12

5.2K 431 40
                                    

"Na Jaemin kau dimana?"

"Dan kau Huang Renjun, maaf"

Jeno melirih dengan penyesalan saat menggumamkan nama Renjun.

12

Berjalan tergesa, menendang pintu kayu hingga menimbulkan suara berderit yang menyakiti telinga. Ruang remang tampak terterpa sinar dari luar, menimbulkan bayangan-bayangan panjang.

Tampak pemuda dengan pakaian hitamnya terlihat membawa sebuah cambuk panjang berwarna ungu gelap. Menarik dengan paksa sesorang yang tergeletak di atas ranjang tua dengan kasur usang, gerakan yg kasar membuat seseorang itu tersentak.

"BANGUN!" Berteriak dengan keras.

Pemuda dengan cambuk itu mencengkram kedua pipi namja manis dengan sangat kasar.

"Kau ingin tahu siapa aku bukan?" Berbisik dengan suara rendah.

Jaemin, yah namja manis itu Jaemin, hanya bisa ketakutan hingga seluruh tubuhnya bergetar, kala pandangan matanya menemukan cambuk yang menjuntai di bawah.

Pemuda itu melempar cambuk yang digenggam nya kesisi ranjang yang kosong. Menarik Hoodie nya turun dengan perlahan.

Renjun disana.

Jaemin sangat terkejut akan hal itu. Sunbae yang mengobati nya di UKS sekolah kini tampak berbeda. Tatapan mata yang teduh juga perlakuan yang lembut, sirna sudah, Tak sedikitpun tersisa.

"Sudah puas?" Dengan tatapan tajam itu, semakin membuat Jaemin menciut.

"Su... Sun...bae"

"Entah kenapa aku membencimu?!"

Ctaarr!!...

Suara cambukan terdengar mengakhiri kata terakhir yang terucap dari Renjun. Jaemin terbelalak, rasa perih juga panas menjalar di punggung nya yang tercambuk. Rintihan memilukan terus keluar dari mulutnya. Berteriak pun tak ada gunanya, ia belum makan apapun tubuhnya sangat lemas, untuk berteriak pun tak sanggup.

"Kau mengingatkan ku pada adik ku!" Satu cambukan lagi Renjun layangkan pada lengan Jaemin.

Renjun menangis, namun ia tak mau mengakui itu, meski air mata terus bercucuran deras dari matanya. Jaemin melihat wajah sedih itu, tapi apa bisa buat.

Cambukan berakhir di angka ke empat, selesai sudah. Jaemin sudah pingsan di hampir cambukan yang ke empat.

Renjun meluruh, memandangi Jaemin yang tergeletak mengenaskan dengan luka cambuk yang menganga, tampak darah sedikit merembes keluar dari luka.

Renjun bangkit, mengambil kotak obat yang ada diruang pengap itu. Membersihkan luka Jaemin dengan telaten dan mengganti pakaian Jaemin yang terkoyak dengan pakaian yang telah ia bawa sebelumnya.

Renjun tampak berbeda, ia terlihat lebih lembut dari sebelumnya, tatapan mata itu sudah kembali meneduh, perlakuan nya begitupun.

.
.
.
.

"Appa maaf, Haechan bukan kakak yang baik" Haechan berlutut dengan kepala menunduk.

🍌~NANA~🍌 [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang