Chapter 37

4.8K 453 28
                                        

Author POV

"Sudah selesai?" Tanya Seulgi kepada Irene yang baru saja keluar dari ruangan meetingnya.
"Sudah, kami hanya membicarakan beberapa hal mengenai kontrak kerja sama kami." Jawab Irene.

'Berbohong lagi.' Batin Seulgi, saat dirinya melihat dengan jelas Irene langsung menggulung bibirnya.
"Geurrae, istirahatlah sebentar. Setelah itu jam 12 kita akan segera ke Bukchon." Tukas Seulgi.

"Seulgi-ya, nanti keruanganku ya..." pinta Irene, membuat langkah Seulgi terhenti.
"Buat apa?" Tanya Seulgi bingung.
"Nanti kau juga bakalan tahu." Jawab Irene penuh misteri, namun Seulgi tetap menurutinya.

Seulgi dan Irene berjalan menuju ruangan masing-masing, dan terlihat Seulgi sedikit membereskan kertas-kertas yang berserakan dimejanya sebelum ia menuju ruangan Irene.

Setelah selesai, Seulgi berjalan menuju ruangan Irene. Sebuah pintu besar berwarna coklat dan terdapat nama 'Irene Bae' disana.
"Seharusnya namanya itu Irene Kang." Gumam Seulgi teramat pelan.

Seulgi memasuki ruangan Irene tanpa mengetuknya dan ternyata Irene tengah duduk santai disofa ruangannya sembari membaca sebuah majalah fashion.

"Ada apa?" Tanya Seulgi. Suara berat pria itu menyadarkan Irene dan kemudian wanita itu tersenyum manis sembari menepuk tempat disampingnya.

Seulgi yang melihat itu hanya berjalan menuju Irene dan kemudian duduk diseberang Irene, membuat Irene menghela nafasnya kecewa.

"Aku menyuruhmu untuk duduk disampingku, bukan diseberangku." Kesal Irene.
"Tidak apa-apa, yang penting aku duduk." Balas Seulgi dengan tampang kelewat santainya.

Irene beranjak dari posisi duduknya, dan menaruh kembali majalah yang dipegangnya ketempat yang seharusnya.
Wanita itu berjalan menuju jendela dan menutup tirainya, serta berjalan menuju pintu dan mengunci pintu tersebut.

Selesai dengan itu, Irene berjalan menuju Seulgi yang duduk dengan santai sembari membaca beberapa koran yang terdapat didepannya tanpa menyadari bahwa Irene telah menutup jendela serta mengunci pintu ruangannya, membuat suasana ruangan menjadi temaram.

Tangan Irene terulur untuk menyingkirkan koran yang membuat perhatian Seulgi tidak tertuju padanya, sehingga Seulgi langsung mendongkakkan kepalanya dengan bingung.

Irene membuang sembarangan koran tersebut, dan kemudian wanita itu duduk dipangkuan Seulgi dengan posisi keduanya yang saling berhadapan.
Irene menatap mata Seulgi dengan lembut dan kemudian melumat bibir tipis suaminya itu.

Tidak ada nafsu disana, yang ada hanya perasaan rindu. Iya, Irene rindu dengan suami beruangnya ini. Memang dari pagi Seulgi berada disampingnya, tapi itu hanya raga pria itu saja. Perhatian Seulgi tidak ada.

Setelah melumatnya, Irene melepas pangutan bibirnya dan Seulgi.
"Aku hanya merindukan ini. Merindukan bibirmu, matamu yang menatapku lembut, senyum manismu, wangi tubuhmu, kehangatanmu, dan semua yang ada padamu. Aku rindu itu semua." Ucap Irene dengan pelan, namun Seulgi tetap diam.

Irene yang tidak mendapatkan respon sama sekali pun kembali melumat bibir Seulgi dengan agresif dan sesekali ciuman Irene berpindah ke leher Seulgi.

Seulgi hanya diam, membiarkan Irene berbuat sesukanya pada tubuhnya. Tapi diam-diam, beruang itu juga menikmatinya.
Tanpa Seulgi sadari, kedua kancing kemeja teratasnya sudah terbuka sehingga menampilkan dada bidangnya yang sexy itu.

Irene juga ternyata sudah memindahkan ciumannya kedada bidang Seulgi.
"Ahh..." desah Seulgi saat Irene sedikit menggigit dada bidangnya, sehingga memberikan tanda keunguan disana.

"C-cukup Irene." Pinta Seulgi seraya mendorong tubuh kecil Irene dengan pelan.
Namun Irene tetaplah Irene yang keras kepala. Wanita itu seolah-olah menuli dan terus melanjutkan aktifitasnya.

"Irene-ah." Panggil Seulgi.

"Diam Seulgi-ya." Tegas Irene kepada Seulgi.

"Hentikan ini. K-kau lupa bahwa kau harus pergi ke Bukchon?" Tanya Seulgi.
"Aku tidak peduli. Batalkan saja itu, bilang bahwa aku sedang sibuk." Jawab Irene.
"Tidak bisa! Hentikan ini, dan siap-siaplah!" Tegas Seulgi dan kali ini pria itu langsung memaksa Irene menghentikan aktifitas wanita itu dan mendudukkan Irene dengan tenang disampingnya.

Wajah Irene terlihat kesal, kecewa, marah, dan sedih secara bersamaan.
"Aku tidak mau pergi, titik! Aku tidak mau pergiii!!" Rengek Irene seraya duduk dipangkuan Seulgi dan menelusupkan wajahnya ke ceruk leher Seulgi dengan manja.

"Bagaimana bisa kau tidak pergi, kau sudah berjanjikan?" Bingung Seulgi.
"Aku bosnya, jadi terserah aku mau membatalkannya atau tidak." Ucap Irene dan semakin menenggelamkan wajahnya dileher sang suami dengan sangat manja.

"Kau akan dianggap tidak profesional jika begini." Balas Seulgi.
"Biarin." Cuek Irene.
"Astaga, bangun Irene-ah." Suruh Seulgi.
"Gak mau." Tolak Irene.

"Bangun."
"Tidak!"
"Bangun sekarang."
"Aku tidak mau!"
"Aku bilang bangun!"
"Aku bilang tidak mau!!" Pekik Irene kesal.

Ya Tuhan, tidak mengertikah si Seulgi bahwa dia ingin bermanja-manja dengan pria itu?
"Bangun, jangan seperti ini. Bagaimana jika ada yang melihat kita hm?" Tanya Seulgi, percayalah bahwa itu hanya alasan Seulgi.

"Tidak akan, karena aku sudah menutup tirai jendela dan mengunci pintu ruanganku." Jawab Irene masih dengan posisi yang sama.

Seulgi langsung menyadari bahwa tirai diruangan Irene ini tertutup, dan bisa ia lihat bahwa pintu ruangan Irene pun terkunci dari dalam. Betapa bodohnya dia?

"Pokoknya aku tidak mau tahu, bersiap-siaplah." Ucap Seulgi seraya mendorong tubuh kecil Irene agar dapat duduk disampingnya.

"Aku tidak mau pergiiii!!!" Pekik Irene kesal sembari kedua kaki pendeknya ia tendangkan secara bergantian diudara.
Melihat itu, Seulgi langsung menahan tawanya. Irene terlihat menggemaskan sekarang.

"Aku tidak mau tahu, siap-siap sekarang juga. Setelah dari sana kita akan makan siang. Aku janji, nanti malam kau bebas bermanja-manja denganku. Bagaimana? Setuju?" Tanya Seulgi, membuat Irene langsung mengubah ekspresi kesalnya ke ekspresi senangnya.

"Baiklah. Aku setuju." Ucapnya, dan kemudian mempersiapkan dirinya.
Seulgi hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Tbc...


Would U 《Seulrene》 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang