Hyunjin

101 10 0
                                    

Tolong ingatkan kalo ada typo
















Semua mata murid yang ku lewati menatapku penuh curiga—memandang kearahku sinis lantas berbisik–bisik satu sama lain. Sesekali kulihat mereka menunjuk diriku secara diam–diam atau terang–terangan—mendecih pelan seolah mereka jijik melihatku.

Tentu saja aku menjadi pusat perhatian saat ini. Di jam pulang sekolah kali ini,aku dan yoonbin jalan bersama—beriringan menuju ke tempat parkir. Seperti yoonbin dihari–hari itu,dia selalu menyuruhku—memaksa aku untuk memakai jakenya lagi dan lagi,membiarkan dirinya yang hanya terbalut blazer sekolah saja.

Namun kurasa bukan itu penyebabnya. Bukan karena aku dan yoonbin jalan bersama atau aku yang memakai jaketnya,melainkan tautan tangan kami.

Iya,tangan aku dan yoonbin saling bertautan. Jemari dan telapak tangan kekar yoonbin menggenggam erat telapak tangan mungilku. Awalnya aku menolak—menyuruhnya untuk tidak melakukan hal gila ini. Karena apa? Ini akan menjadi berita yang kemungkinan akan merambat hingga satu sekolah. Tapi yoonbin tetaplah yoonbin. Anak ini tetap bersikeras menggenggam tanganku erat.

Kurasa tanganku sudah mulai berkeringat karena tautan tangan kami sudah lumayan lama—dari saat yoonbin menjemputku ke kelas,hingga saat ini.

Semakin aku berontak ingin melepas tautan tangan kami,semakin erat pula yoonbin menggenggam tanganku. Dia hanya berjalan dengan tatapan lurus tanpa memperdulikan aku atau bahkan tatapan murid lainnya.

"Akhirnya.." aku berseru lega ketika yoonbin melepaskan tautan kami. Dia menatapku dengan raut bingung.

"Kenapa?" Tanyanya,sambil memakai helm dikepalanya. Ngomong–ngomong kami sudah berada diparkiran saat ini.

"Tangan aku basah karena keringat" cicitku,menggosok telapak tanganku dengan rok sekolah. Anak lelaki itu tersenyum lebar hingga matanya menghilang,"Mau pake sendiri atau—"

"Aku bisa sendiri" potongku,mengambil helm ditangan yoonbin dengan segera. Karena tolong,tidak mungkin kami melakukan hal itu lagi. Nanti yang ada murid lainnya mengira bahwa kami punya hubungan spesial.

Seperti biasanya,yoonbin selalu membawa motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Entahlah,aku tidak tahu dia senngaja atau tidak,yang jelas aku hanya terus merapalkan semua doa yang kutahu—memeluk perutnya sekuat tenaga hingga yoonbin merasa sesak. Berkali–kali dia terbatuk,berteriak agar aku sedikit melonggarkan lingkaran tanganku.

Hei. Siapa suruh mengendarai motor dengan kecepatan tinggi?

Perlahan,dia menurunkan gas motornya. Dia membuka kaca helm full face miliknya lalu tertawa terbahak–bahak. Aku tidak tahu apa yang dianggapnya lucu itu. Oh atau mungkin ekspresi wajahku yang lucu?

Tak terasa,akhirnya kami sampai juga ditujuan setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit yang lalu.

Begitu tiba,mataku langsung disuguhkan dengan bangunan mewah bak istana. Halaman rumah yang luas dan banyak tanaman yang hidup. Ada banyak berbagai jenis bunga mawar disana—rapi dan cantik. Selain bunga mawar,ada juga jenis bunga lainnya,seperti melati,anggrek dan lainnya. Bau harum langsung menyeruak kedalam hidungku—aku suka.

"Hei,bengong aja" anak ini mengetuk pelan kepalaku yang masih terbalut helm. Aku tersenyum kikuk lalu melepas helm yang kupakai. Jujur saja,aku masih tidak percaya bahwa bangunan mewah yang saat ini kulihat adalah sebuah rumah—ini namanya istana.

"Eh,Den yoonbin. Baru pulang,den? Wah.. siapa tuh,den? Pacarnya ya? Cantik pisan"

Yoonbin hanya tersenyum ramah kearah tukang kebun keluarganya itu—dia lalu melirik kearahku yang membuntutinya dari arah belakang.

Hidden prince[Hwang Hyunjin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang