Chapter 35

4.3K 449 99
                                    

Author POV

Ting!

Bunyi di ponsel Irene berhasil sukses membuat wanita itu mengalihkan pandangannya ke layar ponselnya. Jari Irene langsung menekan notifikasi di layar ponselnya dengan segera, dan terpampanglah foto yang sukses membuatnya melebarkan matanya itu.

 Jari Irene langsung menekan notifikasi di layar ponselnya dengan segera, dan terpampanglah foto yang sukses membuatnya melebarkan matanya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene mengscroll kebawah untuk melihat komen-komen netizen. Baru saja di publis semenit yang lalu, komen dan like sudah banyak sekali.

Setelah membaca komenan netizen, Irene langsung menyuruh Suho untuk segera mengantarnya pulang ke mansion keluarganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca komenan netizen, Irene langsung menyuruh Suho untuk segera mengantarnya pulang ke mansion keluarganya.
"Oppa! Cepat antar aku pulang sekarang." Pinta Irene.

"Wae? Kenapa kau tiba-tiba panik begitu?" Tanya Suho yang mulai kebingungan.
Dengan cepat, Irene menunjukkan layar ponselnya kepada Suho.

"Holy shit! Baiklah, kajja kita pulang." Ajak Suho sembari menarik pelan tangan Irene.
Selama diperjalanan pulang, Irene diam saja. Saat ini, pikiran dan hatinya tengah berperang.

'Semoga Seulgi tidak tahu. Kalaupun dia tahu, semoga saja dia mau mendengar penjelasanku.' Batin Irene.
Sesampainya di rumah, Irene langsung turun begitu saja tanpa menghiraukan Suho sama sekali.

Dengan langkah yang lebar, Irene berjalan menuju kamarnya dan Seulgi.
'Ya Tuhan, aku bahkan belum meminta maaf kepada Seulgi mengenai tamparanku tadi. Sekarang datang pula masalah baru.' Batin Irene mulai ribut.

Irene membuka pintu kamarnya dengan kasar, dan mendapati Seulgi yang juga baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipinggang ramping pria itu.

Irene menelan salivanya dengan kasar saat dirinya dapat dengan jelas melihat abs sempurna milik Seulgi. Sadar akan pikiran mesumnya itu, Irene langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat.

'Ini bukan saatnya berpikir mesum.' Batin Irene.
"Sudah pulang? Bagaimana dengan klientmu? Apakah dia tidak kau suruh masuk?" Tanya Seulgi dengan suara yang terdengar dingin.

Pria itu pasti sudah tahu mengenai berita yang diberitakan oleh dispatch.
"A-aku bisa menjelaskannya." Ucap Irene terbata-bata, sedangkan Seulgi memilah pakaiannya dilemari.

"Jangan menjelaskan kenapa kau jalan bersama Suho, karena pada dasarnya aku tidak peduli dengan pria itu. Tapi jelaskan kenapa kau tega membohongiku? Kenapa kau mengatas namakan klient saat kau ingin berjalan dengan Suho?" Tanya Seulgi yang secara tidak langsung berhasil memojokkan Irene.

"Pertama saat di ruanganmu. Kau berpelukan dengan Suho saat kita masih menjadi sepasang kekasih. Sekarang kau berjalan dengan Suho saat kita sudah menjadi suami dan istri. Apa pernikahan ini hanya kau anggap lelucon, Irene-ssi?" Tanya Seulgi lagi dengan nada yang semakin dingin.

"Aniya. Aku tidak pernah sekalipun menganggap pernikahan kita ini adalah sebuah lelucon, Seulgi-ya. Aku serius ingin berumah tangga denganmu." Jawab Irene.

"Aku memiliki sebuah pertanyaan. Pantaskah seorang istri berkata 'serius ingin berumah tangga' kepada suaminya, sedangkan dirinya sendiri telah tega membohongi dan membodohi suaminya?" Tanya Seulgi lagi, kali ini dengan tatapan sendu pria itu.

"Aku sudah pernah bilang padamu bukan, bahwa aku tidak pernah ingin jatuh cinta? Aku juga sudah pernah bilang padamu bukan, kalau untuk mencintaimu aku memerlukan keberanian yang besar??" Tanya Seulgi, sedangkan Irene hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Kau tahu apa alasan aku bilang tidak ingin jatuh cinta?" Tanya Seulgi lagi dan Irene menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Karena cinta dapat membuatmu terlihat lemah dan tak berdaya. Disaat kau sudah mencintai seseorang, disaat itu pula kau harus bisa mengikhlaskan orang itu jika dia pergi. Dan itulah yang aku benci. Terkadang mulut dan hati itu tidak dapat bekerja sama dengan baik." Jelas Seulgi.

"Mulutku berkata aku mengikhlaskanmu, tapi hatiku berkata sebaliknya. Tidak apa-apa....aku akan belajar untuk itu. Sekarang, jika kau ingin berjalan bersama Suho, lakukanlah itu jika itu yang membuatmu bahagia. Kau tidak perku capek-capek berbohong lagi padaku. Aku juga tidak akan bercerai denganmu. Kau masih ingat bukan, bahwa aku tidak akan melepaskanmu walaupun kau meminta?" Lanjut Seulgi.

Irene meneteskan air matanya. Jujur saja, bukan ini yang Irene inginkan. Memang Irene bersalah karena telah menampar serta berbohong pada Seulgi, tapi dia tidak selingkuh sama sekali dengan Suho.

Seulgi adalah penguasa sebagian besar ruang di hatinya. Dia tidak mungkin selingkuh dengan Suho. Seulgi salah paham padanya. Dia ingin sekali menjelaskan perihal hubungannya dengan Suho, tapi ia tidak bisa. Dirinya masih harus menunggu waktu yang tepat.

"Demi Tuhan, aku tidak pernah berselingkuh darimu Seul. Kau salah paham." Ucap Irene.
"Kalau begitu jelaskan padaku, dimana letak kesalah pahamanku." Balas Seulgi, namun Irene hanya bungkam.

Dia ingin menjelaskan tentang 'rahasia'nya dengan Suho, tapi entah kenapa itu sulit. Dia belum bisa menjelaskannya.
"Lihatlah. Kau bahkan tidak bisa menjelaskannya. Disaat aku memberimu kesempatan untuk menjelaskan, kau malah diam. Sudahlah, aku ingin tidur. Kau juga, jangan tidur malam-malam. Selamat malam." Ucap Seulgi yang kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Tanpa Seulgi sadari, Irene meneteskan air matanya. Ia yakin, setelah ini perlakuan Seulgi kepadanya akan berbeda.
'Aku mohon bersabarlah Kang...aku akan segera menjelaskannya dan meluruskan masalah kita ini.' Batin Irene.

Tbc...

Would U 《Seulrene》 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang