara sudah sebulan belum diangetin." Sela Mimin.
"Iya biarin aja ini bocah centil sama kita kita. Kita jagain kok" tambah Sasa.
Dina hanya mengangguk pasrah.
END.
Happy Ending.
Terimakasih untuk yang baca tanpa kalian saya bukanlah apa-apa. Terimakasih sebanyak-banyaknya telah memberi bintang dan suaranya pada cerita saya yang ke-3 ini.
Kalean lwar biasaaa...
💋
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCHED PAIR (SELESAI)
Genç Kurgu⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛ MATCHED PAIR adalah PASANGAN SERASI macam terasi wanginya khas gurih-gurih nikmat.. Begitulah kisah cinta mereka berdua. ⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜ Dina Seorang siswi sekolahan yang terbilang jutek serta pemarah tanpa rasa mal...