Chapter 18

5.4K 585 27
                                    

Author POV

Keesokan harinya...

Joy yang sibuk dengan laptopnya tersebut mengalihkan pandangannya kedepan, dan melihat Seulgi dan juga Irene yang tampak jauh lebih mesra dari sebelum-sebelumnya.

"Bekerjalah, aku juga akan bekerja juga." Ucap Seulgi yang masih dapat didengar oleh Joy, walaupun wanita itu berada didalam ruangan. Jangan lupa bahwa ruangan Joy dan Seulgi itu terbuat dari kaca tembus pandang jadi hal itu memungkinkan Joy untuk melihat adegan romantis didepannya ini.

"Baiklah, kau semangat kerjanya." Balas Irene, dan kemudian mencium bibir Seulgi sekilas. Setelah itu, Seulgi berjalan memasuki ruangannya.

Seulgi sedikit terkejut dengan tatapan Joy kepadanya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Seulgi kepada Joy yang semakin memicingkan matanya.

"Oppa, bisakah kau jelaskan hubunganmu dengan Irene unnie?" Tanya Joy.
"Ne? Oh. Aku dan unniemu tengah menjalin hubungan. Maksudku, aku mencintainya." Jawab Seulgi.

"Jinjja?! Sejak kapan? Kenapa aku tidak tahu?" Kaget Joy.
"Kemarin. Bagaimana kau bisa tahu, orang kau sibuk dengan gebetanmu itu kan?" Ejek Seulgi.

"Eh?? Emm...begini oppa, aku...akukan sudah lama berstatus single, jadi apa salahnya aku mencari jodohku?" Ucap Joy.
"Kau sudah berpacaran dengannya?" Tanya Seulgi.

"Belum. Kami masih dalam proses pendekatan." Jawab Joy.
"Memangnya dia menyukaimu? Jangan-jangan dia hanya menganggapmu sebagai temannya." Ejek Seulgi lagi.

"Ya oppa! Teganya kau berkata seperti itu. Kalau dia tidak menyukaiku, kenapa dia mencium bibirku?" Kesal Joy, dan kemudian wanita itu langsung menutup mulutnya.
"Ohh~ternyata kalian sudah pernah kissing padahal tidak ada status hm?" Goda Seulgi.

"Y-ya! Secepatnya kami akan memiliki status! Aaiisshh, kau ini menyebalkan sekalu oppa!" Pekik Joy, dan berjalan menuju mejanya membuat Seulgi hanya terkekeh lucu.

"Jangan memekik seperti itu, bisa-bisa gebetanmu itu kabur karena takut dimakan olehmu, Joy." Ejek Seulgi sembari berkutat dengan laptopnya.
"Arraseo!" Ketus Joy.

....

Tok tok tok...

"Masuk." Seulgi yang mendapatkan izin dari Irene untuk memasuki ruangannya tersebut langsung membuka pintu ruangan Irene.
"Saatnya makan siang. Apa kau tidak lapar?" Tanya Seulgi, membuat Irene langsung mendongkakkan kepalanya untuk menatap Seulgi.

"Aku menunggumu yang memanggilku." Jawab Irene sembari menatap lembut Seulgi.
"Lalu bagaimana kalau aku lupa memanggilmu?" Tanya Seulgi lagi.

"Maka kau harus menemaniku seharian penuh tanpa penolakan." Ucap Irene.
"Lalu bagaimana kalau aku ternyata makan duluan dengan Sunmi noona dan Somi, sehingga melupakanmu?" Goda Seulgi.

"Maka jangan harap kau dapat melihat batang hidung mereka berdua lagi besok, dan aku akan mengganti semua pegawai kantorku menjadi pria supaya matamu tidak jelalatan." Balas Irene.

"Aigoo~kau ini menyeramkan sekali. Kalau begitu, matamu yang akan jelalatan. Akan lebih adil kalau pegawai kantormu ini seorang banci, karena aku tidak doyan banci begitu juga denganmu." Usul Seulgi.

"Baiklah. Besok akan aku ganti pegawainya." Balas Irene.
"Sudah sudah...lebih baik kita pergi makan sekarang. Aku tidak mau kau sakit, kajja." Ajak Seulgi dan mengulurkan tangannya kepada Irene.

"Geurrae, kajja." Balas Irene seraya menggenggam tangan Seulgi.
Seulgi dan Irene berjalan menuju lift dan menekan tombol berangka 1 untuk mencapai lobby kantor.

Sesampainya di lobby, lagi-lagi semua pasang mata menatap kearah Irene dan Seulgi yang tampak mesra.
"Mereka menatap kita lagi, seolah-olah kita ini buronan polisi saja." Gerutu Seulgi.

"Hahaha...biarkan saja mereka berspekulasi sepuas mereka. Lagian besok aku berencana untuk memublikasikan hubungan kita. Aku juga sudah membicarakan hal ini kepada appa dan eomma. Aku harap, daddy dan mommymu bisa hadir di konferensi pers besok." Ucap Irene.

"Besok? Daddy dan mommyku sudah tahu? Kenapa kau tidak memberitahukan hal ini kepadaku? Apakah daddy dan mommy menerima pernikahan kita?" Tanya Seulgi secara beruntun, membuat Irene menghentikan langkahnya dan menatap Seulgi.

"Seulgi-ya, justru daddymulah yang menjodohkan kita. Masa malah beliau yang tidak setuju dengan keputusan ini?" Geram Irene.
"Siapa tahu daddy lupa dengan janjinya sendiri." Ucap Seulgi.

"Tapi buktinya daddymu ingat." Balas Irene.
"Syukurnya begitu." Ucap Seulgi lagi.
"Sudah, jangan banyak bicara. Aku sudah lapar dan kau menunda waktu kita untuk makan." Kesal Irene sembari mengerucutkan bibirnya kesal dan menghentak-hentakkan kakinya membuat Seulgi gemas sendiri dibuatnya.

Cup!

Ciuman dari Seulgi yang secara tiba-tiba di bibirnya membuat mata Irene memelotot karena kaget. Bagaimana tidak? Sekarang posisi mereka sedang berada di lobby, dan banyak karyawan yang menatap mereka saat ini.

"Ya, disini banyak karyawan dan kau-"
"Arrayeo, dan besok mereka akan mendapatkan jawabannya. Kajja, aku tidak mau kau kelaparan. Nae yeojachingu." Potong Seulgi, dan langsung merangkul Irene kedalam pelukannya.

Irene yang mendapatkan balasan seperti itu dari Seulgi hanya bisa menunduk malu. Bagaimana pun, dia tetaplah seorang wanita yang pastinya akan malu jika dicium oleh kekasihnya didepan umum seperti yang dilakukan Seulgi barusan.

Tbc...


Would U 《Seulrene》 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang