Anak laki-laki ini memasuki rumah dengan desain bagunan mewah bercat putih yang menghiasi semakin menambah kesan elegan. Halaman pekarangan yang luas serta banyak tanaman yang tumbuh di sana. Bunga-bunga cantik yang bermekaran menjadi objek utama dari rumah tersebut. Tumbuh dengan baik yang semakin membuat pemandangan jadi lebih indah. Rumput hijau yang tertata sangat rapih.
Ada bangku kecil yang terletak di taman dengan ayunan disudut sana. Memberi rasa kenyamanan untuk sekedar bersantai bagi si pemilik rumah.
Baru saja dia menapakkan kaki memasuki pintu utama, dia sudah disambut suara bentakan. Suara yang sudah dipastikan tertuju kepada nya.
Manik elang miliknya menatap pria paruh baya yang kini berada tepat di hadapannya. Dapat dia rasakan bahwa tatapan tajam dari pria paruh baya itu tertuju kepada dirinya. Kilatan emosi begitu kentara di wajah keriput itu.
"Kamu berantem lagi?!" Tanya nya seperti menghardik.
Si anak hanya membuang wajah tanpa memberi jawaban apapun.
"Udah papa bilang sama kamu jangan buat masalah lagi disekolah! Harus berapa kali lagi papa bilang ini sama kamu, huh!?" Hardiknya lagi dengan napas memburu.
Papa mengangkat secarik kertas yang dapat dipastikan itu adalah surat panggilan dari sekolah.
"Ini, kamu lihat. Gara-gara kamu berulah lagi, berantem di sekolah tadi, papa dipanggil ke sekolah besok! Mau ditaruh di mana muka papa, Hyunjin?!"
Papa kembali membentak hyunjin dengan nada bicara yang begitu tinggi. Membuat suara tua nya terdengar sedikit parau serta urat-urat nya mencuat keluar.
Dia sangat emosi saat ini. Apalagi melihat wajah datar Hyunjin.
Anak itu hanya mendesah kasar, menghembuskan napas nya dalam sekali hentakan. Dia bosan harus diomeli seperti ini.
Hei, bukankah dia yang membuat semua nya? Dia bosan diomeli, tapi kenapa dia masih tetap jadi berandal?
"Kamu itu seharusnya sadar. Kamu anak orang kaya! Nggak sepantasnya kamu jadi berandal kayak gini! Mau jadi apa kamu ini, Hyunjin? Percuma papa sekolahin kamu tinggi-tinggi tapi kamu di sekolah jadi anak berandal, preman nya sekolah!" Bentak papa seraya melempar kertas surat panggilan tepat mengenai wajah Hyunjin.
Anak laki itu memejamkan mata ketika kertas itu menyentuh wajah tampan nya.
"Kamu lihat kakak kamu, dia itu anak pintar, baik, sopan. Nggak kayak kamu yang berandal! Contoh kakak kamu itu. Dia bisa lulus SMA dengan nilai tertinggi! Dia bisa masuk universitas terbaik dan terkenal! Itu semua karena otak dia yang pintar! Gak kayak ka–"
"BEDAIN AJA TERUS! BEDAIN AJA TERUS AKU SAMA DIA! BANGGAIN AJA TERUS DIA! HINA AJA AKU TERUS SAMPAI PAPA PUAS!" Potong Hyunjin dengan sorot mata tak suka. Selalu dan selalu saja papa nya itu membedakan antara dia dan kakak nya. Membanggakan kakaknya seperti ini.
"Aku ini anak papa, darah daging papa! Tapi kenapa papa lebih milih dia! Lebih ngebanggain dia! Lebih sayang sama dia yang jelas bukan anak papa! Yang udah jelas bukan keturunan papa! Yang udah jelas–"
Plak
Tamparan keras di dapat oleh Hyunjin. Membuat wajahnya berpaling, menampakkan gambar tangan dipipi kiri nya yang kini berwarna merah.
Hyunjin meringis sambil memegangi pipi kiri nya yang terasa sakit, perih dan berdenyut. Menatap nanar wajah papa yang juga menatap nya dengan wajah emosi.
"Jaga bicara kamu, Hyunjin!"
"Apa? Emang benar kan apa kata aku. Dia anak dari wanita jalang! Wanita yang udah buat keluarga kita hancur! Udah buat–"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden prince[Hwang Hyunjin]✓
Novela JuvenilTeruntuk kamu.. pria tampan dengan sikap yang dingin. seorang pria berandal,menyebalkan,pendiam,ketus dan keras kepala. pria yang mampu membuatku mengenal apa yang nama nya cinta. pria yang mampu membuatku salah tingkah dan gugup jika berhadapan lan...