Chapter 34

4.2K 447 178
                                    

Author POV

Drrtt...drrtt...drrtt...

Irene melirik nama yang tercantum di layar ponselnya, dan langsung menerima panggilan dari Suho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene melirik nama yang tercantum di layar ponselnya, dan langsung menerima panggilan dari Suho.
"Yeobuseyo?" Ucap Irene.

"Kau kenapa Irene-ah? Suaramu terdengar bahwa kau sedang ada masalah?"

"Kau memang selalu bisa menebakku dengan mudah oppa. Sejujurnya aku lagi bertengkar dengan Seulgi tadi."

"Bertengkar? Ini baru pertama kalinya kau dengar kalian bertengkar. Memangnya kenapa?"

"Sudahlah oppa. Aku sedang tidak mau membahasnya. Tapi, ada apa kau menelponku oppa?"

"Kau lupa dengan janji kita kemarin? Hari ini aku akan mengajakmu makan malam. Kau tidak lupakan?"

"Oh iya! Mianhae oppa, aku lupa. Terlalu banyak pekerjaan yang harus kukerjakan, apalagi kemarin aku mengambil libur honeymoon."

"Hahahaha...baiklah aku mengerti, aku sudah berada didepan gedung kantormu. Aku tidak bisa masuk karena aku melihat ada mobil Seulgi disini. Aku rasa dia akan langsung menghajarku jika dia melihatku."

"Ada-ada saja kau oppa. Baiklah, aku turun dulu. Tunggulah sebentar."

"Nee~"

Klik!

Irene beranjak dari kursi kekuasaannya dan beralih mengambil jasnya yang tergantung di belakangnya. Setelah memakai jasnya, Irene langsung menyambar tas chanel mahal miliknya dan berjalan keluar ruangan.

Seulgi yang masih didalam ruangan melihat Irene yang sudah keluar pun langsung menyusul sang istri.
"Kau sudah mau pulang?" Tanya Seulgi kepada Irene.

"Ani. Aku harus bertemu klient." Jawab Irene singkat, membuat Seulgi mengerutkan keningnya bingung.
"Kau ingin bertemu dengan klient jam 7 malam? Klient macam apa yang meminta kau bertemu jam segini?" Tanya Seulgi lagi.

"Hal seperti ini tentunya bisa saja terjadi dalam proses kerja sama. Jika klientku memintaku untuk menemuinya jam 12 malam, akupun akan menemuinya jam 12 malam." Ucap Irene sembari menatap datar Seulgi.

Seulgi menghela nafasnya lelah. Nampaknya Irene masih marah padanya.
"Baiklah, mari kuantar kau untuk menemuinya." Ajak Seulgi.
"Tidak perlu. Klient itu sudah ada didepan gedung perkantoran ini. Aku akan pergi dengannya." Tolak Irene.

"Hah?! Sekali lagi, klient macam apa itu?" Tanya Seulgi lagi.
"Apanya yang macam apa?" Bingung Irene.
"Klient mana yang menjemput lawan klientnya, bahkan sampai menyusul klientnya itu sampai ke kantor? Firasatku mengatakan bahwa klientmu itu hanya ingin bersama denganmu, bukannya ingin bekerja sama denganmu." Marah Seulgi.

"Hentikan omong kosongmu itu Seul. Aku sedang lelah dan tolong jangan memperkeruh keadaan ini. Kau tahu aku sedang tidak mood untuk bertengkar denganmukan? Kita bahkan masih belum menyelesaikan masalah awal kita, jadi jangan menambah-nambah masalah." Geram Irene.

"Pulanglah sendiri jika kau lelah. Aku akan pulang diantar oleh klientku." Lanjut Irene sembari meninggalkan Seulgi.
"Aku ini suamimu!!!" Bentak Seulgi dengan amarah yang sudah naik keubun-ubun, membuat Irene langsung tersentak kaget.

Irene menolehkan kepalanya kearah Seulgi yang tampaknya sudah marah. Bahkan wajah pria itu sudah memerah karena menahan emosi.

Dengan langkah yang lebar, Seulgi berjalan mendekati Irene dan langsung melumat bibir pink milik Irene.
Irene tampak memberontak, namun Seulgi tidak peduli akan hal itu.

"Emmphh...S-seul....gihh!!!" Pekik Irene. Entah mendapat kekuatan dari mana, Irene langsung mendorong Seulgi dengan tenaganya itu. Bahkan Seulgi sampai terpental dan menabrak dinding.

Plak!!!

Irene langsung menampar pipi Seulgi dengan kuat, bahkan pipi Seulgi sampai memerah.
"Apa yang kau lakukan padaku hah?!!! Jika kau suamiku, kau tidak akan memperlakukanku sekasar tadi!!! Kau pantas memperlakukanku dengan kasar jika aku ini adalah jalangmu Seul!!! Satu lagi, aku tidak suka dibentak!" Pekik Irene marah.

Dengan emosinya, Irene meninggalkan Seulgi sendirian. Seulgi menjambak rambutnya dan mengerang frustasi. Yang barusan itu, bukanlah Irenenya.

....

"Kau kenapa hm?" Tanya Suho saat melihat Irene yang tampak sedang emosi.
"Tidak apa-apa. Jalankan saja mobilnya oppa." Perintah Irene, dan Suho langsung menjalankan mobilnya dengan patuh.

Selama diperjalanan, Irene dan Suho tidak berbicara sama sekali. Suho yang takut kalau Irene bakal marah kalau-kalau dia salah bicara hanya memilih diam, sedangkan Irene sedang melamun. Raganya memang bersama dengan Suho, namun pikirannya melayang ke Seulgi.

Entahlah, ada sedikit rasa bersalah karena telah menampar suaminya itu. Kalau dipikir-pikir, Seulgi tidak ada salahnya. Seulgi hanya ingin melindungi imagenya sebagai bos tadi pagi didepan karyawan lainnya. Kalau saja dia sampai bertengkar dengan Sunmi dan Somi, mungkin saja imagenya akan hancur dan mungkin dirinya akan dianggap tidak profesional.

Lagian, Seulgi juga sudah meminta maaf padanya saat pria itu menyerahkan berkas-berkas yang akan dia kerjakan. Dan mengenai bentakan Seulgi tadi, itu juga salahnya.

Tidak segarusnya ia menyuekin Seulgi. Suami mana yang ingin dicuekin oleh istrinya? Irene bahkan tidak mau dicuekin oleh Seulgi, maka Seulgi juga demikian.

Dirinya telah berdosa kepada suaminya. Walaupun dirinya lebih tua dari Seulgi, tetap saja dia berdosa karena telah menampar suaminya. Suami yang seharusnya ia hormati.

Irene menghela nafasnya berat, dan dirinya memutuskan untuk meminta maaf kepada Seulgi nanti saat dirinya sudah pulang.

....

Sesampainya di restoran, Suho membukakan pintu bagi Irene dan keduanya menikmati makan malam mereka, sembari membicarakan 'rahasia' yang hanya diketahui oleh mereka berdua dan author saja.

Sesekali mereka tertawa dan Suho yang juga sesekali mengelus kepala Irene dengan sayang. Setelah selesai dengan acara makan-makan, Suho dan Irene memutusian untuk menonton.

Saat didalam bioskop, Suho dan Irene tampak duduk berduan dan keduanya tampak senang. Namun tanpa mereka sadari, momen mereka tertangkap kamera seseorang yang tampak terlihat marah dan kecewa.

Tbc...








Would U 《Seulrene》 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang