SEORANG gadis dengan kakak laki-laki nya kini tengah, menyelusuri setiap lorong rumah sakit Jiwa. Hingga mereka sampai di sebuah pintu kamar berwarna putih
"Bang, mau masuk duluan?" Seiren yang ragu untuk memutar knop pintu kamar tersebut
"Iren duluan aja" Nama panggilan 'Iren' hanya dipanggil oleh orang-orang yang paling mencintai Seiren seperti papa, abang, dan mama nya
Seiren mengangguk, ia sangat berhati-hati dan pintu berwarna putih itu berhasil terbuka. Didalam nya terlihat sosok pria paruh baya namun masih terlihat tampan dan muda tengah duduk sambil melamun
Seiren dan Jorsh masuk dengan langkah gontai. Kedua adik—kakak itu segera menghampiri pria paruh baya yang sedang melamun tersebut
"Hai, Pah" Sapa Seiren sambil tersenyum. Lamunan pria itu buyar ketika mendengar suara lembut yang ia rindukan selama ini
"Iren?" Tanya nya sedikit bingung
"Iya Pah. Ini Iren, apa kabar?" Rio mengusap pelan rambut panjang milik Iren
"Ekhem.." Ah, Seiren hampir lupa jika di samping nya juga ada Jorsh yang pasti merindukan sosok sang Papah
"Pah, Ini Bang Jorsh" Mata Rio berpaling dan kini menatap Jorsh dengan tatapan yang tak bisa di maksud
"Pah, Ini aku Jorsh. Papah sehat kan?" Rio hanya mengangguk pelan
"Mamah kalian, dia dimana?" Tanya Rio. Mata Seiren berkaca-kaca, dimana ia sangat rindu berkumpul bersama dengan keluarga kecil nya dulu
"Mamah, mm–dia lagi pergi Pah" Bohong Jorsh
Rio tertawa kencang sambil menarik-narik rambut nya ke atas "Bukan kah dia menjadi jalang sekarang. Dan meninggalkan keluarga kecil kita" Seiren tak naif, air mata sedikit demi sedikit turun bebas begitu saja
"KALIAN.." Ucap Rio sambil melotot ke arah Jorsh dan Seiren "JANGAN PERNAH BERTEMU LAGI DENGAN IBU KALIAN. DIA SUDAH MENJADI WANITA BRENGSEK SEKARANG"
Tubuh Seiren bergemetar. Ia dapat merasakan bahwa kini Mental Rio kembali terguncang
"SEKARANG KALIAN PERGI DARI SINI. PAPAH..HIKS..BENCI KALIAN, KARNA KALIAN LAHIR DARI RAHIM SEORANG JALANG" Rio menangis tersedu-sedu sembari menjambak rambut nya dengan kuat bahkan sangat kuat
"PAH!" Bentak Jorsh kencang, suasana semakin menakutkan Seiren hendak pergi namun kaki nya sangat lah berat
"Apa? kamu melawan saya? Iya?!" Jorsh diam. Mana mungkin ia berani melawan Rio yang mental nya tak setara dengan Pria normal lain nya
Jorsh menarik tangan Seiren. Dan membawa nya pergi dari kamar itu, Rio hanya tertawa terbahak-bahak namun detik berikutnya ia kembali menangis. Beberapa suster juga membantu nya menenangkan Rio, Seiren sangat terpukul atas semua kejadian yang menimpa keluarga harmonis nya. Harmonis ketika Ibunda Seiren tak meninggalkan nya dan Jorsh ketika Rio sedang bangkrut kala itu
"Dih. Mesen mie tapi gak di makan" Memang sudah menjadi kebiasan Axel yang me-mesan makanan tapi tak pernah di makan
"Kalo mau ambil aja, gausah basa-basi" Xaviar terkekeh sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal
"Makasih ye" Xaviar segera merampas mangkuk Mie itu, Axel hanya menghembuskan nafas nya pasrah
"Kemana dia?" -Batin Axel
"Lo kenapa sih?" Tanya Xaviar di sela-sela makan nya
"Seiren mana ya, ko gak keliatan dari tadi" Xaviar menangkat kedua bahu nya acuh
"Mungkin dia di kelas, gak keluar-keluar" Axel tak sepenuh nya percaya dengan ucapan Xaviar. Dia beranjak dari tempat duduk nya dan beralih ke kelas Seiren
Xaviar hanya membiarkan nya saja. Buat apa dia melarang seorang yang keras kepala? Buang-buang tenaga saja
Axel berjalan dengan langkah cemas dan khawatir. Ia tak peduli dengan tatapan para siswi yang ingin meleleh ketika melihat nya berjalan
Tak butuh waktu lama untuk Axel sampai di kelas Seiren. Ia melirik dari jendela depan kelas gadis itu, namun nihil Seiren tak berada di kelas. Kemana gadis pujaan nya itu pergi?
Axel memicingkan matanya, saat nama Seiren tertulis di dalam papan absen di dekat papan tulis disitu Seiren berketerangan Alfa, alias tidak ada keterangan. Axel semakin dibuat cemas oleh gadis pembunuh berdarah dingin itu
"Xel" panggil Jessica
Axel yang tersadar langsung menoleh ke asal suara yang me-manggil nama nya
"Seiren kemana?" Tanya nya cemas. Jessica mengigit bibir bawah nya kencang "Mm.. gue gak tau" Jawab nya sedikit ragu
Dari tatapan Jessica pertanda bahwa gadis itu tengah menutupi sesuatu dari dirinya
"Jujur Jes" Jessica bingung harus menjawab apa. Mana mungkin ia harus jujur kepada Axel, bahwa setiap Seiren tidak masuk gadis itu pasti ke Rumah Sakit Jiwa untuk menjenguk sang Ayah
"Gue jujur kok, kata siapa gue bohong" Alibinya, maaf xel gue bohong
Axel mengusap wajah nya frustasi "Yaudah, thanks" Ucap nya dan segera meninggalkan pekarangan kelas Seiren. Jessica bernafas lega akhirnya Axel percaya oleh tipuan kecil nya
****
Maaf pendek... author lagi ga mood nulis hehe
——> VOTE + KOMEN ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Girlfriend
RomanceSeorang gadis yang usia nya genap 17 tahun. Ia harus menghabiskaan waktu nya untuk merengut jiwa orang lain. Tak hanya berparas cantik namun sifat nya yang gemar membunuh orang lain itu harus banyak di seganii dan di takutii oleh warga sekolah nya D...