Thanks

112 10 0
                                    

Semilir angin malam menerpa wajah dinginnya—mengusik setiap helaian surai hitam pekat miliknya.

Dia tersenyum menikmati dinginnya hembusan angin malam yang mungkin akan mengeringkan seragam sekolah yang ia kenakan. Seragam itu basah akibat diterpa hujan beberapa menit lalu.

Dia suka hujan—sangat.

Mata elang itu terpejam—menghirup dalam setiap udara yang memenuhi indra penciumannya. Suasana malam yang sepi dan bau khas jejak hujan menambah pelengkap suasana. Dia berdiri tepat dipinggir sungai Han sembari menikmati nyanyian jangkrik yang terdengar nyaring dan keras.

"Hyunjiiinn"

Suara teriakan itu mengalihkan atensi dan fokusnya—memecah keheningan yang sedang ia rasa sekarang. Anak laki-laki itu hanya diam tanpa berniat untuk merespon panggilan dari junkyu—sahabatnya. Dia menatap lurus kearah air sungai yang mengalir begitu deras dan lurus.

"Kenapa?" Tanya junkyu ketika berdiri tepat disamping hyunjin.

Anak laki-laki bermarga Hwang itu hanya diam membisu sembari menundukkan kepalanya sedalam mungkin. Ia menahan bulir bening yang kembali memenuhi pelupuk matanya. Dia menahan rasa sesak dan sakit yang kini melanda hatinya.

Dia tidak mau membuat sahabatnya ini khawatir. Dia tidak ingin menambah beban sahabatnya. Dia tidak ingin membuat sahabatnya iba dengan keadaannya saat ini. Dia tidak ingin terlihat menyedihkan dan rapuh dihadapan sahabatnya.

Junkyu tahu saat ini hyunjin sedang berusaha meredam tangisnya. Junkyu tahu saat ini hyunjin sedang berusaha tegar agar dia tidak terlihat rapuh dan menyedihkan dihadapannya. Junkyu tahu apa yang sedang dialami hyunjin saat ini. Junkyu tahu bagaimana perasaan hyunjin saat ini.

Keheningan menyelimuti keadaan antara dua remaja laki-laki ini. Junkyu tidak ingin berbicara. Dia hanya menatap hyunjin yang masih tertunduk—menangkup wajah dengan kedua tangannya.

Percuma rasanya hyunjin berusaha menyembunyikan tangisnya ini. Percuma rasanya hyunjin berusaha tegar saat ini.

Bohong jika dia bilang bahwa dia baik-baik saja. Bohong jika dia bilang dia kuat. Bohong jika dia bilang dia tidak menangis,bila pada kenyataannya sekarang dia menangis.

Suara tangis yang awalnya pelan kini memenuhi pendengaran. Suara isak tangis yang begitu terdengar memilukan dan begitu mengiris hati.

Junkyu mendesah kasar—membuang sesak yang sedari tadi mengganjal dihatinya. Dia menepuk dan mengusap pelan bahu hyunjin—seakan memberi rasa tenang pada sahabatnya itu.

Remaja bermarga Kim itu tahu persis bagaimana keadaan hyunjin saat ini. Dia prihatin dengan keadaan sahabatnya ini. Tapi dia bisa apa? Yang hanya bisa ia lakukan adalah berdiri disamping hyunjin—menemani hyunjin melewati semua ini. Menguatkan hyunjin untuk melewati masa sulitnya.

Isak tangis hyunjin semakin menjadi. Bahunya naik-turun,menandakan betapa sesaknya dada ini. Betapa pedihnya hati ini. Betapa sakitnya hati nya.

"Lo gak sendiri,hyunjin.. Disini ada gue yang bakal bantu lo buat ngelewati semua nya" ujar junkyu meyakinkan.

Hyunjin menyeka jejak air matanya kasar lantas melirik kearah junkyu yang ada disampingnya—hanya sekilas.

"Harusnya gue gak pernah pulang kerumah neraka itu,kyu" lirih hyunjin sembari menatap air sungai yang tampak tenang.

Pemuda penyuka hewan koala itu kembali mendesah kasar lalu tersenyum tipis seraya menepuk bahu hyunjin.

"Kan gue bilang juga apa? Tinggal dulu dirumah gue beberapa minggu supaya lo tenangin diri dulu. Tapi lo nya ngeyel mau pulang. Ya jadinya gini kan? Makanya kalo cogan ngomong itu di dengerin" Celetuk junkyu asal.

Hidden prince[Hwang Hyunjin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang