Tell me

114 13 1
                                    

"Mau kemana,jin?" Tanya junkyu.

"Mau ngasih pelajaran sama orang brengsek".

Tubuhku seketika menegang ketika mendengar ucapan hyunjin—cowok itu melangkah meninggalkan dapur—meninggalkan aku dan junkyu yang masih menikmati makanannya.

Junkyu terlihat sangat tenang dan masa bodoh dengan ucapan hyunjin. Mungkin dia mengira bahwa hyunjin sedang bercanda—tapi berbeda denganku. Aku sangat ketakutan mendengar penuturan kalimat hyunjin—ditambah lagi cowok itu pergi dengan wajah dingin khasnya.

Aku takut—sangat.

Aku takut hyunjin dan yoonbin kembali berkelahi lagi.

Baru saja aku ingin menyusul langkah hyunjin—cowok itu sudah muncul lagi dihadapanku. Dia melirik kearahku sekilas lalu meneguk air putih miliknya hingga habis tanpa tersisa setetes pun.

Dia membuka satu kancing teratas seragam sekolah yang ia kenakan sekarang. Napasnya memburu seperti habis berlari.

"Kamu dari mana?" Tanyaku,membuat hyunjin menatap lekat wajahku—tanpa berkedip.

Sejak tadi junkyu hanya memperhatikan aku dan hyunjin secara bergantian. Dia menatap raut wajahku lalu wajah hyunjin yang datar dan dingin—menatap lekat dan dalam wajahku yang terlihat bingung.

Dia memalingkan wajah ke piring yang ada di hadapannya—menatap seonggok nasi dan lauk disana.

"Aduh,gue ke kamar mandi dulu ya,guys. Kebelet boker nih" celetuk junkyu asal.

Setelah mengucapkan kata itu,anak itu lari ngacir dan menutup pintu kamar mandi sangat keras—aku sampai terlonjak kaget dibuatnya. Setelah itu,kudengar suara bunda berteriak memarahi junkyu yang malah terkekeh geli di dalam sana.

Dasar aneh.

Kenapa juga aku harus punya saudara segila jujun? Ganteng sih. Tapi kenapa dia harus bobrok?

Senyumanku yang sejak tadi terukir ketika mendengar omelan bunda seketika luntur. Bibirku terasa kaku walau hanya untuk berbicara. Manik cokelatku tidak sengaja melihat hyunjin yang sedang menatapku intens. Pandangannya sangat dingin dan datar.

"Dia itu brengsek. Dan lo..."

Hyunjin menggantungkan kalimatnya lalu membuang napas kasar. Dia kembali menatap aku yang masih setia menatap wajahnya—menunggu lanjutan dari kalimatnya—dan memikirkan siapa yang dia maksud brengsek itu.

"Lo gak tahu itu".

•••

Hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Apalagi yang membuatku rela bangun pagi sekali kalo bukan ucapan yoonbin semalam. Pria bermarga Ha itu bilang akan menjemputku pagi ini seperti yang ia ucapkan saat sebelum pamit pulang.

Roti panggang dengan selai cokelat dan segelas susu hangat menjadi menu wajib untukku untuk sarapan. Menurutku memulai hari dengan sesuatu yang manis mungkin akan membuat hari–hari kita menyenangkan—mungkin.

"Ra,temen kamu udah nungguin kamu dari tadi. Makanannya buruan dihabisin" titah bunda setelah kembali dari ruang tamu.

Aku hanya mengangguk seraya meneguk segelas susu hingga habis tanpa tersisa setetespun.

Aku segera berpamitan pada bunda dan ayah yang masih menikmati sarapan pagi. Sebelumnya aku mencium ayah dan bunda secara bergantian—ini juga menjadi hal wajib yang harus kulakukan ketika akan berangkat sekolah.

Langkahku terhenti seketika—Mataku hampir saja melompat keluar saat melihat siapa yang sedang berdiri didepan pagar rumahku.

Dia bukan yoonbin—tapi dia adalah hyunjin.

Aku tidak tahu sejak kapan dia berada disana dan kenapa dia yang malah ada disini,bukan yoonbin.

"Mau diem disitu aja? Ini udah siang" ucapnya dengan nada datar seperti biasanya.

Aku tersenyum kikuk sembari menghampiri dia yang sudah berjalan lebih dulu dariku. Kutatap punggung tegapnya dari belakang—melihat betapa sempurnanya dia. Aku tidak hanya berjalan dibelakangnya—tidak berniat untuk menyusulnya atau mendahului langkahnya.

Aku juga tidak tahu kenapa aku malah mengikuti langkahnya hingga kami sampai di depan halte bus. Aku juga baru sadar bahwa aku sudah berjanji pada yoonbin akan berangkat bersamanya.

Saat ini kami berdua hanya diam—duduk dibangku halte dengan jarak yang jauh—sedikit. Sesekali kudengar ia mendesah kasar—menghembuskan napas beratnya dalam sekali hentakan.

Kulirik dia lewat ekor mataku—wajahnya masih sama seperti hari–hari biasa—tetap datar,dingin dan.. luka lebam disana.

"Kamu gak lagi sakit kan?" Tanya ku.

Hyunjin menoleh kearahku—menatap wajahku masih dengan ekspresi datar.

"Enggak" dinginnya.

"Kok kamu jemput aku?"

"Emang nya kenapa?"

"Gak biasa aja,kita bahkan gak dekat"

Anak itu hanya diam tak berniat menjawab ucapanku.

"Kenapa kamu mau jemput aku? Bukannya jarak dari rumah kamu ke rumah aku jauh ya?"

Hyunjin kembali menoleh kearahku,"Biar lo gak bareng yoonbin" dinginnya.

"Hah? Gimana–gimana?"

"Gue gak suka lo dekat sama dia"

"Kenapa?"

"Gue cemburu"

"HAH?!"


To be continued...

Hidden prince[Hwang Hyunjin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang