#23

36 5 0
                                    

Hingar-bingar suara musik yang berdentum mengganggu pendengaran seorang gadis yang kini menutup telinganya rapat dengan sebuah bantal, musik tersebut berasal dari samping kolam yang menghadap langsung kearah balkon kamarnya.

Dasar para pengganggu.

Berbeda lagi dengan sesosok pemuda tampan yang asik memandangi balkon tersebut tanpa mau memalingkan wajahnya kearah lain. Winny menghampirinya dengan dress sepaha memperlihatkan kemolekan tubuhnya.

"Jay ayok berpesta dan sebentar lagi kita akan tunangan, yeay!!" Winny bersorak bahagia dalam waktu dekat ia dan Jayden akan melangsungkan pertunangan walaupun tidak pernah dalam tahap pacaran namun berkat sang daddy, Alberto semuanya mudah bagi Winny.

Musik berputar sangat kencang mendentum-dentum ditambah sorak sorai dari mulut pendengar. Dina berjalan garang kearah kolam taklupa dengan plastik bulat yang berisi air ditangannya. Jangan lupakan seorang Dina penembak jitu buah ceri kesukaannya.

Tangan Dina terayun kearah sana dengan bersembunyi dari balik tembok ia mengincar asal suara.

Pukkk..

Duk drrtt drtttt drttt..

Alat musik tiba-tiba konslet mengeluarkan asap dan juga api.

Dina tersenyum miring.

Aman!!

Mana mungkin terbakar kan ada air kolam!! Pikir Dina praktis.

Erik panik luar biasa "kok bisa kayak gini sih?" Tanyanya bingung.

"Sori Boss kayaknya penghuni kamar itu yang berulah" sela salah satu bodyguarnya menunjuk kamar Dina.

"Kami menemukan plastik yang sudah sobek mungkin berisi air" terang yang satunya.

Dina keluar dan duduk di balkon taklupa bersedekap dada.

"Dina.." geram Erik murka.

"Sori sepupu kayaknya tempat kolam tersebut tidak cocok untuk kau pakai berpesta, selain sempit ukurannya dan juga kau menganggu istirahatku" ucap Dina enteng dengan memakai earphone bluetooth langsung ke son Erik.

"Dasar gadis barbar, kau membuat acaraku kacau" teriak Erik.

"Heh pengangguran macam kalian berbeda denganku yang seorang pekerja keras yang membutuhkan istirahat cukup. Sekian terimakasih atas waktunya Tn. Eldrick" Dina menutup balkon hingga jendelanya.

"Gadis sialan" maki Erik.

"Dimana gadis itu bekerja?" Tanya Erik kearah pengawalnya.

"Nona baru melamar Tuan muda" jawab pengawal tersebut yang merangkap sebagai kaki tangannya.

"Cih sombong baru melamar juga"

Taklama Dina keluar dengan muka ditekuknya memasuki garasi taklama mobilpun keluar dan melaju kencang.

"Pasti dia jadi jalang" umpat Winny tajam.

Jayden menoleh kearah Winny dengan sorot tak sukanya. "Jangan asal bicara" tegurnya tajam.

"Eh." Winny melihat Jay kaget.

"Ma.. maaf" cicitnya pelan yang tak dihiraukan oleh Jayden.

***

Jam 10.00 malam terasa mencekam dikarenakan cuaca sedang tak bersahabat. Ia sibuk memutar kemudinya berharap sesuatu yang dicari-carinya ketemu.

"Huuffttthh.. mana kang martabaknya sih?" Keluh Dina kesal.

Jduaarr..

Kilat menyambar dilangit.

"Subhanallah. Kaget!!" Pekiknya keras.

Dengan tangan gemetar ia mengemudikan mobilnya cepat taklama hujan deraspun turun membasahi bumi, ia melangkah masuk kesebuah restoran yang menyajikan ayam sebagai menunya.

Kebetulan diluar sana sedang hujan maka dengan hati ringan ia akan menunggu sambil mengisi perutnya yang kebetulan serasa lapar kembali sehabis perang mulut tadi. Terlihat dari pintu kaca gemuruh masih saling bersahutan dan terlihat sesosok pria jangkung memasuki restoran yang sama dengan Dina tapi bukan itu yang Dina pikirkan, rasa-rasanya ia mengenali siapa orang itu!! Tapi tidak mungkin secara fisik ia berbeda, entahlah.

Hidangan yang ia pesan telah datang yang sangat amat menggugah lidahnya untuk segera mencicipi.

"Ehem.. permisi!!" Sapaan terdengar di depannya Dina mendongak.

"Ji.. Jinto?" Tanyanya tak yakin dengan firasatnya.

"Hay Din, long time no see" Adji tersenyum dengan manis yang membuat Dina terserang kaget.

****

Dina melangkah dengan gaya anggunnya, hari ini ia resmi diterima bekerja sebagai pengganti sekertaris direktur yang kebetulan di pecat. Ia tersenyum kearah resepsionis yang kebetulan menyapanya juga.

Lantai 30.

Wow satu kata untuk perusahaan ini.

Ia duduk dan langsung menyentuh tugasnya sebagai sekertaris baru, jangan dulu membuat cap buruk dihari pertama bekerja bukankah begitu.

Ketukan sepatu terdengar menggema dilorong dekat lift.

Bos datang.

Dengan cepat Dina membereskan berkas-berkas untuk kepentingan sang bos dan taklupa merapihkan pakaiannya juga supaya terlihat rapi dan ceria.

Dina menunggu dengan bibir tersungging walau terasa keram di dalam pipinya.

Huh lama banget ...

Dina merapikan kemeja garisnya dan rok span hitamnya sambil menunggu sang bos.

"Uhum" dehem sang bos.

Dina dengan sigap menyapa dengan kepala menunduk. "Selamat pagi Pak"

"Pagi Dina" sapa bos akrab.

"Eh" Dina melihat siapa bosnya.

"Lho...

MATCHED PAIR (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang